Hatiku masih terasa sendu, didalam bayang kehancuran kota yang telah dikuasai oleh para orang asing. Orang asing yang menamai diri mereka dengan Kompeni. Mereka bekerja di bawah komando kekuasaan yang menggulingkan Kedaton Ardaka yang telah berdiri berabad-abad lalu. Tak ada yang menyangka dinding sekuat itu runtuh dalam sehari. Kini, aku duduk berjongkok dialun-alun kota, setelah melihat sang Prabu yang ditembak mati oleh para Kompeni. Tak ada yang berani berteriak apalagi melawan. Beberapa saat lalu, ada seorang pria yang berdiri menantang, namun Ia jatuh terkulai setelah terdengar bunyi dentuman dari laras panjang para kompeni. Melihat itu, aku mengurungkan niatku untuk melarikan diri. Banyak warga disekitarku menangis terisak karena telah terpisah dari keluarganya. Tak ada yang ber

