"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Luna menatap Ayu yang masih mendengkus kesal "Aku kesal saja dengan si Kokom itu. Mengapa sekarang jadi cantik? Aku benci dia jadi cantik. Berusaha menyaingi kecantikanmu dia?! Dasar wanita gendut!" "Jangan bicara begitu. Kalimatmu itu menyinggungku. Bagaimana kau bisa bandingkan aku dengan dia. Aku Si Buruk Rupa dan dia Putri Jelita." Seperti biasa, Luna melayani Ruminang dengan menyiapkan makanan dan menuangkan air. "Maafkan aku. Dalam memori ingatanku, kau tetap yang paling cantik." "Makanlah!" "Kau tak makan juga?" tanya Ayu. Luna menggeleng. "Aku takut seleramu rusak karena melihat wajahku," lirih Luna pelan. "Jangan tambah kemarahanku. Buka cadarmu dan makanlah!" Perlahan, Luna membuka kain penghalang itu dan menyuap. Melihat kecantikan Ayu R

