Aku tercenung. Bagaimana ini? Apa aku tidak sedang berfantasi? Mungkinkah aku terlalu lelah hingga berpikir sejauh ini. Tanpa sadar, kupukul pipiku. Ya Allah ... sakit. "Kenapa Yudha?!" delik ibuku tajam. "Anu, Ma. Aku ... merindukan Luna istriku," ujarku. "Dia sudah mati. Lagipula tak ada faedahnya kamu memikirkan masa lalu. Lebih baik kamu menikah dengan Karmila. Cincin berlian yang dipakai Luna kemarin itu kasih Mama." "Cincin berlian yang mana?" "Yang ada di jarinya pas meninggal," ujar ibuku santai. Melebar mataku terkejut. Kedua alisku mengkerut. "Darimana Mama tahu, Luna memakai cincin berlian saat meninggal?" Ibuku terlihat kikuk. "Yaa Mama tahulah, dia selalu pakai cincin bermata biru itu," ketusnya menjawabku. Aku memperhatikan ibuku. Apakah kecurigaanku ini benar-benar

