Jalanan yang membentang keluar kota pagi itu masih lengang karena ini bukan hari libur, jadi orang-orang masih sibuk di kota dan bekerja. Udara dingin menusuk hingga ke tulang, tapi Banyu tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kedua matanya sesekali melirik kaca spion, memastikan tak ada yang mengikutinya. Ia tidak masuk kantor hari ini. Bahkan Bening pun tidak tahu. Yang ia tuju bukan gedung kejaksaan, melainkan sebuah tempat yang sudah lama tidak ia datangi, yaitu rumah lamanya. Mobil berhenti di ujung gang sempit yang sudah begitu asing. Banyu keluar, merapatkan jasnya, lalu berjalan perlahan. Di depannya, bangunan rumah yang dulu hancur terbakar kini telah berdiri kembali. Cat dinding berwarna krem muda, pagar besi yang mengilap, jendela baru dengan tirai putih. Dari dalam

