Gedung kejaksaan siang itu terasa lengang, meski derap sepatu para staf sesekali terdengar bergema di sepanjang koridor. Banyu baru saja sampai di kantornya, jas hitamnya masih rapi, dasi terikat sempurna, wajahnya tetap datar. Begitu pintu ruangannya ditutup, sunyi langsung menelan sekelilingnya. Ia meletakkan map berisi berkas sidang pagi tadi di atas meja, lalu menyalakan laptop. Layar monitor besar di sudut ruangan menampilkan daftar email yang baru saja masuk. Matanya langsung tertuju pada satu folder khusus yang sudah ia tandai sejak pagi tadi, folder berisi foto Bening yang dibakar. Dengan gerakan terukur, ia membuka kembali lampiran itu. Gambar foto yang setengah hangus memenuhi layar, potret Bening sedang tersenyum, sederhana, tulus, namun sisi kanan fotonya sudah dilahap api, m

