2

911 Kata
Kopi hangat ditiup sebentar sebelum diminum . Renungan Ivan tepat ke arah lukisan dinding di cafe itu. Cantik dan elegen dengan gambar bunga di tengah padang hijau. Tenang sahaja dirinya melihat lukisan itu. " Hye bro! Maaf yah gue telat" Rizkin Razik , teman Ivan dari kecil di mana sahaja pasti berdua sehingga mereka digelar twins beda parents. Orangnya tinggi , manis dan berkulit sawo matang . Pendek kata lelaki idaman setiap wanita. Siapa sahaja yang memandangnya pasti akan jatuh hati. " Hye. duduk Riz. nga apa apa . Ni kamu mau pesan makanan atau gimana ? kalau kamu mau pesan gue pesanin nanti kita bicara" Belum sempat Rizkin duduk , Ivan sudah bertanya bak perluru yang belum sempat dielak sudah mengenai musuhnya. " Yah eleh. Gue belum duduk juga udah ditanya. Nga ada akhlak lo" Ivan tertawa kecil mendengar ucapan Rizkin. " Lah pesan dong makananya . Loh taktir kan ?" Sebelah Kening Rizkin diangkat . Senyuman terbit di bibirnya. Terserlah lesung pipit. " Yah iya lah . Emang lo mau taktir gue? " " Yah mau lah . Tunggu aja gue udah dapat wang" " Wang bokap lo aja tu ! Dasar anak manja!" tidak dapat dinafikan yang Rizkin memang terlahir daripada keluarga yang kaya namun ibubapa Rizkin tidak mempunyai masa untuk anak anaknya. cuma wang yang diberikan pada mereka. " yah anak emas gue " Bangga pula Rizkin berkata. Punya ibubapa yang workaholic pasti mengerti perasaan Rizkin. Ivan membuat pesanan makanan sambil Rizkin bermain dengan telefonnya. " gue mau ngomong sesuatu " Ivan bersuara perlahan tetapi cukup didengari Rizkin. " Emang lo kenapa Bro? kok suaranya jadi ikutan sedih sih? Kamu sakit yah atau ...." " Gila benar si lo. Gue belum ngomong kok kamu yang panasaran. ?" " Yah panasaran lah masa nga ? waktu kamu ws gue , hati gue berdebar memikirkan masalah twin gue ini" " Eh ada ada aja loh. Drama aja yang lebih" " Gue benar gue..." Belum sempat Rizkin menghabiskan kata katanya Ivan lebih dahulu Mengangkat tangannya menghentikan Rizkin untuk berbicara. " Okey kamu diam aja dulu. Gue mau ngomomg" " yah kan ngomong aja dari tadi !" Kopi Yang baru diminum Ivan diambil oleh Rizkin dan diminum. Membuat gaya seolah olah sedang mendengar cerita kriminal. " Itu kopi gue Riz!" " Ouh iya ini kopi kamu " Masih tidak sedar . selamba sahaja Rizkin menghabiskan kopi di Gelas itu. Renungan Ivan membuatkan Rizkin tersedar. " Yah eleh ini kopi kamu kan !" Tersembur sisa sisa kopi dari mulut Rizkin. Baju Ivan Basah dengan Kopi. " Riz lo minta ditampar atau ditendang ! Lo lihat ni baju gue ! Kotor anj*r " Ivan berusaha membersihkan kotoran di bajunya dengan mengunakan tisu. " Yah maaf. Gue cuma kaget . Nanti gue ganti aja baju elu" Nah ini dia Rizkin Razik si anak orang kaya. Jika terjadi masalah , Beri aja wang pasti masalahnya selesai. " eh tapi ngomong ngomong apa sih yang lo mau sampaikan tadi ? " Ivan menjeling Rizkin. Dari tadi Ivan ingin berbicara baru saat ini Rizkin mau mendengar. " dari tadi disuruh diam malah nyemprot kopi ke gue! " " yah maaf dong. Nah cepat cerita masalah lo " Tisu yang digunakan untuk membersihkan bajunya dilempar ke arah Rizkin. Pantas sahaja tangan Rizkin menyambutnya. " Bukan masalah juga sih bagi gue cuman , malapetaka gitu yah. Soalnya oma gue menyuruh gue untuk kembali ke Malaysia untuk selesaikan masalah di sana!" " Wah keren . Bisa balik ke Malysia lagi lo!" Rizkin yang berada di hadapan Ivan direnung. Diceritain Masalah untuk dibantu tapi kok malah disokong gitu untuk Ivan kembali ke Malaysia. " Yah kan kerana Mama lo itu kan asal Malaysia dan lo lahir juga di Malaysia . Yah keren lah kalau lo bisa kembali ke sana" Rizkin membalas kembali ucapan Ivan. " Lo tau kan kenapa gue dan Papi gue Memilih untuk tinggal di sini?" Ivan Meneguk jus oren yang baru dipesannya sebentar tadi. " Itu gue tahu. Tapi apa lo benar benar nga mau ketemu mama lo? okey kalau aku yang ditempat kamu , ditingalkan oleh mama sendiri ketika umur 6 tahun itu memang sakit. Tapi sejahat mana mama lo dia tetap mama kamu kan ?" Ivan mengeluh kecil. " Riz, lo nga akan pernah mengerti gimana rasanya hidup dalam broken family. Gara gara perempuan itu Papi gue meningal " " Bro, lo nga bisa salahkan manusia untuk sesuatu kematian. Hidup dan mati itu urusan Tuhan bro!" Rizkin mengeluh kecil . Berteman dengan Ivan sejak kecil sudah cukup untuk dirinya mengenali sikap Ivan. Seorang yang tegas dan berpendirian tetap. Contohnya sekarang , Ivan tetap berpendirian yang papinya meningal kerana Mama nya sendiri. " Lantas lo mau ngomong yang papi itu dibunuh kerana Pembunuh itu nga sengaja ? Atau papi dibunuh kerana semua itu salah papi sendiri? Begitu maksud lo?" " Ivan de Manduo ! Aku tahu ini terlalu berat buat kamu tapi berhenti untuk ketahui puncanya dan lo akan hidup aman. Titik!" " Hidup aman ! Riz , hidup aman itu bila gue memilih untuk stay here not there! Kembali ke Malaysia itu pilihan paling buruk buat gue!" Suara Ivan mula meninggi. Tahap kemarahannya sudah sampai di tahap maksimum. " Gue minta maaf , gue salah ." Rizkin meminta maaf untuk menjernihkan lagi suasana. Menyesal juga dirinya kerana tidak memahami Ivan. " nga apa Riz. Gue ngerti kok" Makanan yang berada di hadapan mereka berdua dipandang. Nga disentuh. Masing masing masih melayan perasaan. Masih mencari jalan penyelesaian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN