PART. 1 SUAMIKU BUKAN KEKASIHKU

1203 Kata
Foto prawedding yang dilakukan dua bulan lalu, tercetak bagus, dan terpasang di lembar undangan berwarna emas di tangannya. Diraba wajah Radyt di dalam foto prawedding mereka. Ganteng Gagah Tinggi Kaya Matang dengan usianya yang hampir dua puluh delapan tahun. Sosok yang sempurna, apa lagi ditambah dengan sifatnya yang humoris, dan romantis. Mendapatkan cinta Radyt, adalah sebuah keberuntungan besar dalam hidupnya, bagi Cinta. Mereka memang dijodohkan, oleh kedua belah pihak keluarga. Mereka dipertemukan enam bulan lalu, dan langsung merasa klik. Wanita mana yang tidak bertekuk lutut, dengan segala apa yang ada pada Radyt. Pernikahan mereka hanya tinggal dua minggu lagi, dan Cinta merasa tidak sabar menunggu saat itu tiba. Sayangnya, saat ini Radyt harus terbang ke Paris, untuk beberapa hari, dan ia tidak bisa dihubungi, agar fokus pada urusannya, hingga bisa cepat selesai, dan cepat kembali untuk menikahi Cinta. Cinta sudah membayangkan, hari-hari penuh tawa canda bersama Radyt. Radyt tidak pernah kehabisan bahan untuk candaan. Diingatnya saat pertama kali, ia mendengar kalau kakeknya, sudah menyiapkan jodoh untuknya. Ia sangat marah, karena merasa kebebasannya dalam memilih pasangannya, dikebiri Kakeknya. Sebagai seorang anak yang selalu dimanjakan, dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bagi Cinta sebuah perjodohan adalah suatu perampasan dalam kebebasan memilih pasangan buatnya. Ia marah pada semua orang, ia sangat marah, karena ia sendiri sudah punya kekasih yang ia cintai, Marcelino Lukito. Tapi kemarahan itu sirna, saat ia melihat Radyt yang begitu sempurna. Marcell tidak ada apa-apanya dibanding Radyt. Radyt lebih segalanya. Tidak perlu waktu lama, untuk membuatnya jatuh dalam pesona Radyt, dan menerima begitu saja perjodohan mereka. Cinta menatap sosoknya sendiri di dalam cermin. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Wajahnya oval, dengan kulit wajah putih mulus, dan ia yakin, kalau lalat, atau nyamuk nemplok di wajahnya, pasti akan kepleset, saking mulus kulit wajahnya. Hidungnya mancung. Matanya lebar, dengan bola mata biru terang, persis seperti warna bola mata Radyt. Tubuhnya tinggi, padat, dan berisi. Kulit tubuhnya putih sebagaimana. Rambutnya pirang lurus. "Sempurna ...." desisnya, memuji dirinya sendiri. 'Dan lebih sempuna lagi, dengan jodoh sesempurna Radyt,' batinnya. *** Akad nikah dipagi hari, dan resepsi dimalam harinya, sudah berlangsung lancar di sebuah hotel berbintang lima. Tidak ada yang menyadari, kalau nama mempelai pria yang disebutkan saat akad nikah, dan tertulis di buku nikah, berbeda dengan yang tertera di undangan. Radytia Darmawan, yang disebutkan, dan dituliskan di buku nikah, bukanlah Radytia Gunawan, sebagaimana yang tertulis di dalam undangan. Tapi Cinta sendiri bisa merasakan, ada yang berubah dari sikap Radyt, meski ia tidak tahu, kalau sudah menikahi pria yang berbeda, dari yang dikenalnya selama ini. Sejak pagi, hingga selesai acara resepsi, Radyt lebih banyak diam, dia hanya menjawab singkat pertanyaan Cinta. Selera humornya, seperti menguap entah ke mana. 'Apa karena dia terlalu gugup?' batin Cinta. Sekarang di dalam kamar hotel, tempat mereka menginap usai resepsi, mereka hanya tinggal berdua. 'Apa sesuatu terjadi pada urusannya di Paris, sehingga Radyt berubah setelah pulang dari sana? Padahal Radyt pernah bilang, begitu selesai resepsi ia akan langsung membawaku naik ke atas ranjang, dan tidak akan memberikan kesempatan bangun sampai siang. Tapi pada kenyataannya, begitu masuk ke dalam kamar ini, Radyt langsung masuk ke dalam kamar mandi, dengan membawa pakaiannya.' Cinta masih belum mengerti, kenapa Radyt bersikap aneh seperti itu. Biasanya disetiap kesempatan pertemuan mereka, tidak pernah ketinggalan yang namanya peluk, dan cium. Ciuman Radyt sangat liar, dan selalu menuntut, tapi Cinta masih bisa membatasi diri, hanya sampai pada ciuman saja. Meski sering kali, Radyt hampir hilang kendali, tapi Cinta selalu bisa mengatasinya, dengan mengatakan, ia ingin menyerahkan kehormatannya di malam pertama mereka. 'Tapi kenapa malam ini Radyt justru seperti tidak peduli padaku. Apa Radyt berniat ingin menggoda? Apa Radyt berharap aku yang meminta? Apa ....' Pintu kamar mandi terbuka, Radyt keluar dengan baju koko, dan sarung di tubuhnya. Mata, dan mulut Cinta terbuka, karena terpesona dengan tampilan Radyt yang baginya tidak biasa. Tanpa bicara sedikitpun, Radyt mengambil sajadah, dan peci. Tanpa melirik, apa lagi memandang Cinta yang duduk di tepi ranjang, masih dengan gaun resepsinya, Radyt melangkah ke sudut kamar. Ia menggelar sajadah, dan memulai sholatnya. Cinta mengerjapkan mata, seakan merasa aneh melihat Radyt yang sedang sholat. Di rumahnya, semua orang tertulis beragama Islam di kolom agama di KTP mereka. Tapi hanya sampai di situ saja. Tidak ada sholat. Tidak ada puasa. Mereka memang berzakat, dan sering berdonasi ke panti asuhan, atau panti jompo, tapi itu hanya untuk membangun image baik, bagi keluarga mereka. Radyt sudah menyelesaikan sholatnya, dan sudah melipat sajadah, yang kemudia. diletakan di atas lengan sofa, yang ada di dalam kamar. "Kita harus bicara," kata Radyt tiba-tiba. "Ya kita memang harus bicara! Ada apa denganmu? Kenapa Mas Radyt mendàdak berubah? Apakah aku ada berbuat salah? Atau ada yang Mas sembunyikan dariku?" Cinta tak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan pertanyaan, yang dari tadi pagi mengendap di benaknya. Mata mereka bertemu, dan Cinta baru menyadari, bola mata pria di hadapannya, warnanya tak seterang birunya bola mata Radyt, yang dikenalnya selama ini. Tatapannya juga berbeda. Tidak ada tatapan menggoda, dan penuh kemesuman seperti biasanya. "Kamu tidak salah, tidak ada yang salah. Saya hanya berharap, kamu bisa kuat mendengar apa yang akan saya katakan," ucap Radyt dengan suara lembut, selembut raut wajah, dan tatapannya. "Katakanlah cepat! Jangan membuat aku mati penasaran, dengan segala perubahan yang terjadi pada sikap Mas hari ini!" desak Cinta mulai tidak sabar. "Saya ... bukanlah Radytia Gunawan, kekasihmu," suara itu sangat pelan, tapi bagai petir bagi pendengaran Cinta. "Apa maksud, Mas? Apa maksudnya? Kalau Mas bukan Radytia Hunawan, lalu Mas ini siapa? Siluman yang menyerupai Mas Radyt? Mas ingin menggodaku? Mas ...." "Nama saya, Radytia Darmawan, biasa dipanggil Darma. Saya adik kembar Guna, atau biasa kamu panggil Radyt," jawaban pria di depannya membuat mata, dan mulut Cinta terbuka lebar. Kepala Cinta menggeleng kuat. "Tidak mungkin!.Mas Radyt, dan yang lain tidak pernah menyebut kalau Mas Radyt kembar!" desis Cinta. "Maafkan kami, saya terpaksa menggantikan Guna untuk menikahimu, atas kehendak keluarga saya. Pasti kamu bertanya-tanya, kemana Guna, sampai saya yang harus menggantikannya menikah denganmu?" Tak ada jawaban dari Cinta, dan Darma melanjutkan ceritanya. "Seperti yang kamu ketahui, Guna harus terbang ke Paris dua minggu lalu, ada urusan yang tidak bisa diwakilkan, apa lagi ditinggalkannya di sana. Selama urusannya belum selesai, untuk sementara kita tidak bisa menghubunginya, agar ia bisa fokus menyelesaikan urusannya di sana. Tapi kamu jangan khawatir, kamu bisa kembali bersamanya begitu dia kembali, aku tidak akan menyentuhmu. Begitu Guna kembali, kita bisa berpisah, dan kamu bisa bersatu lagi dengan Guna." Cinta semakin menyadari perbedaan yang ada, di antara pria di depannya, dengan Radyt yang dicintainya. Pria di depannya yang mengaku kembaran Radyt, dan bernama Darma ini, sangat tenang, dan lembut dalam bersikap, dan bertutur kata. Sangat jauh berbeda dengan Radyt, yang agak urakan, dan semaunya. "Sekali lagi maafkan kami, aku berharap kita bisa menjadi teman, karena kita akan tinggal satu rumah dalam waktu yang mungkin saja cukup lama. Guna kabarnya perlu waktu lebih dari enam bulan, bahkan mungkin lebih, untuk menyelesaikan urusannya." Cinta masih tetap diam. "Kami terpaksa menempuh jalan ini, karena kami tidak ingin Kakekmu mendapat serangan jantung, jika pernikahan dibatalkan. Saya harap kamu bisa menerima ini semua." Cinta masih tetap diam, tidak tahu harus berkata apa. "Istirahatlah, saya ingin ke luar sebentar." Darma berdiri dari duduknya, lalu melangkah ke luar kamar, meninggalkan Cinta yang masih duduk diam tanpa suara. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN