Kebenaran Terkuak

1816 Kata
Sekembalinya mereka ke kota, sikap Reno semakin mengistimewakan Sela bahkan memperlakukan istrinya itu bagaikan ratunya. Berlebihan memang, bahkan sangat berlebihan sekali apabila dilihat. Kevin merasa heran dengan perubahan abangnya. Kekhawatirannya seperti terjawab, mungkin saat mereka berada di kampung halaman ada sesuatu yang terjadi tetapi tak bisa dicegah oleh Reno. Bahkan, saat ini, Reno sepertinya enggan untuk mendengarkan segala apapun yang diucapkan oleh Kevin. Menurutnya, Sela itu benar dan Kevin itu salah. Ia terlebih masa bodoh dengan adiknya yang ternyata memang ingin dirinya sadar, namun percuma dan sia-sia ternyata. Berbalik dari sikap Reno, istrinya itu justru bersikap semakin semena-mena dan keterlaluan. Sela merasa besar kepala dengan sikap lembut Reno dan menjadikannya boneka sesuai dengan apa yang diinginkan olehnya. Sikap Sela semakin membuat Kevin murka, ia tak terima abangnya diperlakukan semena-mena. Tetapi herannya justru Reno terima saja dengan perlakuan istrinya, itulah yang membuat Kevin aneh. Ia merasa harus mencari tahu apa yang sudah terjadi. Kevin sempat melihat istri dari abangnya itu duduk santai tetapi Reno berada di bawahnya untuk memakaikan sepatu, keterlaluan bukan? Bagaimana bisa seorang istri bersikap seperti itu pada suaminya, seperti tak ada adab dan tak paham kodratnya perempuan. Kevin sangat marah melihat itu semua, sempat menegur tapi abangnya hanya diam bagaikan boneka yang dicucuk hidungnya agar selalu menurut dengan Sela. Dan apa yang Kevin dapatkan? Senyum sinis dari perempuan itu karena merasa menang. Hari ini, keributan terdengar kembali dari kamar sepasang suami istri yang usia pernikahannya baru akan menginjak tiga bulan. "Ini uang untuk Adik," ucap Reno lembut memberikan segepok uang untuk istrinya. "Untuk apa?" tanya Sela sinis. "Terserah Adik ingin menggunakan uang ini untuk apa." "Aku tak butuh uang itu, Mas." "Kenapa?" "Karena aku punya uang sendiri, Mas." "Dik, terimalah uang dari Mas. Anggap ini adalah nafkah dari Mas jangan terus menolak!" "Mas! Sudah berapa kali kukatakan! Aku tak butuh uangmu karena aku sendiri masih bisa mencari uang! Uang yang kudapatkan cukup untuk menghidupiku! Jadi, berikan saja uang itu pada mereka yang tidak mampu." "Astaghfiraallah, kenapa kau berbicara seperti itu, Dik?" "Minggir! Aku mau berangkat kerja!" Sela mendorong suaminya dengan sekuat tenaga hingga membentur tepi ranjang dan mengakibat kening Reno terluka. Lalu, ia mengambil segepok uang itu dan melemparkannya tepat di hadapan wajah Reno. Memaki dan menghina suaminya tanpa henti, seakan memang suaminya itu pantas diperlakukan seperti itu. Padahal selama ini Reno selalu baik dan menuruti semua keinginan istrinya. "Ingat ya, Mas! Perlu diingatkan lagi! Aku tidak butuh uangmu! Paham! Aku masih mempunyai uang sendiri!" "Satu lagi! Jangan pernah memintaku untuk mengurus semua kebutuhanmu! Karena sampai aku matipun tak akan pernah mengurus keperluan dan semua kebutuhanmu! Jika kau ingin ada yang mengurus, silahkan kau cari istri lagi! Aku tak masalah jika dimadu! Yang terpenting adalah perusahaanmu masih terus memberikan desain baru pada perusahaanku dan aku juga tak ingin mengurusmu!" "Aku menikah denganmu hanya untuk memajukan perusahaanku! Dan bukan untuk menjadi ibu rumah tangga sesuai dengan keinginanmu! Tak akan pernah! Paham kau!" Kevin yang sejak tadi mendengar keributan itu tak kuat lagi menahan amarahnya. Ia langsung membuka pintu kamar dan mendapati abangnya yang tersungkur di bawah. g****k! Abangnya itu terlihat seperti orang bodoh! "Lu!" teriak Kevin berlari dan membantu abangnya berdiri. "Jangan ikut campur masalah gue!" "Gue berhak ikut campur apabila keluarga gue terluka! Lu memang perempuan gak punya adab! Gak habis pikir gue bisa-bisanya abang gue yang baik ini menikahi perempuan gak punya adab, gak punya otak bahkan tidak paham akan kodratnya!" "Anaka kecil! Gak usah kebanyakan bacot!' "Kev, sudah." "Diam, Bang! Gue bisa terima jika kelakuan dia masih wajar tapi kali ini sudah keterlaluan! Lu juga bego! Kenapa diam saja diperlakukan seperti ini oleh perempuan tak tau diri ini! Sikapnya bahkan melebihi jalang!" "Kevin!" teriakannya menggelegar di dalam kamar itu. Sela menarik kuat Kevin dan hampir melemparkannya ke tempat lain tapi dengan sigap Kevin langsung mengambil lengan Sela lalu memelintirnya. "Aw! b*****t! Sakit! Lepaskan!" makinya. "Lu bisa memperlakukan abang gue seenaknya, tapi maaf tak akan pernah gue biarkan lu melukai gue dengan tangan kotor lu itu, jalang!" Kevin mengunci tangan Sela membuatnya semakin berteriak tak menentu. Semua anggota keluarga berlari terpogoh-pogoh masuk ke dalam kamar dan terkejut dengan perbuatan Kevin yang cukup mengerikan. "Kev! Apa yang kau lakukan! Lepaskan!" "Diam! Aku tidak akan pernah melepaskan jalang ini! Dia sudah keterlaluan! Mamih dan Papih diam ditempat atau aku tidak akan segan-segan membunuhnya!" "Kev, jangan. Gue mohon, jangan bunuh istri gue," ucap Reno lirih memohon di kaki Kevin. "Bangun! Gue gak sudi abang yang gue sayang dan cinta memohon seperti ini! Bangun gue bilang! Bangun Reno Alvian!" teriakan Kevin sekarang menggelegar. Kilatan amarah terlihat dari sorot matanya. Ia seperti bukan Kevin, dirinya benar-benar sangat marah akan kejadian ini. Mungkin, beberapa waktu yang lalu ia bisa diam tapi kali ini saat harga diri abangnya diinjak-injak, ia tidak akan pernah diam. Sudah cukup selama ini menyaksikan abangnya dihina, caci, maki, sekarang sudah saatnya melawan. "Gue diam bukan berarti tak peduli! Tapi melihat sampai mana kelakukan lu yang menjijikan ini memperlakukan abang gue! Namun ternyata, kelakuan lu semakin menjijikan!" "Sudah gue bilang! Jangan ikut campur!" "Dan gue juga sudah bilang! Apabila menyangkut keluarga gue dan lu menyakitinya maka gue akan ikut campur dan tidak akan segan-segan membunuh lu!" "Kev, jangan! Gue mohon! Jangan bunuh dia!" Reno menangkupkan kedua tangannya seraya memohon pada adiknya. "Haha, seorang Reno Alvian memohon pada gue? Gue rasa, otak lu keganggu! Reno Alvian yang gue kenal adalah, seorang lelaki tampan, dingin, menjunjung tinggi kesopansantunan dan tidak akan pernah diam apabila diperlakukan semena-mena. Tetapi lihatlah diri lu, Bang! Sekarang, lu seperti binatang yang dicucuk hidungnya untuk mengikuti semua keinginan jalang ini!" "Dik, gue mohon, lepaskan!" "Diam! Atau gue bunuh sekarang juga istri lu!" "Ja-jangan …." "Mbok! Ambilkan tali!" "Buat apa, Den?" "Jangan banyak tanya! Ambilkan! Dan bawa kesini!" Mbok berlalu pergi mencari tali yang diinginkan oleh Kevin. Ia masih dengan setia mengunci tangan Sela yang selalu berusaha ingin meloloskan diri. "Lepaskan gue, b******k!" "Gue akan lepaskan lu nanti! Di tempat yang tepat! Yang jelas bukan disini!" Mbok datang membawa tali yang diinginkan oleh Kevin. Dengan cekatan Kevin langsung mengikat tali tersebut pada tangan Sela. Lalu menyeretnya keluar kamar. "Kev! Mau dibawa kemana? Kev jangan gegabah!" "Diam disitu, Pih! Tenang saja, Kevin tidak akan membunuhnya kok, tetapi jika kalian maju selangkah maka Kevin akan melemparkannya dari sini!!" Ancamnya membuat mereka semua beringsut mundur begitupun juga Reno yang mundur beberapa langkah agar tidak membuat adiknya itu gegabah. "Mbok, ikut Kevin sekarang! Dan tolong ambilkan kunci serep rumah ini!" "Bu-buat apa, Den?" "Gak usah banyak tanya!" Mbok mengangguk dan berlalu kembali mengambil kunci yang diinginkan oleh Kevin. "Heh bocah! Lu mau bawa gue kemana!" teriak Sela di telinga Kevin. "b*****t! Suara lu benar-benar tak enak didengar sekali!" "b******k lu, Kevin!" "Lu yang lebih b******k!" "Lu itu perempuan durjana! Gak pantas jadi istri abang gue! Terlalu semena-mena dan seenaknya! Memang lu cantik? Hah?" "Haha, memang gue cantik!" "Cih! Menjijikan! Cantik susuk aja bangga!" Ucapan Kevin membuat rahang Sela mengeras dan membuat keluarganya membelalakan matanya tak percaya dengan ucapan anak kecil itu. "Kev! Jangan bercanda!" sentak Reno. "Kita lihat saja nanti!" Kevin tersenyum menyeringai. "Diam 'kan lu, sekarang! Karena memang lu pakai susuk! Haha!" "Jangan bicara sembarangan anak kecil!" "Sayangnya gue bicara kenyataan!" Mbok kembali membawa beberapa kunci serep rumah. Dan ikut berjalan di belakang Kevin. Kevin meminta Mbok untuk mengunci pintu dari luar agar semua orang tidak ada yang bisa keluar sebelum mereka kembali. Persetan dengan sekolah, ia merasa harus segera menyelamatkan keluarganya. *** Mbok terpaksa ikut kemanapun Kevin pergi membawa Sela. Perjalanan cukup memakan waktu dan Kevin ternyata membawa Sela pulang ke rumahnya. "Ngapain lu bawa gue kesini!" teriaknya dari bangku penumpang. "Kenapa? Masalah!" "Gue mau pulang ke rumah suami gue!" "Maaf, itu rumah orang tua gue! Bukan rumah suami lu!" "Dan lagi, kalau tidak salah gue dengar tadi, lu bukannya membiarkan dan mengizinkan abang gue menikah lagi, 'kan? Lu menikah dengan abang gue hanya untuk kemajuan perusahaan papah lu itu. Haha. Sampah!" "Gue bisa jamin, sejak dimana lu melontarkan kata meminta abang gue menikah lagi, dia pasti akan menikah lagi dengan perempuan baik hati dan lembut. Tidak seperti lu, jalang!" "Ayo turun!" "Mbok! Seret dia!" "Ba-baik, Den." "Bapak Dedi Wijayanto yang terhormat!" teriak Kevin memanggil nama mertua dari abangnya itu sambil menyeret kakak iparnya masuk ke dalam rumah. "Apa-apaan ini!" teriak Papah Dedi terkejut melihat anaknya di seret. "Ada apa ini? Kenapa Sela diperlakukan seperti ini? Mana suaminya? Berani sekali anak saya diperlakukan seperti ini!" bentak Mamah Vasya pada Kevin. Anak kecil itu hanya tersenyum sinis dan miring. "Kenapa? Haha, lihatlah, bahkan kedua orang tua ini saja tidak tahu kelakuan anaknya seperti apa dan bagaimana? Bukankah kau sangat cerdas sekali, Kakak Ipar?" "Ada apa, Kev? Jelaskan!" "Apakah kalian tidak tahu bahwa anak kalian ini memakai susuk?" "Apa?" ucap mereka serempak. "Apakah kalian tidak tahu bahwa anak kali ini ternyata sudah memberikan sesuatu pada minuman suami dan juga keluarga dari suaminya?" "Apa?" "Haha benar ternyata, mereka tidak tahu mengenai perbuatanmu!" "Coba jelaskan yang benar, Kev!" "Ok, baik. Akan saya jelaskan pada kalian! Tapi, saya minta pada kalian untuk menyiapkan hati dan juga mental setelah mendengarkan semuanya!" "Lu! Jangan macam-macam, b******k!" "Sela! Tutup mulutmu! Biarkan Kevin berbicara!" "Mah!" "Diam! Kevin, bicaralah!" "Pah!" "Diam, Pah! Kalau tidak, Mamah akan minta cerai!" Papah mengangguk menatap sendu istrinya. "Baik. Pertama, saya akan menjelaskan bahwa anak kalian ini memakai susuk dan saya sudah menyelidikinya. Susuk yang dipakai itu di dagu, di bibir dan juga di kening." "Apa kau bisa membuktikannya?" "Mbok, ambilkan tas di dalam mobil." Mbok berlalu mengambil tas dan kembali lagi. Kevin mengeluarkan beberapa helai daun kelor yang katanya bisa mengeluarkan susuk. Mata Sela melotot, ia tak menyangka adik iparnya bisa mengetahui itu. "Bagaimana, kalau saya mengibaskan daun ini pada wajah anda, kakak ipar?" "Ja-jangan! Jangan macam-macam lu!" "Kenapa? Takut? Haha, lihatlah! Anak kalian takut jika susuknya lepas dari wajah ini!" "Sela …," ucap Papah Dedi lirih memandang anaknya nanar. "Bohong! Dia berbohong!" "Kalau memang Kevin berbohong, kenapa kau tak berani jika daun tersebut di kibaskan di wajahmu, Sela!!" "Mamah! Kenapa tidak membelaku!" "Aku tak akan membela yang salah, Sela!" "See? Gue menang, kakak ipar!!" "Dan bukan hanya itu saja! Yang kedua adalah Kakak ipar tersayang ini ternyata menuangkan air yang entah sudah berisi campuran apa ke dalam minuman keluarga saya. Bukan hanya itu, ada minyak yang juga ia gunakan! Mungkin itu didapatkan saat pulang kampung pertama kali bersama Bapak Dedi?" tanya Kevin menaikkan satu alisnya dan tersenyum sinis. "Kalian?! Jadi kalian pulang ke kampung dan ke rumah bude dengan tujuan ini? b*****h! Aku tak nyangka suamiku berbuat sedemikian rupa untuk anaknya! Benar-benar dibutakan oleh kasih sayang!" "Sa-sayang a-aku ti-tidak ta-tahu ji-jika Se-Sela me-melakukan i-itu!" ucapnya terbata. Skakmat! Beliau sudah merasa terpojok terhadap ucapan istrinya. "Dedi! Kau benar-benar keterlaluan!" teriaknya murka pada suami. Papah Dedi dan Sela hanya menunduk saja. "Apa lagi, Kevin! Apa lagi!" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN