Bab 22

2192 Kata

Udara malam masih menyisakan sisa bau busuk dari halaman, menusuk setiap kali angin bertiup melewati celah jendela. Ruang tamu remang, hanya lampu gantung yang menyala redup, memantulkan bayangan panjang di dinding yang membuat suasana semakin muram. Bening duduk di ujung sofa, tubuhnya meringkuk dengan kedua tangan mencengkeram erat bantal kecil, seakan itu satu-satunya pegangan. Matanya sembab dan hidungnya sedikit memerah seperti bekas tangisan yang belum benar-benar kering. Sesekali ia menarik napas panjang, tapi selalu gagal menenangkan degup jantung yang masih kacau. Ketika suara kunci berputar di pintu depan, tubuhnya sontak menegang. Kepalanya terangkat cepat, matanya melebar penuh harap sekaligus amarah yang ia tahan. Banyu masuk dengan langkah tenang. Wajahnya sama dinginnya s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN