1. Mau Kawin

1818 Kata
Bisa mencintai adalah anugerah terindah dari Tuhan. Siapapun manusia bisa saja menikah, tetapi belum tentu semua manusia bisa merasakan cinta. Arselio sangat mencintai kekasihnya, Wulan. Kalau pun dia pemilik seluruh dunia, dia akan memberikan dunia itu kepada Wulan asal Wulan berada di sisinya. Semalam Arselio bahagia sekali karena sepanjang malam Wulan terus mengungkapkan cintanya kepadanya. Namun, hari ini menjadi hari terburuk untuk Arsel. Air mata Arselio mengucur deras tatkala melihat ke hpnya. Saat ini pria itu tengah berada di ruang kerjanya, karena kangen dengan sang kekasih, dia ingin menelpon. Namun, di profil nomor Wulan bukan lah foto gadis itu saja, melainkan ada laki-laki yang memakai tuxedo putih sedangkan Wulan memakai gaun putih khas pernikahan. “Pak Arsel, ada apa, Pak?” tanya Dani, sekretaris Arsel kepada pria itu. Arsel tidak menjawab, cowok itu mengotak-atik hpnya untuk melihat media sosial. Matanya menatap nyalang benda pipih di tangannya. Seumur hidup Arsel selalu mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi kali ini? Dia menginginkan Wulan untuk menjadi istrinya, tetapi Wulan menikah dengan cowok lain tanpa memutuskan hubungan dengannya. “Pak kok menangis, Pak,” cicit Dani yang sangat kepo. “Bisa diam gak sih?” tanya Arsel membentak Dani. Alhasil Dani kicep. “Dasar perempuan b******n, aku akan mengobrak-abrik tenda pernikahannya!” pekik Arsel yang kini bangun dari duduknya. “Pak … pak, tahan, Pak!” pinta Dani memegangi Arsel. “Tahan bagaimana hah? Semalam Wulan masih mengungkapkan perasaan padaku, tapi hari ini dia menikah dengan orang lain. Dia sudah menginjak harga diriku, Dani!” sentak Arsel. Dani turut iba dengan apa yang dikatakan oleh Bosnya. Namun, mengobrak-abrik tenda pernikahan bukanlah pilihan yang tepat. Apalagi saat ini Wulan sudah menikah. “Pak, lebih baik tanya dulu apa maksud dia menikah begini,” bisik Dani. “Gak ada ceritanya berbicara baik-baik,” jawab Arsel segera pergi meninggalkan Dani. Emosi Arsel sudah meluap, cowok itu menghapus air matanya yang menetes. Arsel tidak mau kelihatan lemah oleh siapapun. Jarak kantor dengan rumah Wulan tidak terlalu jauh. Hanya menempuh waktu sepuluh menit menggunakan mobil, kini Arsel sudah sampai di kediaman Wulan. Tenda pernikahan masih terpasang di sana, pria itu turun dari mobil dan bergegas memasuki tenda yang sebenarnya tidak bagus-bagus amat. “Wulan!” teriak Arsel kencang. “Wulan, keluar kamu, Wulan!” teriak Arsel lagi. Wulan yang tengah makan bersama suaminya pun menatap Arsel yang saat ini kelihatan marah. “Arsel, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Wulan menghampiri pria itu. Wulan tersentak saat pundaknya dicekal Arsel dengan kencang, perempuan itu merasa pundaknya sangat nyeri. “Apa maksudmu ini?” tanya Arsel dengan tajam. “Aku sudah menikah,” jawab Wulan sambil memalingkan wajahnya. “Aku tanya maksudmu, sialan!” bentak Arsel. “Kita putus, Arsel. Aku sudah menikah dan jangan ganggu aku lagi!” sentak Wulan menepis tangan Arsel. “Selalu ada alasan di setiap tindakan, Wulan. Aku sudah memberimu banyak hal, waktu, uang dan banyak lagi yang aku kasih ke kamu. Tapi apa balasanmu? Kamu menikah dengan orang lain yang bahkan semalam kamu masih mengungkapkan perasaanmu padaku,” ujar Arsel. Kini pertengkaran Arsel dan Wulan mengundang atensi orang-orang untuk menatap ke arah mereka. “Aku tidak mau menikah dengan anak manja kayak kamu, Arsel. Sebagai perempuan aku jelas memilih suami yang gak hanya kaya, tapi yang tanggung jawab. Kamu kaya dari lahir, orang tuamu mewariskan kekayaan padamu. Kalau suatu saat bangkrut, belum tentu kamu bisa bekerja dengan baik,” seloroh Wulan. Arsel membulatkan matanya saat mendengar ucapan Wulan yang sama sekali tidak masuk akal. Jelas-jelas dia seorang pekerja keras, tetapi Wulan seenaknya mengatakan demikian. “Cinta yang aku ucapkan semalam hanya omong kosong. Aku gak mau menikah denganmu dan gak ingin melihatmu lagi. Sekarang pergi dari sini!” pekik Wulan mendorong tubuh Arsl dengan kencang. “Dasar anak manja,” maki Wulan lagi. Kini krasak-krusuk terdengar menghujat Arsel. Pun dengan orang tua Wulan yang juga mengatakan kalau dirinya anak manja. Di sini Arsel yang korban, tetapi Arsel yang dimaki-maki. Arsel menyesal tengah menangisi cewek di hadapannya. Mungkin ini yang dinamakan air s**u dibalas dengan air tuba. Setelah apa yang dia berikan kepada Wulan, dia hanya mendapatkan luka yang diberikan gadis itu. “Akhhhh!” Arsel berteriak frustasi sambil mengacak rambutnya kasar untuk menyadarkan dirinya dari ingatan masa lalu. Arselio Wibisana, seorang pria berusia dua puluh tujuh tahun yang sukses menjadi pengusaha muda. Tentu saja kesuksesannya langsung datang tiba-tiba karena dia pewaris, bukan perintis. Orang kaya mendadak itu ada dan nyata, yaitu anak yang orang tuanya kaya. Meski sudah banyak uang, tetapi Arselio selalu darah tinggi, mungkin ini yang namanya duit tidak membuat bahagia. Hidup Arsel terus saja saingan dengan mantan kekasihnya yang bernama Wulan. Arsel dan Wulan sudah pacaran tiga tahun, tetapi dengan tidak tau dirinya Wulan malah kawin sama cowok lain. Hal itu sukses membuat Arsel kesal setengah mati. Kini Arsel ingin kawin juga untuk menyaingi mantannya. Pokoknya Arsel ingin menikah dan punya anak kembar lima sekaligus. Saat ini Arsel berada di rumahnya, tetapi ingatannya terus mengarah ke hari dimana dia bertengkar dengan Wulan di pernikahan perempuan itu. “Sudah, Pak. Jangan diingat-ingat lagi si Wulan!” pinta Dani yang tau apa yang dipikirkan oleh bosnya. “Dani, aku gak mau tau. Pokok kamu harus dapatkan satu wanita baik-baik untuk jadi istriku!” pinta Arsel kepada asisten pribadinya. “Pak, bagaimana aku mendapatkan wanita? Yang mau nikah itu Pak Arsel, bukan aku, cari sendiri sana!” titah Dani. “Lolololo … gak bahaya ta? Aku nyuruh kamu, tapi kenapa kamu nyuruh aku balik?” tanya Arsel. “Ya aku bingung dimana aku nyari wanitanya, Pak. Aku sendiri saja masih jomblo,” ujar Dani frustasi. Satu minggu ini Dani terus disuruh mencari wanita. "Kamu boleh jomblo, tapi aku tidak boleh jomblo. Aku harus kawin secepatnya, kasihan burung cuma buat pipis," oceh Arsel. Kalau mencari wanita yang bisa dijadikan istri semudah menyerok ikan di kolam, sampai umur dua puluh lima tahun Dani tidak akan jomblo. Sekarang dirinya saja jomblo, tapi malah disuruh cari istri buat bosnya. "Aku gak tau harus nyari kemana," keluh Dani. “Kan teman kuliahmu banyak, tetanggamu juga banyak yang cewek, atau siapapun itu. Pokok orangnya harus cantik, subur bisa melahirkan anak kembar lima,” jelas Arsel menggebu-gebu. “Nikah saja sama kucing!” sentak Dani yang kelewat emosi. “Aku serius, Dani!” pekik Arsel. “Aku lebih serius, Pak. Ini manusia, hanya lima persen kemungkinan punya anak kembar lima. Pak Arsel saja gak punya turunan kembar, gimana nanti mau punya anak kembar hah?” jelas Dani bertubi-tubi. Dani sungguh tidak habis pikir dengan bosnya yang sangat kelewatan. Kenapa dia harus mendapatkan bos seabsurd Arsel? Arsel yang patah hati, tetapi dia yang kena imbasnya. “Pas aku dolan jebul ketemu kowe neng dalan … kowe konangan gendaan.” Suara seorang gadis bernyanyi membuat Arsel dan Dani menoleh ke sumber suara. Arsel berkacak pinggang menatap adik angkatnya yang seolah menyindirnya dengan lagu itu. Pasalnya Arsel pernah cerita kalau dia bertemu mantannya bersama cowok lain di jalan. “Woy!” teriak Arsel menghentikan gadis itu bernyanyi. “Apa, Mas?” tanya Ara tanpa merasa bersalah. Ara seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun yang saat ini menjadi guru magang di salah satu SD. Gadis itu diangkat jadi anak oleh orang tua Arsel sejak kecil sampai sekarang. Meski saat ini orang tua angkatnya tinggal di luar negeri, tetapi Ara masih ikut tinggal sama Kakaknya. Sebenarnya Ara sungkan tinggal di sini karena dia tau tidak ada hubungan darah dan jatuhnya tetap bukan muhrim dengan Arsel. Namun, orang tuanya memaksa dia tinggal bersama Arsel agar ada yang mengawasi. “Kamu menyindirku ya?” tanya Arsel dengan tajam. “Siapa yang nyindir? Percaya diri banget jadi orang,” ketus Ara. “Aku tau akal bulusmu, Ara. Setiap hari kamu nyanyi itu, bilang saja kamu senang aku putus sama Wulan,” seloroh Arsel. Kan, Arsel memang gampang darah tinggi. Arsel orang yang mempunyai pengendalian emosi buruk, dikit-dikit cowok itu emosi. “Dek Ara,” sapa Dani dengan suara lembut. “Eh, Mas Dani,” jawab Ara segera menghampiri Dani. Arsel membulatkan matanya melihat Dani dan Ara yang saat ini saling menggoda satu sama lain. “Woy, di sini ada Kakaknya. Gak usah deket-deket adikku!” sentak Arsel. “Ini gak boleh, itu gak boleh, semua gak boleh. Terus bolehnya apa?” tanya Dani frustasi. “Bolehnya nyariin aku istri,” jawab Arsel. “Hahahaha ….” Ara tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Kakaknya. Sedangkan Arsel yang ditertawakan pun tidak terima. “Kenapa kamu tertawa?” tanya Arsel. “Mas … Mas, kelihatan banget gak lakunya sampai minta dicariin istri. Payah,” ejek Ara. Arsel mengepalkan tangannya, pria itu merasa dihina oleh adiknya. Padahal secara fisik dia ganteng, hidungnya juga mancung kayak perosotan turunan dari Ayahnya. “Kamu sendiri masih jomblo sok-sokan ngatain. Mana pacarmu? Sekali pun dia tidak datang ke sini,” ketus Arsel. “Pacarku Taehyung,” jawab Ara. “Pacar tuh harus nyata, bukan halusinasi semata,” ejek Arsel. Arsel menatap tubuh adiknya dari atas sampai bawah yang memakai seragam mengajarnya. Kalau dilihat-lihat Ara tidak terlalu buruk. “Ara, bagaimana kalau kita menikah?” tanya Arsel membuat Ara tersentak. Pun dengan Dani yang kaget mendengar ucapan bosnya. “Jangan ngaco, Mas. Aku gak suka sama kamu!” pekik Ara. “Kita gak menikah atas dasar suka sama suka, tapi menikah untuk kepentingan aku menyaingi mantan,” ucap Arsel. Ara menatap nanar kakaknya. “Hei mulut j*****m! Bisa-bisanya kau berkata demikian. Menikah itu bukan hanya menyatukan seorang perempuan dan seorang lak-laki, tapi janji dengan Tuhan secara sakral,” jelas Ara. “Aamiin,” jawab Arsel. “Aku gak berdoa, Mas.” Saking kesalnya Ara meninju rahang Arsel dengan kencang. Arsel mengusap rahangnya pelan, tinjuan Ara sama sekali tidak sakit. “Dani, atur pernikahanku dengan Ara!” pinta Arsel tidak mau dibantah. “Jangan aneh-aneh!” pekik Ara dan Dani bersamaan. Arsel tidak peduli, cowok itu berlalu begitu saja sambil menarik jasnya di sofa. “Pak Arsel, ini Ara bagianku, Pak. Aku caper sama Ara sudah tiga tahun, kenapa malah Pak Arsel mau nikahin dia?” tanya Dani merengek. “Tidak mau tau, pokok siapkan dengan cepat!” titah Dani. Ara masih membeo di tempatnya, dari kecil dia diangkat jadi anak, dan sekarang dia mau diangkat menjadi istri? “Ohoiii … aku tidak mau jadi istrimu!” pekik Ara mengejar Arsel. Arsel tetap tidak peduli, cowok itu keluar rumah dan memasuki mobilnya untuk berangkat ke kantor. Ara mengetuk-ketuk pintu mobil kakaknya. “Mas woy, jangan bercanda, Mas! Aku gak mau menikah denganmu!” teriak Ara terus mengetuk pintu mobil Kakaknya. Keputusan Arsel sudah bulat, pokoknya dia mau menikah dengan adik angkatnya dan mendapatkan anak kembar lima biar bisa menyaingi mantannya yang saat ini sedang hamil. Sedangkan Ara menjambak rambutnya frustasi. Dia tidak mau menikah dengan Kakaknya yang gagal move on. Cowok idaman Ara adalah Taehyung, bukan cowok lainnya. Lagi pula Ara tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya dia menjadi seorang istri, hubungan kakak adik saja dia sering bertengkar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN