Pagi menunjukkan pukul 9, Fahri baru bangun dan tidak melihat istrinya ada di kamar, Fahri menautkan alis dan keluar dari kamar masih mengenakan piyama. Ia menuruni tangga dan melihat kedua orangtuanya tengah duduk di ruang tengah. “Pagi, Mi, Pi,” ucap Fahri. “Pagi sayang,” jawab Rana. “Luvina mana?” “Oh iya. Luvina pergi ke rumah sakit, katanya Rafki ada jadwal suntik hari ini. Dia nggak bangunkan kamu karena kamu terlelap sekali tidurnya,” jawab Rana. “Dia pergi beberapa menit yang lalu,” sambung Habib. Fahri menggaruk leher belakangnya yang tak gatal, ia jadi tak berenergi pagi ini karena istrinya tak di tempat, Fahri menghela napas kasar dan hendak kembali ke kamarnya, ia harus berganti pakaian dan akan menyusul istrinya, ia tahu dimana dokter yang biasanya menangani Rafki ketika

