Mobil hitam itu terparkir tepat di halaman rumahku. Aku menyipit, rasanya tidak asing dengan penampakan mobil tersebut, juga stiker kecil tim sepak bola di sudut jendela kaca. "Ada tamu?" tanya Rian kembali menutup pagar. Aku mengangkat bahu, "Mana gue tahu." Lampu ruang tamu menyala, mengindikasikan memang ada seseorang yang datang. Padahal biasanya ayah tidak akan menghidupkan lampu ruang tamu kalau tidak ada tamu. Kulepas sepatu dan meletakkan di rak, kemudian membuka pintu. "Assalamualaikum," sapaku pada beberapa orang yang ternyata sedang berbincang didalam. Awalnya aku tidak terlalu terkejut melihat ayah, mama, Mas Farhan dan Mbak Nilam—calon istri Mas Farhan—di sana. Namun, langkahku seketika berhenti saat melihat Kahfi duduk sambil minum teh di sofa paling ujung. "Waalaikumsa

