BAB 6 -MEMANFAATKAN SUMBER DAYA-

1274 Kata
Ame yang mendengar pertanyaan sang ratu hanya diam, ia masih tetap mempertahankan posisinya, dan kepalanya juga tertunduk. Ia sangat bingung harus memberikan alasan seperti apa, tentu juga jika ia memberikan sembarang alasan maka bisa saja sang ratu semakin menahannya. Ame mencoba untuk memutar otaknya, ia mencari hal paling masuk akal yang bisa membuat sang ratu yakin padanya. Berbagai macam alasan ia saring, dan seketika ia menemukan beberapa alasan yang mungkin saja bisa diterima dengan baik dan benar. “Ibunda, jika Pangeran ini berkelana maka akan mendapatkan banyak pengalaman. Tidak hanya itu, Pangeran ini juga bisa tahu banyak hal tentang rakyat kerajaan. Apa Ibunda akan menghalangi niat baik Pangeran ini?” Sang ratu yang mendengar itu terpaku. Ia menghela napas, kemudian berkata, “Tapi jika ada yang tahu kau adalah pangeran dari Dragon Empire, maka semuanya akan sangat sulit. Yue-er … Ibunda tak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu.” Ame ingin sekali berteriak jika ia tidak peduli jika orang lain tahu dirinya siapa, yang menjadi masalahnya hanya ingin berkelana keluar dari istana. Ia ingin meninggalkan tempat membosankan itu, mencari cara untuk kembali menjadi seorang wanita, bahkan jika mungkin mencari cara agar kembali ke dunianya yang dulu. “Dengarkan Ibunda, Yue-er. Jangan pernah membuat masalah. Kau adalah calon raja negeri ini, dan nyawamu bahkan lebih penting daripada apa pun.” Ame yang mendengar alasan itu semakin tak bisa menahan diri. “Pangeran ini akan terus dalam posisi seperti ini jika Yang Mulia Ratu tidak memberikan izin.” Wanita itu menarik napas, ia kemudian menatap ke arah lain. Rasanya sungguh berat melepaskan sang anak untuk keluar dari istana. Di luar sana sungguh berbahaya, ada banyak sekali hal gila dan juga tak masuk akal yang menjadi ancaman bagi sang anak. “Pangeran ini hanya ingin memiliki pengalaman baru. Jika Pangeran ini tidak mampu untuk bertahan hidup di luar istana, bagaimana Pangeran ini bisa mempertahankan posisi sebagai seorang raja kelak? Yang Mulia Ratu, Pangeran ini memohon dengan teramat sangat.” Sang ratu kemudian menyetarakan tingginya dengan sang anak, ia mengulurkan tangan, dan meletakkannya di atas kepala sang pangeran. “Baiklah, Ibunda memberikan restu padamu.” Ame yang mendengar hal tersebut merasa begitu senang, ia menahan diri untuk tidak melompat dan menyerukan rasa yang ada di dalam hatinya. “Terima kasih, Yan Mulia Ratu.” Sang ratu kemudian membantu Ame untuk berdiri. “Tapi berjanjilah kau akan baik-baik saja. Kau adalah pewaris yang akan menjaga dan melindungi negeri kita. Ingatlah Yue-er … doa Ibunda selalu ada bersamamu.” Ame yang mendengar hal itu mengukir senyuman, ia merasa sungguh bahagia. “Ibunda menyayangimu. Apa kau mengerti?” “Ya, aku mengerti.” “Sebaiknya kita segera kembali,” ujar sang ratu. Ia segera melompat, dan menarik tangan Ame. Ame yang ikut terbang bersama wanita itu menatap ke bagian bawah, ia membelalakkan mata ketika berada di atas ketinggian lebih dari seratus meter. ‘Aku akan mati jika jatuh. Wanita ini gila! Dia sangat gila!’ Dalah satu detik kemudian Ame dan sang ratu kembali turun dengan sangat cepat. Ame yang melihat dan merasakan itu hanya bisa menahan jantungnya, ia berharap tidak mati konyol lagi, ia juga tidak berharap mengalami patah tulang jika sang ratu membuat pendaratan mereka tidak mulus. “Tenanglah, Yue-er … kita akan baik-baik saja.” “Benarkah?” “Ya!” Ame memejamkan mata, dan ia langsung membelalakkan matanya kala kaki berhasil berpijak pada tanah. Dilihatnya kanan dan kiri, lalu merasa sangat bersyukur karena tidak terjadi apa-apa pada dirinya. ‘Aku selamat, ya … aku masih hidup.’ Ame mendesah lega, ia kemudian menatap ratu yang ada di sampingnya. “Bagaimana? Apa kau menyukainya?” tanya sang ratu. Ame ingin sekali mengatakan jika dirinya hampir mati karena kaget dan takut jika terlalu tinggi. Tapi … jika ia melakukan itu, tamatlah riwayatnya sebagai seorang pangeran. “Ya, aku menikmatinya.” Ame masih mengukir senyuman, ia juga berusaha menahan diri agar tidak gemetar kala mengingat bagaimana hebatnya lompatan sang ratu beberapa saat lalu. “Jadi, kapan kau akan ke Guild Dragonia?” tanya ratu cantik itu. “Aku akan pergi hari ini.” “Baiklah, Ibunda menunggu kabar baik tentang petualanganmu.” Ame mengangguk. “Aku harus kembali ke kamar, aku juga harus bersiap-siap.” “Baiklah, selamat berjuang anakku.” Ame segera berpamitan kepada wanita itu, ia kemudian kembali ke kamarnya, dan menyiapkan diri. Jangan sampai wanita itu berubah pikiran, jika hal itu terjadi tamatlah ia dan semua kebebasan yang diimpikan. Tetapi … ketika Ame baru saja tiba di kamarnya, ia malah melihat seorang gadis yang sedang duduk sambil membaca beberapa buku di kamarnya. Itu adalah Liu An, adik sang pangeran, dan merupakan orang yang lumayan merepotkan. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ame dengan wajah datar. Ia menatap Liu An dengan sangat jeli, mencoba mengetahui maksud dan tujuannya masuk ke dalam kamar tanpa persetujuan dari dirinya. Liu An mengalihkan tatapannya. “Aku tidak sengaja melihat Kakak bersama Ibunda. Apa yang baru saja kalian bicarakan?” Ame mendesah pasrah, ia kemudian berpikir beberapa saat, dan menemukan beberapa hal yang bisa membuat adiknya itu berguna. “Kakak, katakan!” “Kakak akan mengatakannya jika kau membantu Kakak melakukan beberapa hal.” Liu An yang mendengar hal itu memicingkan mata, ia punya firasat yang kurang baik tentang keinginan sang pangeran. “Baiklah, tidak masalah jika kau menolak.” Liu An mencoba untuk membaca pikiran sang kakak, tetapi ia harus memendam kekecewaan karena tak bisa melakukannya. Rasanya ada beberapa hal yang menjadi penghalang tak kasat mata, hal yang membuat saudara kembarnya itu tak bisa ia gapai. “Keluarlah, aku harus menyiapkan beberapa hal,” ujar Ame dengan senyuman manis. Ia ingat jika adiknya itu memiliki kekuatan yang bisa memanipulasi ingatan seseorang, atau juga mengacaukannya. Yah … setidaknya hal itulah yang bisa ia ketahui dengan baik dari ingatan pada tubuh sang pangeran yang kini menjadi wadahnya. “Tidak! Pertama, Kakak harus menjelaskannya padaku,” “Tidak! Pertama, kau harus menuruti semua keinginanku.” Liu An merasa jengkel. “Katakan, dan aku tak peduli selama apa Kakak memberikan penjelasan padaku.” “Kau harus melakukan beberapa hal sebelum mengetahuinya,” balas Ame dengan wajah masam, ia menatap sang adik tajam, dan seketika itu juga Liu An mendesah pasrah. “Baiklah, katakan apa yang Kakak inginkan.” Ame yang mendengar hal itu merasa sangat senang. “Bantu aku keluar dari istana. Tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini selain kau, dan juga Ibunda.” “APA?” Liu An membelalakkan mata, ia sangat tak menyangka jika sang calon raja malah ingin berkeliaran di luar istana. Apa yang ada di dalam otak kakaknya itu? “Kakak harus meninggalkan istana. Ada beberapa hal yang ingin Kakak lakukan, dan itu memerlukan waktu yang lama. Selama Kakak tidak kembali, kau juga harus bisa menghalangi orang-orang yang ingin masuk ke kamar ini. Baik itu Ayahanda, apalagi para pelayan dan orang-orang yang biasanya menemui Kakak. Apa kau mengerti?” “Kakak pikir itu mudah? Berapa lama Kakak akan pergi?” “Sangat lama. Kakak akan melakukan sesuatu yang penting, dan ini juga demi kerajaan kita. Apa kau mengerti?” “Kakak … kau sangat menyebalkan,” ujar Liu An. “Walau menyebalkan, aku tetaplah Kakakmu.” “Kau hanya lahir beberapa menit sebelum aku,” balas Liu An. “Itu tetap tidak mengubah fakta jika aku tetap Kakakmu, dan karena itu kau harus menuruti semua keinginanku dengan baik. Ingat … aku adalah calon raja, dan kau kelak juga akan menjadi salah satu orang yang berada di bawahku.” Liu An sangat ingin mencakar wajah tampan pria itu, ia menghela napas. Tahan … ia harus menahannya dengan baik. “Sekarang jelaskan apa saja yang Kakak bicarakan dengan Ibunda.” “Setelah kau berhasil mengeluarkan Kakak dari istana ini, maka Kakak akan mengatakannya.” Liu An tersenyum masam. “Kapan Kakak ingin pergi?” “Setelah menyiapkan segalanya,” balas Ame. “Ya, aku mengerti.” Ame segera menyiapkan semua keperluannya, ia bahkan memerintahkan Liu An untuk mengambil salah satu pakaian biasa untuk dirinya kenakan. Jika ingin meninggalkan tempat itu tanpa mengundang kecurigaan dari orang luar, maka ia juga harus membuat dirinya terlihat seperti penduduk biasa. Ia harus memberikan kesan sangat miskin jika memang diperlukan, dan semuanya itu untuk menutupi identitasnya sebagai seorang pangeran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN