Dahulu, Kowloon adalah kota kecil yang sangat ramai dengan bangunan bertingkat-tingkat dan padat. Rata-rata satu bangunan memiliki sepuluh hingga empat belas lantai dengan diisi oleh lebih dari sepuluh ribu rumah. Banyak blok menara tinggi dan sempit di kota itu saling berhimpitan sehingga membuat seluruh area tampak seperti satu struktur. Karena kota itu dikenal tanpa hukum, orang-orang yang tinggal di sana pun melakukan segala hal sesuka hati mereka. Kebanyakan yang menguasai wilayah tersebut adaah anggota mafia yang memakai para kriminal di sana sebagai informan dan pekerja serabutan untuk pekerjaan ilegal. Selain itu juga ada banyak mucikari, dan pengedar obat-obatan terlarang.
Tidak hanya orang biasa yang hidup di sana, bahkan beberapa orang-orang terpelajar yang tersesat dalam lingkup kejahatan juga banyak yang tinggal di Kowloon. Semisalnya, seorang dokter yang enggan mengurus izin praktiknya bisa membuka pelayanan tidak resmi di Kowloon. Hal-hal ilegal seperti itu sudah sangat lazim terjadi di tempat itu. Seiring berjalannya waktu, Kowloon juga semakin ditinggalkan. Kota itu sebenarnya sudah ditutup oleh pemerintah karena maraknya tindak kriminal berat yang terjadi serta tidak adanya pengurusan yang benar, namun bukan berarti kota itu benar-benar mati.
Kowloon memang sudah ditutup oleh pemerintah, namun pengawasan akan kota tersebut sama sekali tidak ketat sehingga di dalamnya masih banyak orang-orang yang berada di sana atau sekadar melakukan pekerjaan ilegal mereka di tempat itu. Sama seperti apa yang dilakukan Nikolai sebelumnya.
Nadia sama sekali belum pernah mengunjungi Kowloon. Ketika Nikolai sedang memasok obat-obatan terlarang untuk bisnisnya, Nadia hendak ikut untuk mengetahui lebih dalam cara kerja Nikolai, namun kakaknya itu melarang Nadia ikut dengan dalih bahwa tempat itu sangat berbahaya. Nadia tentu sudah bisa membayangkan bagaimana bahayanya Kowloon dari banyaknya kriminal dari kelas rendah hingga kelas tinggi yang berada di sana, namun Nadia sebenarnya hanya ingin belajar cara kerja Bratva secara langsung. Sayang sekali, Nadia tidak mendapatkan kesempatan itu sehingga sampai saat ini Nadia juga masih belum tahu situasi sebenarnya di Kowloon.
Nadia benar-benar tidak menyangka bahwa ada rencana besar yang akan menarget Liu Jia Li dan bahkan Nikolai. Sesungguhnya, Nadia tidak ingin percaya dengan perkataan Akiyama Tenzo. Bagaimanapun, dia adalah salah adik dari Akiyama Toshiro, yakuza yang membantu Liu Yantsui mengacaukan segalanya. Dipikirkan berkali-kali pun, rasanya benar-benar mustahil seorang Akiyama Tenzo berpihak kepada Nadia yang notabene adalah musuhnya. Tetapi cara Akiyama Tenzo menyampaikan informasi tersebut terkesan tidak dibuat-buat. Ia seperti benar-benar panik dan tidak ingin seorang pun tahu bahwa ia telah membocorkan rencana besar kakaknya sendiri. Ah sial, Nadia benar-benar tidak fokus dengan pelajaran yang sedang dijelaskan di depan. Sepanjang jam pelajaran pertama hingga terakhir, Nadia sama sekali tidak mendengarkan dengan seksama dan berharap waktu segera berlalu agar ia cepat kembali ke markas Bratva dan menyampaikan apa yang diinformasikan oleh Akiyama Tenzo sebelumnya.
Tepat ketika bel pelajaran selesai berbunyi, Nadia langsung bergegas mengemasi barang-barangnya dan berjalan keluar dengan terburu-buru.
“Nadia!”
Nadia berhenti dan menoleh ke belakang. “Huh? Tenzo?”
Akiyama Tenzo bernapas putus-putus. “Jangan katakan bahwa informasi itu dariku.”
Nadia mengernyit, tetapi kemudian mengangguk. “Okay.” Dan ia kembali berjalan cepat untuk pulang.
Nadia menghela napas ketika mobil jemputan yang datang berisi Rodion dan bukan Slava. Itu artinya Nikolai masih belum kembali dari Hong Kong. Sama seperti perjalanan sebelumnya, Rodion sama sekali tidak berani mengatakan apa-apa kepada Nadia. Atmosfer tegang di antara mereka benar-benar mengerikan, dan Nadia menjadi tidak betah karenanya.
“Rodion, jangan diam saja.”
“Eh? Maaf, Nona Nadia?”
“Kau masih takut karena perkataanku tadi pagi? Aku minta maaf. Suasana hatiku sedang tidak baik.”
Rodion tampak terkejut. “Tidak, seharusnya saya yang meminta maaf kepada Nona Nadia karena telah lancang mengatakan apa yang seharusnya tidak dibahas.”
“Yeah, aku akan sangat menghargai jika kau tidak membahas hal itu lagi.”
“Baik, Nona Nadia.”
“Ngomong-ngomong, kau ikut dengan Nikolai ke Kowloon hari itu ‘kan?”
Rodion mengangguk. “Benar, Nona Nadia.”
“Bagaimana di sana?”
“Um, maaf?”
Nadia menggaruk tengkunya yang tidak gatal, mendadak bingung bagaimana menanyakannya. Ia harus mencari informasi terlebih dahulu sebelum benar-benar mengatakannya kepada Nikolai. Jujur saja, bahkan Nadia belum bisa benar-benar percaya dengan apa yang dikatakan oleh Akiyama Tenzo.
“Maksudku apakah semuanya berjalan lancar hari itu? Sama sekali tidak ada kendala atau semacamnya? Nikolai tidak memperbolehkan aku ikut padahal aku ingin belajar dengan mengamati secara langsung.”
“Saya rasa apa yang dilakukan oleh Tuan Nikolai sudah tepat, Nona Nadia. Kowloon sangat berbahaya bahkan untuk para kriminal kelas berat sekali pun. Tempat itu memang sudah ditutup oleh pemerintah sejak lama, namun karena penutupan tersebut, kriminal malah semakin banyak yang menggunakan Kowloon sebagai markas atau area bekerja mereka. Lengah sedikit saja, nyawa bisa melayang.”
“Heeee… apakah benar-benar seberbahaya itu?”
Rodion mengangguk. “Setidaknya, itu adalah pendapat saya yang sudah beberapa kali mengunjungi Kowloon baik untuk mengawal Tuan Nikolai maupun pergi sendirian untuk mencari informasi.”
“Aku tidak tahu jika Kowloon benar-benar separah itu. Memang kabar berita mengatakan demikian, namun aku masih penasaran karena belum pernah ke sana sama sekali.”
“Saya harap Nona Nadia tidak berpikir untuk menyelinap dan pergi ke Kowloon sendirian tanpa pengawalan.”
Nadia mengernyit. “Huh? Kau pikir aku bodoh?”
“Justru karena Nona Nadia cerdas dan penuh rasa ingin tahu, makanya saya khawatir akan hal itu. Nona Nadia bisa melakukan apapun yang anda suka, tetapi saya mohon jangan pernah sekali-kali menginjakkan kaki di Kowloon tanpa pengawalan.”
Nadia mendengus mendengarnya. “Kau terdengar seperti Nikolai saja.”
“Memangnya mengapa Nona Nadia menanyakan tentang Kowloon? Tuan Nikolai mengunjungi Kowloon sudah berbulan-bulan yang lalu. Rasanya teralu telat jika Nona Nadia baru menanyakannya sekarang.”
Nadia memutar bola matanya. “Bagaimana bisa aku menanyakan hal ini di waktu yang tepat. Selama beberapa bulan terakhir Bratva sibuk dengan urusan Dragon’s Claws, mana mungkin aku tiba-tiba menanyakan tentang kegiatan Nikolai yang sudah lewat.”
“Bukan karena seseorang mengatakan sesuatu kepada Nona Nadia tentang Kowloon?”
“Hah? Apa maksudmu?”
Rodion menghela napas pelan. “Maaf, saya hanya merasa waspada karena anda tiba-tiba menanyakan tentang tempat berbahaya itu.”
“Kalau pun aku ke sana, bukan berarti aku akan langsung mati begitu saja ‘kan? Kau ingat aku bisa membunuh Liu Yantsui? Well, meski sebagian karena beruntung sebab Liu Yantsui sedang lengah.”
“Saya mengakui kehebatan tersebut, namun Kowloon tidak sama dengan area lain. Benar-benar area yang harus dihindari. Saya tidak meragukan kemampuan Nona Nadia sama sekali. Saya tahu anda sangat kuat karena telah berlatih selama bertahun-tahun, tetapi area itu…” Rodion menghela napas. “… Saya benar-benar bingung bagaimana mengatakannya, yang jelas area tersebut sangat terlarang dan berbahaya.”
Pembicaraan mereka tentang Kowloon berhenti ketika mobil yang dikendarai Rodion dan Nadia masuk ke pelataran markas Bratva. Seperti yang telah Nadia perkirakan, Nikolai belum kembali dari Dragon’s Claws. Nadia benar-benar kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh Akiyama Tenzo di sekolah tadi.
“Bagaimana caraku membuktikan bahwa apa yang dia ucapkan benar?” Gumam Nadia kepada dirinya sendiri.
“Membuktikan apa?”
Nadia terlonjak kaget. Luka berdiri di belakangnya dengan ekspresi bertanya. “Membuktikan apa?” Ulangnya.
Nadia mengelus dadanya karena terkejut. “Jangan muncul tiba-tiba seperti itu.”
Luka tertawa dan mengacak-acak surai pirang Nadia dengan gemas. “Maaf, maaf.”
“Hei!”
“Jadi, membuktikan apa?”
Nadia menggeleng. “Bukan apa-apa.”
“Hei ayolah, kita biasanya saling berbagi rahasia sejak kecil.”
“Bukan apa-apa kok.”
“Tentang Yao Wang?”
Nadia menggeleng cepat. “Bukan. Bukan tentang Yao sama sekali.”
“Jadi?”
Nadia menghela napas, ragu-ragu ingin mengatakannya atau tidak. Luka memang bisa dipercaya. Pria itu sering berbagi rahasia dengannya sejak kecil. Apapun itu, Luka adalah tempat berbagi cerita yang menyenangkan. Meski dia tampak seperti seseorang dengan mulut lebar yang sulit menyimpan rahasia, sesungguhnya dia sangat pintar menyimpan rahasia. Justru sifatnya itu yang membuat banyak orang tidak mencurigai Luka meski ia sebenarnya sedang menyimpan rahasia.
“Luka, bisnisnmu di Makau belum selesai?”
“Huh? Kenapa menanyakan itu? Jangan-jangan kau ingin aku cepat-cepat pulang ke Rusia ya?”
“Bukan begitu, aku hanya bertanya. Ketika kau datang ke Makau waktu itu, kau bilang hanya sekadar mengurus bisnis di sini sebentar. Tetapi sudah berapa bulan sejak kau pertama kali datang, huh?”
Luka tertawa sembari menggaruk lehernya yang tidak gatal. “Rencananya aku memang hanya akan berada di Makau satu atau dua bulan saja, paling lama tiga bulan. Tetapi kemudian, pekerjaanku menjadi semakin sibuk. Kau tahu, bisnisku sangat berkembang di Makau. Jadi aku memperpanjang kontrak kerja sama dengan company di Makau makanya aku masih berada di sini.”
“Oh…”
“Ada apa? Tidak biasanya kau tertarik dengan pekerjaanku.”
Nadia mengangkat bahu tak acuh. “Aku hanya penasaran.”
Luka menunduk dan mendekatkan wajahnya kepada Nadia. “Heee? Benarkah hanya penasaran? Ayo katakan, ada apa sebenarnya?”
Nadia mendecak melihat kegigihan Luka. “Baiklah, aku hanya ingin bertanya padamu.”
“Apa itu?”
“Apakah kau pernah bekerja atau terlibat dengan orang-orang dari Kowloon?”
Senyum di wajah Luka sirna ketika mendengar nama kota itu disebut. “Mengapa kau bertanya tentang Kowloon?”
“Aku hanya penasaran. Jika kau tidak bisa menjawabnya, aku tidak masalah.”
“Aku bisa menjawab, tapi katakan padaku mengapa kau ingin tahu?”
Nadia menghela napas. “Aku hanya penasaran. Terakhir kali Nikolai memiliki pekerjaan di Kowloon, aku meminta untuk ikut agar aku bisa mengamati pekerjaan Bratva secara langsung, namun Nikolai melarang keras aku untuk ikut. Ia bahkan memperingatkan aku agar jangan sampai menginjakkan kakiku ke Kowloon apapun alasannya. Aku tahu bahwa Kowloon berbahaya, tetapi mengapa sampai seperti itu? Aku juga bukannya gadis lemah biasa yang hanya bisa menangis ketika bertemu penjahat.”
“Hm… aku setuju dengan apa yang dipikirkan oleh Nikolai. Kau memang tidak seharusnya berada di Kowloon apapun yang terjadi. Aku pernah memiliki satu kolega yang bawahannya ditempatkan di Kowloon, dan mau tidak mau aku pergi ke sana untuk beberapa diskusi. Tempat itu… hm… bagaimana menjelaskannya ya, seperti satu sisi gelap di Hong Kong yang memang tidak seharusnya untuk didatangi kecuali memang benar-benar kebutuhan darurat.”
“Bagaimana pengalamanmu di sana?”
“Aku sulit untuk menjelaskannya. Intinya, jika memang tidak benar-benar dibutuhkan maka aku tidak akan mau untuk kembali ke Kowloon. Tempat itu sudah ditutup oleh pemerintah karena kejahatan yang terus-menerus sejak dulu, tetapi kenyataanya Kowloon malah semakin terkenal dengan kejahatannya. Menutup Kowloon sama sekali tidak berguna, kecuali militer negara mau mengerahkan pasukannya untuk benar-benar menjaga daerah itu. Sayang sekali, pemerintah kemungkinan besar juga tidak terlalu peduli dengan wilayah Kowloon. Untuk apa mengerahkan pasukan dan menyia-nyiakan uang negara untuk mengurus daerah yang tidak menguntungkan sama sekali. Ah, bahkan mungkin beberapa pejabat negara malah memiliki hubungan gelap dengan Kowloon. Kau juga pasti tahu bagaimana bebasnya Kowloon. Apapun yang kau inginkan ada di sana.”
Nadia mengangguk. Penjelasan Luka dan Rodion yang sudah pernah ke Kowloon hampir mirip. Kowloon sangat berbahaya, Kowloon berisi berbagai macam kriminal dari yang rendah hingga kelas berat, Kowloon diabaikan pemerintah meski sudah ditutup sejak lama, dan yang pasti bahwa Rodion dan Luka enggan untuk kembali ke sana jika tidak ada urusan yang benar-benar mendesak.
“Jadi, apa sebenarnya motifmu bertanya tentang Kowloon?”
“Huh? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku hanya penasaran karena Nikolai tidak memperbolehkan aku ikut. Apalagi yang kau harapkan?”
Luka mengusap dagunya dan menyipit skeptis. “Tentu saja aku berharap ada jawaban lain karena yang ada di hadapanku ini seorang Nadezhda Grigorev, gadis yang tidak akan menanyakan sesuatu tanpa motif tersembunyi besar di baliknya.”
Nadia memutar bola matanya mendengar hal itu. “Aku terdengar seperti orang licik yang membutuhkan informasi untuk tindak kejahatan saja.”
“Tapi benar ‘kan? Bahkan jika tujuannya bukan kejahatan, kau pasti akan terlibat dengan hal itu.”
“Sudahlah, aku kembali ke ruanganku dulu. Lelah.” Nadia berbalik dan melabai ringan kepada Luka.
“Ingat ya! Jangan sekali-kali menginjakkan kakimu ke Kowloon tanpa pengawalan!” Seru Luka berusaha memperingatkan.
“Ya, aku tahu.”
Nadia melemparkan tubuh lelahnya ke atas ranjang. Ia masih memikirkan perkataan Akiyama Tenzo dan testimoni dari Rodion dan Luka yang sudah pernah melakukan pekerjaan ke Kowloon. Orang seperti Rodion yang tidak takut akan bahaya apapun bahkan mengatakan untuk menjauhi Kowloon. Lalu Luka yang secara teknis memiliki kekuasaan dan bisa membayang bodyguard paling kuat di seluruh dunia sekali pun enggan kembali ke sana jika tidak ada hal mendesak. Bukankah itu artinya Kowloon saat ini benar-benar seperti neraka untuk manusia biasa?
“Bagaimana jika rencana besar yang dikatakan oleh Akiyama Tenzo itu benar-benar dilakukan oleh beberapa pemimpin organisasi yang tidak setuju dengan kepemimpinan Dragon’s Claws?” Tanya Nadia kepada dirinya sendiri.
Nadia tidak ingin membuat kekacauan dan langsung mengatakan kepada Nikolai mengenai apa yang dikatakan oleh Akiyama Tenzo. Jika itu jebakan, dan Akiyama Tenzo hanya ingin membantu kakaknya agar Nikolai datang ke Kowloon kemudian dibunuh, maka Nadia akan merasa sangat bersalah. Nikolai adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Sebanyak apapun bawahan yang dimiliki Bratva, eksistensi Nikolai tidak akan pernah tergeser oleh siapa pun.
Nadia mengacak-acak surai pirangnya kesal. “Ah sial, bagaimana caranya aku membuktikan bahwa perkataan Tenzo benar?”
***