Seketika... Kedua mata lentik itu membuka. Membelalak lebar. Refleks tangannya mendorong tubuh Anggara dengan kuat. Pemuda itu tersungkur sembari menahan sakit di dadanya. Lagi-lagi, gadis itu membuatnya harus meringis menahan rasa sakit yang teramat sangat. "Dasar otak m***m!! Mau apa kau, hah?!! " teriak Almaira. "Eeeh jaga ucapannya. Aku hanya ingin memastikan kau masih hidup apa tidak?!" jawab Anggara salah tingkah. "Apa wajahku sudah seperti mayat, hah?! Memang kau laki-laki berotak m***m. " "Terserah! Aku lapar, " ketus Anggara menyalakan kompor portabel yang masih di kamar itu. Almaira bangkit dan naik ke atas kasurnya dengan wajah kesalnya. Sebungkus mie kuah menjadi sasaran Anggara. Dengan cekatan, ia memasak mi itu untuk mencoba mengalihkan rasa malunya. Ingin sekali

