Kata orang, mustahil dalam lingkup pertemanan antara laki-laki dan perempuan murni tanpa adanya campur tangan perasaan. Pasti, selalu saja ada rasa-rasa yang menjurus pada perasaan yang lebih dari sekadar sayang teman. Tapi Hana percaya, pertemanannya dengan Yudha, Dodit, dong, dan Esa benar-benar pertemanan yang murni. Sampai pada saat beberapa waktu lalu, saat sikap Esa mulai berubah, kalimat yang ia yakini seketika diragukan. Esa, apa Esa menyukainya? "Na, kok bengong?" tanya Esa, menyentuh kepala Hana sehingga Hana berjengit kaget. Ini memang bukan pertama kalinya Esa menggenggam tangan atau mengusap puncak kepala Hana. Tapi kali ini terasa berbeda. "Eng-nggak, kok. Itu, cuma lagi mikir... Suzannah beruntung, ya, punya Stevan?" Hana tersenyum simpul, menyebutkan tokoh dari film yan

