Mulai Mendapat Teror

1334 Kata
Pagi pun datang menjelma Inges yang sudah rapi dengan baju kemeja lengan panjang motif kotak-kotak berwana hitam putih dengan celana kain berwarna hitam telihat sederhana dikenakan oleh gadis itu. Inges terbiasa mengenakan pakain longgar dan sedikit tebal karena sebisa mungkin ia tidak ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya. Wajahnya yang tampak biasa-biasa saja dengan polesan make up seadanya. Benar tidak ada yang terlihat spesial dari gadis itu, rambutnya pun hanya digulung dan diikat begitu saja dengan sedikit poni yang mulai panjang ia tarik ke samping kiri dan di sematkan dengan jepitan di daun telinganya. "Pagi bu," sapa Inges saat memasuki dapur menemui Asih yang sedang sibuk menata makanan untuk sarapan mereka di meja makan. Inges sudah rapi dengan tas ransel di pundaknya dan sekarang tersedia dua piring nasi goreng di meja tersebut. "Pagi juga princes ibu" saut sang ibu dengan senyum mengembang seraya duduk di kurasi depan meja makan tersebut. "Cie elah gahul sekarang ya ibu-ibu ini!" ujar Inges sambil terkekeh mendengan panggilan ibu untuk dirinya. "Sesekali nak. Emang kamu saja yang pandai memuji emak-emak. Oh ya nanti sepulang kerja kamu jangan lupa beli sayur ya untuk di masak buat makan malam dan sarapan besok!" ucap Asih mengingatkan "Asyiap bos. Ada tambahan lagi gak?" Inges. "Boleh terserah kamu aja tapi mau tambahan lauknya apa. Ibu mah tinggal masak saja. Hari ini ibu akan pulang setelah magrib karena harus menunggu tuan dan nyonya Raes pulang dulu." Asih. Asih bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga (ART) di keluarga Raes Mandala selama 3 tahun ini. Dimulai sejak mereka baru menginjakkan kaki di kota ini. Tuan Raes adalah salah satu orang terpandang di kota ini, meskipun status sosialnya tinggi bos besarnya itu adalah orang yang mengutamakan tata krama dan sopan santun serta tidak pernah membedakan strata kehidupan seseorang. Di matanya semua orang sama mau miskin kaya, berpangkat maupun tidak semua sama asalkan mereka sopan dan ramah mereka akan menerima dengan tangan terbuka. "Baiklah bu. Yuk kita sarapan Inges tidak mau sampai mengecewakan malaikat kecil itu karena terlambat menjemputnya!" Mereka pun menyantap sarapannya dalam keheningan dengan rasa penuh syukur masih bisa merasakan kenikmatan rezeki pagi ini. Tidak terdengar suara dari mereka, yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan piring yang sedang beradu. "Ingat ibu harus berhati-hati. Inge yakin ayah masih mengintai kita!" pesan Inges sebelum meninggalkan meja makan. Sesi sarapan mereka telah selesai. "Iya sayang kamu juga harus hati-hati ya! " balas sang ibu. Inges lalu berpamitan dan bersiap meninggalkan rumahnya. Tak butuh waktu lama Inges pergi dengan mengendarai sepeda motor matic nya meninggalkan sang ibu yang masih sibuk membereskan piring kotor bekas sarapan mereka. Asih masih menyimpan rasa khawatir untuk anak gadisnya yang bisa saja dengan mudah di temukan oleh suaminya di luar sana. Sementara dirinya tidak ada yang perlu ia khawatirkan tentang dirinya bila berada di luar karena tuannya selalu menyiapkan sopir untuk mengantar jemput nya pergi bekerja. Jadi tidak akan ada kemungkinan untuk dirinya dibuntuti oleh sang suami. ***** Kok rasanya ada yang aneh ya kayak ada yang ikutin gitu perasaan. Pasti penguntit itu Ayah. Batin Inges. Kini Inges sudah melewati setengah jarak dari jalan menuju rumah malaikat kecilnya itu. Setiap pagi sebelum berangkat ke kampus Inges mengambil pekerjaan menjadi pengasuh seorang anak kecil berumur sekitar 4 tahunan. Anak kecil itu akan menempel pada Inges seperti perangko. Bergelayutan kemana pun Inges pergi termasuk ikut ke kampusnya. Sampai semua teman kelasnya berfikir itu anak Inges di luar nikah dikarenakan Ayahnya tidak pernah terlihat tapi Inges tidak peduli dengan penilaian teman-temannya. Gadis lucu itu bernama Malaika Adijaya putri dari Raden Adijaya seorang duda keren yang kaya raya. Keluarga Adijaya memiliki ratusan perusahan di mana-mana bahkan perusahaannya adalah yang terbesar di kota itu. Beruntungnya Inges bisa mendekati malaikat kecil itu yang tidak sengaja ia temui menangis di taman tempat biasa ia menyendiri untuk melepaskan penat setelah lelah dengan rutinitasnya menjadi mahasiswi dan pekerja paruh waktu yang jam kerja tinggi. Sudah seperti bos besar pakai jam kerja tinggi. Tidak di sangka gadis kecil itu seperti malaikat keberuntungan yang datang pada Inges, tanpa harus bersusah payah mendekatinya ia langsung memeluk Inges dan memanggilnya Mama Kecil. Di saat pelukan gadis kecil itu tidak mau lepas darinya datanglah sosok lelaki seperti pangeran dalam cerita dongeng yang ganteng dengan kesempurnaan fisik paripurnanya menghampiri gadis itu siapa lagi kalau bukan ayahnya Raden Widjaya. Pertemuan yang tidak pernah Inges bayangkan dalam kehidupannya selama 19 tahun itu. Tanpa proses panjang Inges berhasil menjadi pengasuh anak itu dari pagi sampai sore hari dan ia diizinkan untuk membawa anak itu ikut ke kampusnya. Tanggungjawabnya pada gadis kecil itu sangat besar selain menjadi pengasuh ia memang benar-benar harus memerankan sosok seorang IBU untuk malaikat kecilnya itu. Peran IBU PENGGANTI SEMENTARA yang sudah seperti ibu kandung sendiri bagi Malaika, namun sayang sikap dan sifat ayah sang balita itu sedingin es di kutub utara dan mudah sekali marah. Tapi Inges tidak masalah karena tujuannya memang tidak pernah ingin mendekati laki-laki tersebut, membayangkannya saja tak pernah terlintas dalam pikirannya. Selama ini ia masih bisa mengendalikan emosi lelaki itu. Oh ya sampai lupa ngenalin siapa Inges. Gadis pejuang receh demi kehidupan itu bernama Inges Putri Anjani. Gadis berparas ayu yang menyembunyikan jati dirinya dari semua orang di kehidupannya termasuk ayah kandungnya. Hanya sang ibu lah yang mengetahui wajah aslinya. Inges adalah gadis yang periang dan sopan, dia juga pandai menarik perhatian membuat orang betah berlama-lama mengobrol dengannya karena ia bisa memberikan kenyamanan dan mampu menghibur orang dengan ke humorisannya. Inges adalah salah satu mahasiswi populer di kampusnya, ia terkenal karena kecerdasannya tentunya ia bisa masuk ke universitas favorit itu juga karena mendapat beasiswa prestasi. Ia mengambil jurusan Psikologi iya sesuai karakternya. Udah cukup segitu dulu ya gaes bahas Inges. Lanjut lagi ke cerita. Inges melirik kaca spion mencuri pandang sebentar lalu fokus mengendara lagi kali ini dengan menambah kecepatan laju motornya. Dengan lincah ia menyalip di antara barisan mobil itu untuk menghindari sang penguntit. Memang benar ada yang mengikutinya mungkin sudah dari tadi saat ia keluar dari gang rumahnya. Dengan gesit ia menyelinap melawati gang-gang kecil itu untuk mencari jalan tikus. Setelah 10 menitan ia akhirnya berhasil bebas dari orang itu. Lega rasanya dengan segera ia kembali lagi ke jalur jalan utama. Syukur dia sudah hafal wilayah ini jadi tidak susah baginya untuk melewati jalan pintas. Akhirnya ia bisa sampai dengan selamat di rumah malaikat kecilnya, dari kejauhan ia bisa melihat gadis kecil itu sudah ada di depan pintu utama bersama lelaki yang tatapan sudah seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Inges hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pemandangan itu. Di satu sisi ada malaikat kecil yang sedang tersenyum bahagia menyambutnya di sisi lain ada penampakan iblis bertanduk yang menyeramkan. Kenapa wujud tubuh seksi dengan wajah tampan bak bidadara itu harus memiliki roh seperti iblis yang baru keluar dari kegelapan, batin Inges saat menghampiri mereka. Ia sudah memarkirkan motornya di halaman samping garasi. "Halo bidadari cantikku," sapa Inges seceria mungkin tentunya membuat Malaika menyambutnya dengan sumringah. Sementara Raden yang berada di samping gadis kecil itu menatapnya dengan tajam tanpa berkedip. "Halo juga mama kecil, kenapa hari datang terlambat?" balas gadis itu menyapanya dengan suara khasnya yang lucu benar-benar menggemaskan. Meskipun Malaika baru akan menginjak usia 4 tahun 3 bulan lagi tapi vokalnya saat berbicara sudah sangat baik. Sehingga apa pun yang ia ucapkan bisa dimengerti dan ia juga termasuk anak yang sangat cerdas lho. "Maaf ya sayang tadi mama di kejar tikus di jalan jadi harus bersembunyi dulu biar tidak tertangkap," bohong Inges mencari alasan. Dia tahu itu alasan tidak masuk akal, tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak ingin membuat Papa Kutub Malaika itu mengamuk kalau tau dirinya sedang jadi incaran orang karena jelas akan membahayakan sang putrinya juga. "Hah mana ada tikus di jalan mama kecil yang ada itu kendaraan!" bantah Malaika dengan sedikit jutek karena merasa di bohongi sang mama. Benarkan tidak mudah mengajak anak ini bernegosiasi. Inges langsung menghampiri dan berjongkok di hadapan anak gadisnya itu. "Kita berangkat yuk biar tidak telat sampai kampusnya mama!" pinta Inges dengan membelai lembut pipi Malaika dengan kedua tangannya. Malaika hanya mengangguk dan memberikan senyum lebarnya. Cantik sekali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN