Kedua alis Frans mengkerut. Kepalanya terasa berdenyut parah hingga ia meraih keningnya, dan memijatnya sekilas untuk membantu kedua matanya terbuka.
‘Apa yang terjadi?’
Ah... Frans sedikit mengingat bahwa ia baru saja menghabiskan waktu bersama Nana. Makan malam romantis yang ditutup dengan bertukar cinta yang panas dan memabukkan.
Frans merasakan tekanan hangat pada atas tubuhnya. Ya, ia sudah terbiasa berada dalam posisi seperti ini. Nana memang terkadang tertidur di atas tubuhnya. Ia selalu berkata bahwa detak jantung Frans membuatnya merasa tenang dan mengantuk.
Tangan bertato Frans kembali menyelinap ke punggung Nana, pada sela-sela rambut panjangnya yang lembut. Di ulangtahun ke dua pernikahan ini, Frans sangat bersyukur masih memiliki Nana di pelukannya dan cinta mereka tetap bertumbuh meski buah hati yang mereka nanti belum juga tiba.
Dengan penuh rasa sayang, Frans mengecup pucuk kepala Nana yang berada tepat di bawah lehernya. Namun, ia sangat terkejut saat hidungnya mencium aroma yang tidak ia kenali. Itu bukanlah bau Nana.
Kedua mata Frans berkedip keras. Keningnya kembali mengkerut saat menyadari bahwa langit-langit yang ia lihat bukanlah langit-langit kamarnya, melainkan kantornya.
Frans segera menatap ke bawah kembali hanya untuk menyadari bahwa wanita yang berada di atas tubuhnya memiliki warna rambut yang jauh berbeda dengan Nana. Rambut yang dicat kecoklatan; sungguh bukan rambut Nana yang seharusnya hitam legam.
Dengan cepat dan kasar, Frans memutar tubuhnya untuk menjatuhkan wanita asing itu dari atas tubuhnya. Jantungnya terasa nyaris meledak saat ia melihat sosok Sofia bertubuh polos tanpa sehelai pun benang. Kemudian, Frans melirik tubuhnya sendiri untuk mendapati dirinya berada dalam kondisi yang sama.
Sofia mengerang kesakitan karena tubuhnya terbentur lantai dengan keras. “Frans…” gumamnya.
Kedua mata Frans melotot besar. Tangannya bergetar sebagai imbas dari jantungnya yang berdegub keras dan memburu.
“Kau, p*****r sialan!” Bentak pria itu seraya bangkit berdiri.
“APA YANG KAU LAKUKAN, BINAL?!” Ia langsung menyambar Sofia di leher kurusnya.
Sofia yang baru terbangun dari tidur lemasnya seketika menjadi segar atas perlakuan kasar dan mengejutkan Frans. Tangannya reflek menahan tangan besar Frans yang kini mencengkram leher rampingnya dengan brutal.
“F-Frans...” Wajah Sofia seketika memerah karena ia kesulitan bernapas.
Tanpa basa-basi lagi, Frans mengangkat Sofia dengan satu tangannya yang mencengkram leher wanita sialan itu. Ia menyeretnya ke kaca jendela yang menghadap pemandangan malam kota Jakarta, dan menekannya di sana, berharap kaca itu akan pecah sehingga ia bisa melempar binatang ini keluar.
“Kenapa aku bisa tidur denganmu?! Apa yang kau lakukan?!” Geram Frans seraya mengeratkan cekikannya, seakan hendak mematahkan leher Sofia. Ia bahkan tidak peduli pada kondisi tubuh mereka berdua yang polos total.
“Le... lepas... aku... tidak bisa... bernapas...” Mohon Sofia dengan suara tertahan dan kedua mata berair.
“Kau sengaja melakukan ini. Kau, penyihir berengsek! Kau ternyata adalah iblis! Kau ular binal!” Seru Frans, benar-benar menggebu untuk membunuh wanita itu.
“To... tolong...” Ucap Sofia dengan wajah bengap. Kedua matanya memerah pekat dan membulat lebar, seakan itu akan melompat keluar dari rongga matanya karena cekikan Frans yang begitu kuat.
Napas Frans menggebu. Ia sungguh akan membunuh wanita sial ini sekarang. Namun Sofia cukup beruntung karena akal sehat Frans masih tersisa untuk membuatnya berpikir bahwa membunuh wanita ini hanya akan membawa masalah yang mungkin akan sangat sulit ia kendalikan nantinya.
Frans menarik Sofia dari dinding kaca itu dan melempar tubuhnya ke lantai. Tidak ada suara teriakan yang keluar dari kerongkongan Sofia meski ia merasakan sakit yang teramat hebat pada lengannya karena membentur lantai dengan sangat keras. Cekikan yang Frans buat seakan masih meninggalkan tangan besar pria itu di lehernya yang menghancurkan pita suaranya.
Sofia terbatuk-batuk dan air matanya terus mengalir keluar. Jantungnya berdegub sangat keras. Di dalam hidupnya, ia tidak pernah merasa setakut ini.
Apakah pria itu sungguh Earvin Frans Bahradja? Pria yang bersikap seperti monster pembunuh ini sungguh adalah pria yang ayahnya sebutkan sebagai pria terhormat dan bijaksana?
Sofia tidak pernah mendengar atau bahkan sekedar mengira bahwa seorang Frans bisa sangat kejam dan sadis seperti ini. Ia pikir Frans adalah pria kaya dengan sifat dingin biasa. Ia tidak menyangka sama sekali Frans bisa menjadi seorang pembunuh ketika ia mengamuk.
Dengan langkah lebar, Frans menghampiri Sofia dan menendangnya sekali hingga terguling.
Sofia dengan putus asa langsung berseru-seru memohon ampun. Ia segera mengembalikan posisi tubuhnya yang tersungkur menjadi bersujud, memohon agar Frans tidak membunuhnya.
“Jangan… aku mohon. Jangan bunuh aku! Aku mohon kasihanilah aku...” Ucap Sofia dengan air mata berliang.
Mata merah darah Frans menusuk Sofia dengan tatapan bengis. Ia harus menahan tangan dan kakinya untuk tidak menghabisi nyawa wanita sialan itu.
“Kau… kau telah merencanakan ini semua sejak awal. Kau wanita sialan. Nana benar. Istriku benar tentang dirimu. Kau adalah ular. Iblis! Binal!”
Sofia menggeleng. “Aku mohon maafkan aku. Aku tidak tahu... aku... aku tidak tahu apa yang terjadi...”
“Kau tidak tahu apa yang terjadi?! Kau pikir aku tidak ingat; terakhir kali aku ada di sini bersamamu! Kau memberikanku-” Kalimat Frans terhenti. Ia mengingat bahwa ada hal yang seharusnya ia lakukan sekarang.
Frans langsung melirik jam yang berdetik di dinding. Kedua matanya membesar saat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.
Nana. Bagaimana dengan Nana? Bagaimana dengan makan malam mereka?
Tanpa mempedulikan Sofia, Frans segera memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai. Setelah semuanya terkumpul, ia kembali menghadap Sofia yang masih bersujud sambil menangis.
“Bangun, kau!” Ia dengan kasar menarik rambut wanita itu untuk membuatnya berdiri.
Sungguh Frans tidak pernah melakukan kekerasan kepada perempuan. Ia bahkan tidak menyangka dapat memperlakukan Sofia seperti ini. Namun, ia tidak akan menahan dirinya karna wanita ini sungguh sudah keterlaluan. Jika tidak ada hukum di dunia ini, Frans sungguh akan membunuhnya.
“Akh… Tolong... Ampuni aku...” Sofia memegangi tangan Frans yang menjambak rambut panjangnya ke atas.
Meski begitu, Frans tidak memiliki secuil pun rasa iba untuk Sofia. Ia sungguh jijik pada wanita itu.
“Berani-beraninya kau mencari masalah denganku. Nyalimu sungguh besar untuk menjebakku seperti ini,” Desis Frans di telinganya.
“Angkat kakimu dari sini untuk selamanya. Aku sungguh akan membunuhmu jika melihat wajahmu lagi. Bersiaplah untuk menderita. Aku bersumpah akan membuatmu menderita, jalang! Hidupmu tidak akan tenang!”
Kemudian Frans melepaskan Sofia lagi dengan mendorong kepalanya hingga wanita itu terjatuh dalam posisi terlentang di atas lantai.