02

943 Kata
"Kenapa bisa sampe sakit anak saya?" "Ya bisa lah, sakit kan manusiawi. Masa pake di tanya," Nevan menatap datar Rafa kemudian pergi ke lantai atas. "Lift ada, Pi. Ntar malem rematiknya kumat kalo dari tangga." Nevan mengangkat telunjuknya seperti mengisyaratkan pada Rafa untuk diam. Rafa tidak menyusul Nevan yang hendak melihat Aya, masih ada hal lain yang harus Rafa urus, anaknya. Rafa berjalan menuju teras karena di sana ada Al yang sedang makan es krim. "Es klim nya enak, Papi halus beliin yang banyak buat Al." Kata Al ketika melihat ayahnya datang menghampirinya. "Iya bakal Papi beliin sampe Al ingusan, ayo masuk ganti baju abis itu makan." "Kamu mau beli yang mana?" "Yang walna bilu dong, kelen." Al menujuk ikan cupang bewarna biru campur hitam yang ada di dalam plastik. "Emang kamu ada duit nya?" "Ada dong," Al merogoh saku seragamnya dan menunjukkan uang sebesar dua puluh ribu pada temannya. "Mau beli ini," Al menyerahkan uang nya sambil menunjuk ikan cupang yang ia inginkan. "Waduh, kurang lima ribu ini uang nya dek." Al diam sambil memandangi uang nya yang ternyata kurang. "Dewa punya lima libu gak?" Tanya Al pada Dewa, anak laki-laki yang waktu itu sempat berkelahi dengannya dan kini mereka sudah menjadi teman. Dewa menggeleng lalu menunjuk jam tangan dengan karakter superhero yang melingkar di pergelangan tangan Al. "Kasih aja jam tangan kamu," Tanpa berpikir panjang Al langsung melepaskan jam tangannya dan menyodorkannya pada penjual ikan. "Lima libu nya ganti sama jam Al bisa kan?"  Penjual ikan tersebut tertawa, "gak usah. Nih Abang kasih gratis karena adek nya lucu." Katanya sembari memberikan ikan cupang yang Al inginkan dengan percuma. Al tersenyum lebar, ketika ingin menunjukkannya pada Dewa ternyata temannya itu sudah pergi seraya berlari kecil menuju mobil. Tak lupa Al mengucapkan terima kasih pada penjual ikan, melihat jemputan nya sudah datang Al pun pergi. "Papi, ikan!" Al menunjukkan ikannya pada Rafa. Rafa mengambil ikan yang Al letakkan di kursi tanpa membantu Al yang sedang kesusahan untuk naik ke mobil. "Berapa ini?" "Satu," "Harganyaaa," "Glatis," Rafa langsung menoleh dengan raut wajah penuh kecurigaan. "Al nyolong ya," "Enggak kok," Al menggelengkan kepala kuat-kuat. Rafa masih menatap Al dengan penuh kecurigaan. "Al dikasih glatis kalena Al lucu kata nya." Mendengar ucapan Al barusan Rafa terlihat langsung percaya. "Ayo dong nambah lagi, mumpung masih muda nih." Aya geli sendiri mendengar ucapan suaminya. "Al juga udah besar tuh, kamu juga kuliah nya online jadi gak sibuk-sibuk amat kan?" "Aku kan udah bilang tunggu Al gedean dikit," "Al udah gede sayang," "Belum, satu aja kadang susah ngurus nya apalagi dua." Rafa menghela napas dengan bibir yang sedikit mengerucut. "Aku gak yakin kamu beneran mau nambah anak," Satu alis Rafa terangkat. "Bilang aja pengen nya yang lain," "Ciieee langsung ngerti," Rafa tertawa sembari mencolek pinggang Aya. "Udah sembuh kan?" "Belum, belum sembuh. Kepala aku masih pusing, badan aku sakit semua, masih gak enak badan, hayoo tunda lagi deh." "Dosa loh bohong sama suami," Rafa mendekatkan wajahnya ke wajah Aya. "Yang bilang dapet pahala siapa emang?" Rafa terkekeh semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Aya, Aya hanya diam saja. "Mumpung gak ada Al, satu kecupan pun jadi." Aya tertawa mendengar ucapan Rafa dimana bibir laki-laki itu sudah dekat ke wajahnya. "MAMI UDAH SIAP!!!" Rafa geram sendiri mendengar teriakan anaknya yang sedang berada di dalam kamar mandi. "MAMI!" "Iya nak, iya." Aya beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan Al yang baru saja buang air besar. Rafa menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur menatap kesal anaknya yang baru saja keluar dari kamar mandi tanpa memakai celana. "Ayo sini pake celananya," ujar Aya sembari mengambil celana Al. "Pake sendili," Al mengambil alih celananya yang ada di tangan Aya lalu memakai sendiri celananya dengan diinstruksikan oleh Aya. "Pinter, udah bisa pake celana sendiri." Aya bertepuk tangan sambil mengelus kepala Al membuat anaknya tersenyum angkuh seraya menatap Rafa yang masih kesal. "Halah, celana doang udah sombong." "Sstttt!" Al menaruh telunjuknya di bibir sebagai balasan dari ucapan Rafa barusan. "Udah cepet tidur sana," kata Rafa. "Belum ngantuk masa di suluh bobok," "Pejemin aja mata nya, lagian besok sekolah gak boleh tidur malem-malem." "Besok hali minggu tau, Papi udah pikun ya?" Al berjalan menuju kotak mainannya yang ada di dekat lemari. Rafa menatap Aya dengan wajah memelas. "Lagian ini masih jam delapan ya Al belum ngantuk dong," kata Aya duduk di karpet untuk bermain bersama anaknya. "Ah, gak seru ah." Rafa menyingkirkan guling yang ada di pangkuannya kemudian keluar dari kamar. "Sa..." Aya terdiam ketika ia melihat Rafa terkejut dimana tadinya laki-laki itu tengah memperhatikan ponselnya. "Abis liat apa serius banget kayaknya sampe kaget denger suara aku," Rafa menggeleng seraya meletakkan ponselnya di meja kerjanya. "Gak liat apa-apa," Rafa berusaha untuk tersenyum. "Masa gak liat apa-apa? Bohong ya?" "Ya tadi lagi main game aja," "Biasanya kalo main game handphone nya dimiringin, tadi enggak." "Kok kamu kayak curiga gitu sama aku?" "Aku nanya loh," "Kamu nanya karena kamu curiga kan sama aku?" Aya menggeleng kecil. "Al udah tidur?" Tanya Rafa untuk mengalihkan pembicaraan. Aya mengangguk, "udah." "Ya udah kamu juga tidur sana, udah jam sebelas." "Kamu?" Tanya Aya. "Aku mau selesain kerjaan aku dulu," "Tumben," Aya tertawa kecil karena tidak biasanya Rafa bekerja di malam Minggu. Biasanya Rafa lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya juga bersama Al. "Iya biar besok tinggal tenang-tenang nya aja," Aya mengangguk. "Aku ke kamar dulu?" Rafa tersenyum. Aya kembali mengangguk lalu keluar dari ruang kerja Rafa. Sambil berjalan menuju kamar, Aya tidak henti-hentinya percakapan mereka saat berada di ruang kerja tadi. Menurut Aya ada sesuatu yang aneh dari diri Rafa. Aya merasa ada yang disembunyikan Rafa dari dirinya. Dan jika memang benar, Aya harap sesuatu yang disembunyikan oleh Rafa tidak berdampak buruk bagi keadaan keluarga kecil mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN