Alex tersenyum melihat wajah menantunya yang pucat, mungkin ia ketakutan karena kesan yang tadi sempat ia tampilkan. Pria paruh baya itu tersenyum untuk menenangkannya. “Duduklah, Nak, maafkan sikapku tadi, aku hanya ingin memberi pelajaran pada anak itu,” ucap Alex lembut, sambil membimbing menantunya ke sofa. “Jadi, kau keponakannya Albert?” lanjut Alex, “Dan kau putri tunggal dari Robert Western?” Lessi mendongak, dan bertanya dengan cemas, “Apakah Davian sudah ...?” “Tidak, bukan dia yang memberitahuku.” “Jadi, apakah Anda—” “Panggil aku Papa, itu sebutan ayah di Indonesia,” potong Alex Origa sambil tersenyum ramah. “Baiklah, Papa,” kata Lessi ikut tersenyum, senyum ayah mertuanya sudah membuat ketakutannya sirna. Sikapnya kini sangat berbeda dengan yang tadi, sepertinya beliau

