Bagian Dua : Keluarga Cemara

1029 Kata
Gemi turun dari mobil, menatap malas kepada supir pribadinya. Biasanya Gemi akan mengunakan mobilnya sendiri, tapi berhubung dia dalam masa hukuman. Jadi mau tidak mau Gemi harus di antar oleh Supir.Sungguh sangat menyebalkan bukan. Gemi masuk kedalam rumah terlihat, Piter adiknya, yang masih mengunakan seragam SMP merebahkan tubuh pada sofa. Di bawahnya ada abangnya Rion yang sedang duduk meluruskan kaki. "Bang lo ke kanan jangan ke kiri mulu!" seru Piter, tanpa melihat kearah Rion. Karena sibuk dengan ponselnya. Keduanya sedang main game bareng. "Bocah diem deh!" balas Rion dengan kesal, Rion merasa Piter sok pintar. Sementara itu, Gemi yang baru masuk rumah menggerutu sebal, abang dan adiknya itu bermain game online dan tidak mengajaknya . Karena sebal Gemi melangkah kan kakinya dan melempar asal tasnya di meja dan menggeser kaki Piter. "JUPI! Geser dikit!" seru Gemi kepada Piter. Memang sudah biasa ia menjahili Piter. "Ah lo Kak! Gue udah bilang nama gue Piter buka Jupi!" ucap Piter protes. Piter memang tidak suka, jika orang memanggilnya Jupi. Gemi tak menyahut, bagi Gemi sama aja namanya juga Jupi kan Jupiter, nah terserah Gemi lah mau memanggil siapa. "Bang! Mulai dari awal dong! Jahat banget kalian gak ngajak gue, " ucap Gemi kepada Rion yang sedang fokus. "Ah elah dek. Nanggung! Udah sampai jauh ini! Jupi belakang lo ada musuh! Hati-hati jangan ceroboh lo! " ucap Rion, Piter hanya kesal kepada kedua kakaknya. "NAMA GUE PITER BUKAN JUPI!" teriak Piter kesal. "SAMA AJA!" balas Gemi dan Rion berbarengan. Dari arah dapur, wanita bercelemek itu berjalan menuju anak-anaknya. "Kalian itu, kenapa sih? Siang-siang teriak-teriak! Pusing Mami dengernya! Ganggu Mami lagi masak tau gak!" seru Diva kepada Anak-anaknya. "Ini Mi, Kak Gemi sama bang Rion!" ucap Piter kesal kepada kedua kakaknya. Diva menepuk keningnya. Merasa pusing dengan tingkah ketiga anaknya. "Gemi, ayo bantu Mami masak aja. Kamu kan cewek, ayo bantu Mami," ucap Diva kepada Gemintang. "Ah Mami baru aja mau main.. " keluh Gemi. "Dari pada kamu main game mending masak sama Mami!" seru Diva memberi saran. "Ah gak suka masak ribet! Enakan main game!" bantah Gemi. Masih fokus dengan ponselnya. "Kan ada juga kak, yang permainan masak-masak itu di ponsel. Mami sering main. Kakak juga dulu waktu kecil sering main itu," ucap Diva. Membuat Gemi memajukan bibirnya. Sementara Rion dan Piter tertawa menanggapi perkataan Maminya. "Noh sono, main masak-masak lo," ledek Piter sembari tertawa keras. Karena kesal, Gemi menghadiahi Piter cubitan maut ala Gemi. "Anying!" seru Piter membuat Diva melebarkan matanya. "Adek! Mulutnya di jaga ya! Di depan Mami ngomong kayak gitu!" seru Diva. Piter hanya cengengesan menatap Diva. "Mampus..." ucap Gemi senang. "Papi pulang..." teriak Angkasa yang melangkah menuju ruang keluarga. Angkasa tersenyum senang, ia memeluk Diva dan menciumi seluruh wajah istrinya. "Mami Papi, inget ada anak kecil..." ucap Rion masih fokus pada ponselnya. Sementara Gemi dan Piter juga sama, mereka pura-pura tidak tau. Itu adalah jurus mereka untuk menghadapi Mami Papinya yang bucin. "Kok kamu pulangnya setengah empat, biasanya jam setengah empat kurang 15 menit. Yang 15 menitnya kemana??" tanya Diva menatap curiga kepada Angkasa. "Macet sayang..." balas Angkasa mencubit pipi Diva. "Kamu masak apa?" tanya Angkasa, pria berkumis itu tersenyum. "Belum masak, mau masak! Tuh liat anak perempuan kamu. Di ajak masak gak mau. Malah main game, " ucap Diva mengadu kepada Angkasa. Angkasa melirik Gemi yang sibuk bermain game bersama abang dan adiknya. "Aku bantu masak yuk..." ajak Angkasa, Diva memicingkan matanya menatap Angkara penuh curiga. "Ada maunya nih?" ucap Diva menatap Angkasa. Angkasa tersenyum, membisikan sesuatu kepada Diva. "Kan semalam udah...." lirih Diva. "Nanti malam lagi, biar jadi dedeknya..." balas Angkasa sembari tersenyum m***m. "MAMI SAMA PAPI, JANGAN BIKIN ADEK LAGI YA! PITER GAK MAU!" seru Piter membuat Angkasa menatap malas kepada anak bungsunya. Gemi dan Rion hanya tertawa, benar Piter tidak mau memiliki adik. "Anak kecil kepo deh..." balas Angkasa menarik tangan Diva. Menuju kamarnya. "Eeh..... mau kemana? Kan aku mau masak," ucap Diva membuat Angkasa melepaskan tangan Diva. "Maaf aku suka khilaf kalau sama kamu..." ucap Angkasa mengedipkan matanya genit. Angkasa tertawa, kecil. "Dasar m***m!" seru Diva. Lalu masuk kedalam dapur. "Sayang! Bener nih gak mau aku bantuin?" teriak Angkasa saat melihat Diva masuk kedalam dapur. "Gak usah!" teriak Diva dari dalam dapur. *** Ruang makan keluarga Angkasa sunyi hanya ada suara dentingan sendok saja. "Kak, gimana sekolah baru kamu? Baik-baik aja kan? Mami gak mau ya kamu buat masalah lagi," tanya Diva kepada Gemi di depannya. "Ya gitu lah Mi..." balas Gemi malas. "Pokoknya, ini sekolah terakhir Mami gak mau denger kamu di keluarin dari sekolah lagi..." ucap Diva. Gemi hanya mengangguk malas. Piter, yang duduk di sebelah Gemi pun mengeluarkan ide jahilnya. Lelaki itu mengambil ayam yang berada di piring Gemi. "JUPI! AYAM GUE!" seru Gemi memukul tangan Piter. "Ck, tuh kan Pi! Piter mau ganti nama aja lah! Gak mau di panggil Jupi," ucap Piter mengadu kepada Angkasa, membuat Angkasa tersedak. Diva dengan sigap memberikan minum kepada suaminya. "Pelan-pelan mas..." ucap Diva lembut. "Enak aja main ganti-ganti! Papi susah susah lo buat namanya.." balas Angkasa membuat Diva menganggukkan kepalanya. Piter memajukan bibirnya sebal. "Abisnya Kak Gemi sama Bang Rion ngeselin.." ucap Piter, meletakan sendok nya. "Lagian panggilan Jupi juga bagus loh dek. Langka giat namanya, " sahut Diva diangguki oleh Angkasa. "Tau ah, sebel!" ucap Piter malas. "Merajuk aja lo! Kayak perawan!" ledek Gemi menjitak kepala Piter. Piter pun membalas Gemi dengan cubitan di lengannya. Dan setelah itu mereka saling melebarkan matanya. Angkasa dan Diva hanya menggelengkan kepalanya. *** Malam hari nya Angkasa bersandar pada bahu Diva. "Sekarang ya?" tanya Angkasa memeluk pinggang Diva. "Terserah.." jawab Diva pasrah membuat Angkasa tersenyum senang. Angkasa menatap Diva, menyibakkan rambut Diva. Saat akan mencium bibir Diva, Knop pintu kamar mereka terbuka. Membuat Angkasa menjauh dari Diva. Piter melihat kearah kedua orang tuanya. "Loh adek ngapain ke sini?" tanya Diva sembari membenarkan letak bajunya. Piter yang membawa bantal pun segera berjalan kearah Diva. "Adek mau tidur sama Mami sama Papi..." ucap Piter membuat Angkasa melebarkan matanya. "A---" sebelum Angkasa melanjutkan perkataan nya, Diva sudah menghadiahi Angkasa dengan cubitan di pinggang membuat Angkasa tidak melanjutkan perkataannya. Piter pun tidur di tengah-tengah mereka membuat Angkasa tidak bisa memeluk Diva. Boleh kah Angkasa kesal terhadap anaknya? Yang menyebalkan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN