Bab 2
setelah selesai sharing dengan pak Hendra, aku disuruh untuk menunggu sosok pak kevin di ruangan nya.
ada sedikit rasa takut dan gugup sih, karena baru kali ini kerja kantoran dan menjadi sekretaris anak bos besar. yang tak lain satu satu nya ahli waris perusahaan ini.
hampir setengah jam aku menunggu pak kevin di ruangan nya, tapi belum juga datang.
tapi terdengar suara langkah kaki dari luar pintu ruangan, mungkin itu dia pak kevin. segera ku hela napas ku panjang panjang untuk mempersiapkan mental ku menghadapi pak kevin.
"tok.. tok.. tok... " terdengar suara ketukan pintu dari luar. tapi aku takut membalas sahutan suara ketukan itu.
karena tidak ada suara dari dalam, orang yang mengetuk pintu itu pun langsung masuk ke dalam ruangan.
"vin,, ke..v.i... " suara pemuda itu terhenti sejenak, setelah melihat aku sudah duduk di kursi.
"eh maaf mbak, dengan siapa ya? kok mbak ada di ruangan nya kevin sahabat ku? " tanya pemuda itu heran.
"saya Tia mas, saya baru masuk kerja hari ini, saya sebagai sekretaris nya pak kevin disini" ku jelas kan secara detail.
"oh, maaf ya mbak, ku kirain tadi entah siapa, oh ya mbak perkenalkan nama saya Radit, sahabat nya kevin. dan saya juga sekaligus karyawan di perusahaan ini" Radit memperkenalkan kan diri nya, sebagai karyawan sekaligus sahabat kevin.
"iya mas, salam kenal" ku jawab singkat.
tadi nya aku kira pemuda yang mengetuk pintu itu pak kevin, rupanya tidak, dia Radit sahabat seorang kevin ahli waris perusahaan ini. sahabat nya saja sudah ganteng, tinggi, putih, dan cool. apalagi pak kevin...
ahk aku ini ada ada saja,,,,.
bertemu pak kevin saja belum, kok sudah memikirkan yang lain lain tentang pak kevin.
"oh ya mbak, kalo boleh tau, kevin nya ada dimana ya? kok dari tadi aku belum melihat nya di ruangan ini" tanya Radit yang dari tadi memperhatikan ku.
"aku juga gak tau mas, karena dari tadi saya disuruh pak Hendra untuk menunggu pak kevin disini, tapi pak kevin nya belum kunjung datang". ucapku menjelaskan.
" aduh mbak, jangan panggil mas sama saya dong, biar kita sama sama enak, kita panggil nama aja. toh kita masih seumuran kan" kata Radit.
"oh. iya, dit". jawab ku singkat.
" nah gitu dong. ya udah dari pada kamu bingung dan suntuk gak ngapa ngapain di sini, gimana kita pergi keliling kantor ini, sekalian perkenalan lah sama kamu dan orang orang nya juga." tawaran Radit membuat ku setuju, dari pada aku bingung disini, ya lebih baik lah meng-iya kan ajakan Radit.
"iya deh dit, ayok, aku juga udah bosan disini dari tadi nungguin pak kevin.
" asik, , ayo tuan putri" ucap Radit kegirangan.
aku agak risih dan agak tersipu malu mendengar kata 'tuan putri' yang disebut Radit.
aku tidak tau entah kenapa Radit kegirangan mengajak aku jalan keliling kantor ini. dia juga orang nya cepat bergaul dengan orang baru seperti saya. sepertinya dia baik dan gak sombong.
setelah kami sudah selesai mengelilingi kantor ini dan sekalian berkenalan juga dengan karyawan lainnya, Radit mengajak saya ke kantin untuk makan siang bersama. apalagi ini sudah mau makan siang, sudah jam dua belas siang. aku pun menyetujui ajakan Radit, dan kami makan bersama di kantin.
di kantin, disaat kami makan bareng bersama Radit, tiba tiba ada seorang pemuda yang gagah, ganteng, tinggi dan putih menghampiri kami. aku tidak tau siapa pemuda itu.
"hei dit, kamu dari tadi kemana aja? aku cariin di ruangan, kamu gak ada" kata pemuda itu menepuk punggung Radit.
kelihatan nya mereka sangat akrab dan kompak.
"eh iya vin, kami tadi keliling kantor dan sekalian kenalan dengan karyawan lainnya" ucap Radit.
mereka belum membahas aku yang dari tadi duduk di samping Radit,. aku juga gak mau ganggu mereka, aku fokus untuk makan.
"kamu ini dit, seperti orang baru saja kamu di kantor ini, ngapain perlu untuk berkenalan dengan karyawan lainnya, toh kamu sudah lama dan kenal dengan mereka kan" kata pemuda itu. sepertinya dia belum menyadari keberadaan ku.
"ah kamu ini ya vin, sok pelupa aja, ini kan Tia, sekretaris baru kamu, aku temani dia untuk keliling kantor ini" kata Radit memperkenalkan aku dengan pemuda itu.
"oh ya Tia, ini nih bos kita, kevin" lanjut Radit menunjukkan pemuda itu ke padaku.
ohhh rupanya pemuda yang sangat ganteng, gagah, itu bos saya? yang namanya kevin, anak pak Hendra, satu satu nya ahli waris perusahaan ini?? ?
oh my good.. . .
aku gak menyangka, bahwa aku akan mendapatkan seorang bos yang tampan,, uhh sepertinya aku tergila gila dengan nya.. .
astaga.. .
kenapa aku ini?? kok pikiran nya aneh aneh deh.. .
"maksud kamu apa sih dit, aku belum ngerti" kata pak kevin agak kebingungan.
"om Hendra baru memasukkan Tia untuk bekerja di perusahaan ini sebagai sekretaris mu kevin"... jelas Radit kepada kevin.
" apa? dasar papah.. . .. "
segera pak kevin meninggalkan kami berdua sama Radit di kantin, kelihatan nya dia sangat kesal atas tindakan ayahnya yang sudah memasukkan aku ke perusahaan ini sebagai sekretaris nya.
bahkan untuk menyapa aku saja dia tidak mau, aduh gimana jadinya yah, aku sebagai sekretaris nya.
"udah Tia, gak apa apa, kevin memang begitu orang nya" kata Radit.
"iya dit, aku gak apa apa kok" ucap ku.
"ya udah, siapkan dulu makan nya, biar kita sama sama menjumpai kevin nanti di ruangan nya"kata Radit.
" iya dit, ini bentar lagi siap makan kok"
Radit orang nya memang baik, pengertian ya meskipun kami baru pertama kali kenal, bahkan baru hari ini. tapi dia sudah kompak dengan aku, dan bahkan dia kadang perhatian kepadaku.
berbeda sekali dengan bos kami yang bernama kevin itu. ya ku akui dia memang lebih ganteng dari Radit sih, dia gagah dan sangat sangat tampan, sampai baru aja pertama kali aku melihat nya sudah membuat ku terpana melihat nya. tapi dia orang nya cuek dan gak peduli dengan orang. beda jauh dengan Radit.
kenapa yah aku harus jumpa dengan orang seperti Pak kevin itu.
**
setelah kami siap makan dari kantin, kami segera menuju ruangan pak kevin, seperti yang di janjikan Radit tadi di kantin. kami akan menjumpai pak kevin dan bicara baik baik.
"ayok Tia, kamu gak usah sungkan sungkan deh, tenang aja ada aku kok, lagian aku sangat kenal dengan sosok seorang kevin gimana orang nya, dia itu mungkin kesal kepada om Hendra, karena om Hendra tidak meminta persetujuan kevin dulu untuk memberikan dia seorang sekretaris". ucap Radit panjang lebar, seperti nya dia tau aku agak takut dan sungkan, begitu melihat sosok kevin tadi di kantin.
"iya gak apa apa kok dit," ucapku menenangkan.
ya Tuhan.. .
aku harus mempersiapkan mental ku untuk mengahadapi pak kevin.
bersambung.. . .. . .