Nanti Kau Jadi Hantunya

1039 Kata
Kim Seok Jin lantas duduk, menarik napas lalu menyeka air matanya yang menetes karena terlalu banyak tertawa sampai terpingkal-pingkal. Melihat Kim Tae Hyung yang masih memeletkan lidahnya membuat Kim Seok Jin kembali meneteskan air mata menahan tawanya. Terburu-buru Kim Tae Hyung menyeruput air putih agar bisa mendorong pil yang sudah sedikit larut di ujung tenggorongkannya sehingga rasa pahit benar-benar terasa, secepatnya ia melahap pisang yang sisa setengah lagi, mengunyahnya terburu-buru lantas menelannya segera. Ditenggaknya sisa air di dalam gelas barulah ia bisa bernapas lega setelahnya. Tawa Kim Seok Jin kembali meledak melihat perjuangan Kim Tae Hyung ketika minum obat begitu sangat menguras tenaga. Traak! Gelas diletakan di atas nakas dengan penuh tekanan, mata Kim Tae Hyung yang merah dan mengeluarkan air melirik Kim Seok Jin yang seketika menutup mulutnya, pipinya sampai menggelembung hampir tawanya meledak. "Tertawalah sepuas hatimu, Jin. Kau tak pernah merasakan bagaimana sulitnya jadi aku, kan?" Disekanya cairan bening dari sudut netranya, kata-kata yang ia pilih cukup dramatis membuat orang lain jadi merasa bersalah. Kim Seok Jin lantas membuang napas dari mulutnya, ia menepuk pundak Kim Tae Hyung untuk menghiburnya. "Sudahlah, cepat kau tidur, ingat nanti malam kita harus kerja." "Hmm!" Kim Tae Hyung lantas membaringkan tubuhnya di kasur setelah menghela napas. Detik kemudian Kim Seok Jin menjulurkan kepala untuk melihat apakah temannya itu sudah tidur atau belum, tanpa disangka Kim Tae Hyung bisa tidur lebih cepat, mungkin lelah setelah drama minum obat tadi. Kim Seok Jin tersenyum, menggelengkan kepalanya lalu turun dari tempat tidur milik Kim Tae Hyung dan berpindah ke ranjangnya sendiri, karena dia juga sama butuh istirahat untuk mempersiapkan nanti malam. *** Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, semua orang sudah bersiap dengan apa yang mereka bawa untuk keperluan syuting video konten nanti. Kim Nam Joon menggendong ransel hitam di punggungnya yang berisikan kamera miliknya, Min Yon Gi sama menggendong tas ranselnya yang berisi laptopnya. Beberapa orang lain juga masing-masing membawa tas ransel yang berisi makanan, minuman, obat-obatan, senter dan sebagainya untuk jaga-jaga jika dibutuhkan. Saat semua orang sudah berada di dekat mobil, hanya satu orang yang belum juga kelihatan batang hidungnya. Park Jimin menoleh pada Kim Seok Jin saat mereka hendak membuka pintu mobil mau masuk. "Apakah Tae masih sakit?" tanyanya perhatian, meski bagaimana pun, walau pun mereka sering bertengkar jika sedang bersama. Kim Seok Jin menoleh pada ambang pintu sekilas lalu menatap Park Jimin kembali. "Dia pasti masih menata rambutnya, jangan khawatir dia pasti segera keluar, dia sudah baik-baik saja." Park Jimin mengangguk samar lalu bersuara. "Lagipula aku tidak khawatir dengan anak kutu kupret itu, terserah saja dia mau sakit perut atau apa, itu karma menjadi orang pelit!" Setelahnya Park Jimin tersenyum masam lantas masuk mobil dan terdengar pintu tertutup. Kim Seok Jin hanya menggeleng dengan senyum tipis di bibirnya, dia tahu ucapan pedas Park Jimin tak pernah sampai pada hatinya, dia tahu semua anggota saling menyayangi. Saat Kim Seok Jin hendak naik ke mobil teriakan Kim Tae Hyung terdengar. "Hey, tunggu aku! Apa kalian berniat meninggalkan aku?" Pria itu keluar rumah, menutup pintu dan berlari mendekati Kim Seok Jin yang menunggunya. "Kupikir kau tak jadi ikut." "Sembarangan, kau kan tadi tahu aku sedang menata rambutku." Kim Seok Jin lantas melihat kepala Kim Tae Hyung yang memang terlihat keren dengan gaya staylist rambutnya yang khas. "Bagus," pujinya. "Sekarang segera masuk!" Kim Tae Hyung tersenyum, ia segera mendekat pada pintu mobil yang telah terbuka, dan langsung mendapatkan tatapan dingin dari Park Jimin, seketika membuat Kim Tae Hyung tersenyum masam lantas kembali mundur. "Kau saja duluan, aku terakhir," katanya kesal. Kim Seok Jin lagi-lagi tersenyum, menghela napas halus lalu menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kenapa dua orang ini tak bisa akur barang sehari saja. Kim Seok Jin mengalah dan masuk lebih dulu di kursi penumpang yang berada di tengah, lalu disusul Kim Tae Hyung dan pintu mobil tertutup. Di kursi depan ada Min Yon Gi yang menyetir dan Kim Nam Jon di sampingnya, di kursi tengah ada Park Jimin, Kim Seok Jin dan Kim Tae Hyung, di kursi belakang ada Jung Ho Seok dan Jeon Jung-Kook yang selalu anteng dengan kegiatan mereka masing-masing. Seperti biasa Jung Ho Seok selalu asyik dengan headphone yang terpasang, lagu kesukaannya lagu-lagu rapp. Sementara Jeon Jung-Kook terus memainkan pensilnya dengan alat lukis yang ia tempatkan di sisi tubuhnya, itu lebih baik dibanding kebiasaan Park Jimin dan Kim Tae Hyung yang selalu berisik di setiap kesemptan. Mobil melaju meninggalkan rumah, pintu gerbang bisa terbuka sendiri dan tertutup sendiri, pintu rumah juga didesain khusus sehingga tak perlu kunci, karena pintu itu hanya bisa terbuka jika hanya salah satu dari ketujuhnya yang menunjukan wajahnya pada alat pendeteksi wajah. Cukup keren bukan rumah mereka, hasil dari menjadi konten kreator sukses memang sangat menjanjikan. *** Pukul 10 kurang 5 menit mereka sampai di lokasi, masih ada waktu untuk mempersiapkan syuting. Min Yon Gi memarkir mobil di sebuah warung pinggir jalan yang sudah tutup. Ketujuh pria itu turun dan langsung melihat susasana hening di lokasi itu, terowongan yang dimaksud masih harus ke depan beberapa puluh meter lagi dan mereka memilih tempat itu untuk pemberhentian. Masih ada beberapa mobil yang lewat, cukup masih lumayan ramai untuk melakukan syuting, jadi mereka mempersiapkan diri lebih dulu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menelusuri lokasi. Min Yon Gi membantu Kim Nam Joon mempersiapkan kamera, dan terlihat Jeon Jung-Kook mempersiapkan alat lukisnya dialah yang bertugas memvisualisasikan makhluk-makhluk astral di tempat itu. Sementara Park Jimin, Jung Ho Seok dan Kim Seok Jin sedang berdiskusi mengenai beberapa tugas masing-masing, dan lagi-lagi Kim Tae Hyung-lah yang selalu asyik sendiri tiada hentinya melihat pantulan diri di kaca mobil memastikan penampilannya yang harus paripurna di kamera. Park Jimin memiringkan tubuh melihat jengkel ke arah Kim Tae Hyung yang memunggungi semua orang, dengan mulut cerewetnya dia berkata. "Kau mau syuting horor apa mau jadi model kecantikan?" sindirnya, membuat Kim Tae Hyung tersenyum masam. "Terus kalau mau syuting horor apakah aku harus berdandan seperti hantu?" balasnya lantas membalik badan dan berjalan, duduk di bale papan bergabung dengan yang lain. Park Jimin menyeringai. "Ide bagus, syuting selanjutnya kau berperanlah jadi hantu pocong, selama ini kita belum pernah melakukan trik itu, kan?" Kim Tae Hyung membuka mulutnya dengan mata melebar, apa yang dia katakan? Bagaimana bisa wajah setampan ini harus didandani jadi hitam jelek seperti itu? Kenapa bukan dia saja?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN