2. MSC

1657 Kata
Dengan susah payah Shanum memapah seorang wanita paruh baya yang tadi mengalami kecelakaan masuk ke dalam mobilnya. Shanum khawatir karena ibu yang dia tolong sudah tak sadarkan diri. Tak ada hal lain yang ia fikirkan saat ini selain membawa ibu itu ke rumah sakit, agar segera bisa ditangani oleh dokter. Sesampainya di rumah sakit, Shanum menunggu di luar IGD. Dia mondar mandir karena khawatir hal yang dia takutkan terjadi pada ibu yang tadi ditolongnya. Dia melihat jam tangannya, waktu sudah siang, dia teringat bahwa dirinya belum melaksanakan shalat dzuhur. “ Ya Allah lindungilah ibu tadi. Hamba mohon berikan kesembuhan dan keselamatan untuknya.” Doa Shanum. Dia pun meninggalkan IGD dan pergi ke mushola. Namun sebelum itu dia kembali ke mobil mengambil pakaian ganti yang memang selalu ia sediakan di mobil. Karena baju yang ia pakai sudah berlumuran darah ibu yang ditolongnya. Dalam shalatnya Shanum mendoakan keselamatan ibu yang ditolongnya. Dia berharap tak ada hal buruk yang terjadi pada ibu yang ia tolong. Selesai shalat Shanum pun kembali ke ruang IGD. Dari kejauhan dia melihat dokter yang tadi memeriksa ibu itu. Shanum pun langsung berlari mendekati dokter untuk menanyakan keadaan ibu itu. “ Dokter.” Panggilnya. Dan dokter tersebut pun langsung menoleh. “ Dokter bagaimana keadaan ibu yang korban kecelakaan tadi.” Tanyanya. “ Oh, mba yang menolongnya ya. Alhamdulillah dia selamat. Dan keadaannya pun tidak terlalu parah. Dia pingsan karena syok dan juga akibat benturan dikepalanya. Tapi mbanya ngga perlu khawatir. Insyaallah ibunya akan segera sadar.” Jawab dokter. “ Alhamdulillah dok, terimakasih ya dok. Oh ya apa saya boleh menengoknya dok.” Tanya Shanum. “ Boleh mba, nanti kami akan memindahkannya ke ruang inap.” Ucap dokter dan Shanum pun mengangguk Setelah itu dirinya pun langsung masuk ruang IGD untuk menengok ibu tadi. Disana Shanum merasa menyesal karena lupa membawa barang-barang ibu tersebut di dalam mobil. Jadi dia tak bisa menghubungi keluarganya, dan memberi kabar tentang kecelakaan yang menimpa ibu tersebut. Shanum pun harus menunggu sampai ibu ini siuman, agar dia bisa bertanya tentang alamat serta keluarganya. Sekitar tiga jam akhirnya ibu yang ditolong Shanum pun siuman, Shanum langsung memanggil dokter. Kemudian ibu tersebut langsung dipindahkan ke ruang rawat inap. Setelah selesai diperiksa dokter, Shanum kembali menemani ibu tersebut. “ Alhamdulillah ibu sudah sadar.” Ucap Shanum yang bahagia melihat ibu tadi sudah siuman. “ Makasih ya nak, sudah menolong saya.” Ucap ibu itu. “ Sama-sama bu, saya bersyukur ibu bisa selamat dari kecelakaan tadi.” Balas Shanum. “ Perkenalkan saya Hanin, saya pun sangat brsyukur masih bisa selamat. Saya kira tadi saya akan meninggal disana. Karena tempat tadi begitu sepi dan tak mungkin ada yang menolong saya.” Ucap ibu tersebut yang memperkenalkan dirinya pada Shanum. “ Saya Shanum bu, Semua rencana Allah bud an sekarang ibu sudah selamat.” Balas Shanum. “ Nama yang cantik, ibu benar-benar berutang budi kepada nak Shanum. Sekali lagi terima kasih nak Shanum.” Ujar ibu Hanin sambil menggenggam tangan Shanum. “ Sudah bu, ibu ngga perlu bicara seperti itu lagi. Ibu selamat karena pertolongan dari Allah dengan perantara dari Shanum bu. Oh ya bu maaf sekali. Tadi saat Shanum menolong ibu, Shanum lupa membawa barang-barang ibu. Karena tadi Shanum terlalu panik dan terburu-buru. Jadi Shanum belum mengabari keluarga ibu.” Ucap Shanum. “ Ngga papa nak Shanum, Oh ya apa ibu bisa meminjam poselmu untuk menghubungi rumah.” Tanya bu Hanin dan Shanum langsung mengangguk serta mengeluarkan ponselnya. Bu Hanin pun langsung menelfon orang di rumahnya. Dia menyuruh orang di rumahnya untuk datang menemani dirinya di rumah sakit. Keadaan bu Hanin pun terlihat sudah membaik “ Makasih nak Shanum.” Ucap bu Hanin setelah menelfon keluarganya. “ Sama-sama bu.” Tak lama kemudian Shanum melihat ponselnya disana banyak sekali miss call dari Naufal dan juga tokonya. Tak lama kemudian Naufal kembali menelfonnya. Shanum jadi ingat, bahwa dia melupakan Wafi yang pasti saat ini sedang menunggunya di toko. “ Astagfirulloh” Ucap Shanum. “ Bu saya permisi angkat telfon dulu ya.” “ Oh ya.” Jawab bu Hanin yang ikut panik melihat raut wajah Shanum berubah. Diluar ruangan Shanum langsung mengakat telfon dari Naufal. “ Assallamualaikum, mas.” Salam Shanum “ Waalaikumsalam, num kamu dimana sih. Dari tadi aku telfon kenapa ngga kamu angkat sih. Aku khawati tahu ngga.” Omel Naufal. “ Maaf mas Naufal, Shanum bener-bener lupa. Ponsel Shanum tadi di silent. Pasti Wafi nungguin Shanum ya. Ya Allah Shanum lupa banget mas.” Jawab Shanum dengan menyesal. “ Ya iyalah, sekarang aku ada di toko kamu. Karena tadi karyawan kamu bilang kamu udah pulang dari tadi tapi belum sampai toko. Wafi pun sampai nangis tahu karena  nungguin kamu lama banget. Dan kata pegawai kamu, kamunya sulit dihubungi jadi dia ngubungin aku. Tapi kamu ngga perlu khawatir sekarang Wafi udah baik-baik aja. Emangnya kamu kemana sih.” Tanya Naufal sedikit emosi sekalugus khawatir. “ Aku di rumah sakit mas.” “ Apa! kamu dirumah sakit, kamu kenapa num, apa yang terjadi sama kamu. Sekarang kamu dirumah sakit mana biar aku susulin.” Ucap Naufal yang langsung panik. “ Mas tenang dulu dong. Aku ngga papa, aku baik-baik aja.Aku ke rumah sakit itu karena tadi aku nolongin orang kecelakaan. Dan sekarang aku lagi nungguin dia, sampai keluarganya datang.” Jawab Shanum. “ Alhamdulillah, aku khawatir banget kamu kenapa-napa.” Balas Naufal yang terdengar lega. “ Maaf ya mas ngga ngabarin. Oh ya mas aku titip Wafi dulu ya.” Pinta Shanum. “ Iya ngga papa, tapi lain kali ngabarin jangan bikin panik seperti ini lagi. Masalah Wafi kamu ngga perlu khawatir biar dia nanti aku ajak ke rumah. Kamu selesaikan saja dulu urusan disana.” Balas Naufal. “ Alhamdulillah, makasih ya mas Naufal. Kalau gitu telfonnya Shanum tutup dulu ya. Assallamualaikum.” Pamitnya. “ Waalaikumsalam.” Balas Naufal. Selesai telfonan dengan Naufal, Shanum pun kembali masuk kedalam ruangan bu Hanin. Dia langsung mengulas senyum pada bu Hanin. Bu Hanin tahu bahawa Shanum tersenyum padanya walaupun wajahnya tertutup niqab. “ Ada apa Shanum apa terjadi sesuatu, karena ibu liat tadi kamu terlihat sangat panik.” Tanya bu Hanin. “ Ohhh ngga papa kok bu, Cuma tadi Shanum lupa ngga ngabarin karyawan Shanum ditoko. Dan ternyata anak Shanum udah nungguin disana lama.” Jawab Shanum. “ Anak.” Ucap bu Hanin terkejut. Dan Shanum pun mengangguk. “ Jadi kamu sudah memiliki anak.” “ Alhamdulillah bu, sudah.” Jawab Shanum Dan Shanum langsung menyadari raut wajah bu Hanin pun berubah sedih. “ Ibu kira kamu masih single, belum punnya anak.” “ Sudah bu, anak Shanum satu dia laki-laki, tapi kenapa ibu keliatan sedih.” Tanya Shanum. “ Tadinya ibu kira Shanum belum menikah. Karena tadi ibu ingat ketika ibu mengalami kecelakaan, ibu sudah membuat nazar nak. Jika yang menolong ibu itu seorang wanita yang belum menikah, maka ia akan ibu nikahkan dengan putra ibu. Tapi ternyata kamu sudah memiliki anak, ya sudahlah ngga masalah. Walaupun kamu ngga bisa jadi menantu ibu. Ibu harap Shanum mau menganggap ibu itu seperti ibu Shanum sendiri, karena ibu ngga punya anak perempuan. Anak ibu hanya satu itu pun laki-laki. Dan dia jarang sekali punya waktu di rumah. Jadi terkadang ibu merasa kesepian.” Jawab bu Hanin. Sebenarnya Shanum sedikit terkejut mendengar ucapan bu Hanin yang telah membuat nazar seperti itu. Dirinya memang memiliki putra tapi dia pun saat ini belum menikah. Namun Shanum tak ingin membuka luka lama yang sudah ia simpan rapat-rapat. Ia pun tak ingin menceritakan tentang masalah pribadinya pada orang yang baru ia kenal. “ Maaf ya bu, tapi ibu tenang aja. Shanum mau kok anggap bu Hanin seperti ibu Shanum sendiri. Karena ibu Shanum sendiri sudah lama meninggal.” Ucap Shanum kemudian mereka pun berpelukan. “ Makasih Shanum, oh ya terus anak kamu gimana. Kalau kamu mau pulang sekarang ngga papa nak. Ibu bisa kok sendiri disini juga ada suster yang jagain ibu.” Ujar bu Hanin. “ Ibu tenang aja, putra Shanum sudah ada yang jagain kok. Sekarang dia dirumah teman Shanum. Dan Shanum akan nungguin ibu disini sampai keluarga ibu sampai, saat ini ibu masih tanggung jawab Shanum bu.” Balas Shanum “ Sekali lagi makasih ya Shanum, ibu tahu kalau Shanum gadis baik. Anak ibu ngga bisa jemput karena dia ada di luar kota. Tapi ibu sudah menyuruh pembantu ibu untuk datang.” Ujar bu Hanin. “ Jadi ibu belum ngabarin putra ibu.” Tanya Shanum. Dan bu Hanin langsung menggeleng. “ Ibu memang sengaja tadi ngga ngabarin dia, ibu juga menyuruh pembantu ibu untuk tidak ngasih tahu ke dia. Ibu ngga mau buat dia khawatir. Bisa-bisa dia langsung pulang kalau tahu ibu ini masuk rumah sakit.” Jawab bu Hanin. “ Itu tandanya anak ibu sayang sekali ke ibu.” Balas Shanum. “ Sayang…. Sih sayang num, tapi ibu pusing kalau memikirkan dia. Karena sampai umurnya yang sudah berkepala tiga, dia belum pernah ngenalin seorang perempuan ke ibu. Padahal ibu kan sudah ingin sekali melihat dia menikah dan memiliki cucu darinya.” Ucap bu Hanin yang terlihat sedih. Shanum langsung menggenggam tangan bu Hanin. “ Shanum ngga tahu harus bilang apa buat menghibur ibu. Tapi Insyaallah suatu saat Allah akan mempertemukan dia dengan jodohnya kalau memang sudah waktunya bu.” “ Kamu memang perempuan yang baik Shanum, ibu beruntung bisa dipertemukan dengan kamu.” Ungkap bu Hanin. “ Shanum pun senang bisa menolong dan bertemu dengan ibu.” Balas Shanum. “ Oh iya ibu minta nomor dan alamat kamu ya num, jadi kalau nanti ibu udah baikan kita bisa bertemu lagi. Dan ibu juga ingin mengundang kamu untuk makan malam di rumah ibu. Sebagai ucapan terima kasih karena kamu telah menolong ibu. Sekaligus ibu juga ingin bertemu dengan cucu ibu.” Ucap bu Hani. “ Ibu ngga perlu membalas apapun ke Shanum bu.  Insyaallah Shanum ikhlas menolong ibu.” “ Ibu pun ikhlas mengundang kamu nak, kan sekarang kamu sudah jadi anak ibu.” Balas bu Hanin “ Kalu niat ibu mengundang Shanum seperti itu, Insyaallah Shanum bisa bu.” “ Alhamdulillah.” Masih banyak hal yang mereka bicarakan. Dan dari banyak cerita dari bu Hanin, Shanum jadi tahu kalau bu Hanin ini bukan orang biasa, dia adalah orang kaya. Apalagi saat Shanum tahu kalau keluarga bu Hanin adalah pemilik perkebunan serta peternakan terbesar di Bandung. Shanum memang sering mendengar kabar-kabar tentang keluarga mereka. Namun Shanum tak menyangka orang yang ia tolong adalah orang yang sering dibicarakan oleh orang-orang disekitarnya. Tak lama kemudian orang rumah bu Hanin pun sampai di rumah sakit. Dan Shanum pun juga pamit. Dia akan kembali besok untuk menjenguk bu Hanin. Karena dirinya pun tak enak menitipkan Wafi terlalu lama pada Naufal. Karena hari pun sudah mulai malam. Bu Hanin pun mengizinkannya, namun tetap ia mengharapkan Shanum akan terus menemuinya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN