Bab 1: Si Tetangga Teruwu

1920 Kata
*** Hidup saling berdampingan sejak kecil membuat perasaan aku dan kamu juga berdampingan bahkan saling erat, aku cinta mas Angga *** Rebahan mungkin aktivitas yang tidak bisa di jauhkan dari Khalila Wikasita. Gadis yang sedang di sibukkan oleh tugas akhirnya itu baru terbangung dari tidur panjangnya pukul sembilan pagi. Berkali-kali berlihat menguap dan kemudian melangkah ke arah balkon kamarnya sembari mengikat tali gaun tidur tipisnya yang berantakan. Khalila merentangkan kedua tangannya, melakukan gerakan kecil untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa begitu kaku. Hal rutin yang selalu Khalila lakukan setiap pagi ah lebih tepatnya setiap dia bangun tidur. Gadis itu kembali menguap tanpa malu, bahkan tanpa menyadari ada tiga pasang mata yang menatapnya dari bawah sejak tadi. Mereka terlihat sangat geli seolah sudah terbiasa dengan Khalila yang seperti itu. “Dek mandi dulu, nggak malu di lihatin mas Angga?!” seruan suara berat itu membuat mata Khalila yang tadinya terpejam menjadi terbuka sempurna, dia langsung menatap ke bawah. Di sana ada Rayner Wikasita yang merupakan kakak laki-lakinya, Satya Lakeswara yang merupakan kakak perempuan Angga dan juga Angga Lakeswara yang merupakan pacar tercintanya. Tiga orang itu tampak kompak memakai pakaian olahraga, pasti habis lari keliling komplek, di antara mereka yang paling malas gerak itu hanya Khalila tentu saja. Khalila langsung nyengir sambil melambai-lambaikan tangannya heboh, “Mas Angga bahkan pernah ngelapin ingus gue waktu SD, Bang, jadi santai aja, tetangga gue pasti akan tetap sayang walaupun gue ileran, iya kan mas Angga!” seru Khalila dengan kepercayaan diri tingkat tinggi. Tapi memang benar kok, sejak kecil dia dan Angga sudah bertetangga, rumah mereka saling berhadapan satu sama lain, numpang makan, numpang mandi sudah menjadi hal biasa di antara mereka. “Lila, mandi, Mama masak banyak kalau kamu mau gabung!” seruan Angga membuat Khalila langsung mengangguk antusias, tawaran Angga terdengar sangat menggiurkan sekali. Masakan tante Rinjani itu sungguh nikmat sekali, Khalila jelas tidak akan melewatkannya. “Makan di mana Mas?” tanya Khalila sebelum dia benar-benar kembali masuk ke dalam kamarnya. “Di taman belakang rumah kamu, orang yang masak Mama sama tante Citra!” seru Angga lagi. Khalila langsung mengangguk cepat, dia kemudian berlari ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri, Khalila tidak boleh ketinggalan acara keluarga kali ini. Keluarga Lakeswara dan Wikasita memang sering mengadakan acara makan bersama seperti ini ketika weekend entah itu di waktu sarapan atau makan malam. Terkadang di kediaman Lakeswara dan terkadang di kediaman Wikasita seperti pagi ini. Hubungan keluarga yang kompak ini membuat hubungan Khalila dan Angga setahun belakangan ini berjalan dengan begitu lancar, keluarga mereka memang sangat mendukung hubungan mereka. Khalila dan Angga memang sudah mengenal sejak kecil namun mereka baru berpacaran sejak setahun yang lalu. Itupun Angga nembaknya di ruang tamu waktu nonton Upin-Ipin dan nyemilin jagung bakar yang Angga beli saat pulang bekerja. Sungguh tidak ada romantis-romantisnya tapi Khalila senang bisa bersama Angga. *** “Si putri tidur kita sudah bangun!” seruan penuh ledekan dari Angga itu membuat Khalila mendengus tapi tetap saja memilih tempat duduk di samping Angga, sifat Angga itu hangat tapi juga menyebalkan. Khalila tidak tahu kenapa dia bisa mencitai tetangganya ini, pokoknya sejak SMA dan melihat Angga beberapa kali membawa teman kuliahnya ke rumah membuat Khalila merasa tidak suka, dia merasa Angga sedang membagi perhatiannya, itu sungguh menyebalkan. “Aku abis begadang ya, Mas, ngerjain skripsi!” seru Khalila tidak terima. Dia kemudian melihat ke arah Rayner yang sedang sibuk dengan ponselnya. Abangnya itu merupakan salah satu pemilik showroom mobil mewah di Yogyakarta. Usaha itu memang tidak langsung besar, Rayner mulai merintis usaha itu setelah lulus kuliah dari Amerika. Benar sekali Rayner Wikasita itu pintarnya luar biasa dan juga sangat pekerja keras, Rayner sangat tahu apa yang harus dia lakukan berbanding terbalik sekali dengan Khalila yang selalu pasrah terhadap keadaan, dia selalu menerima apapun dengan lapang d**a bahkan untuk kuliahpun, orangtuanya lah yang memilih jurusan untuknya. Entah karena Khalila yang terlalu penurut atau karena gadis itu terlalu malas berpikir lebih jauh. “Bang Ray, kebiasaan banget, kalau di rumah itu kerjanya berhenti dulu, Bang!” seru Khalila, dia mengerucutkan bibirnya, Khalila terkadang memang sangat sebal terjebak di antara orang-orang sibuk. Orangtuanya juga memiliki jadwal padat merayap yang membuat Khalila jarang sekali bisa menghabiskan waktu bersama. “I play the game, Dek,” jawab Raynar santai sembari memperlihatkan ponselnya ke arah Khalila. Gadis itu akhirnya mengangguk. Para orangtua mulai menyajikan sarapan di atas meja membuat wajah mereka mendadak antusias. “Salad buah for Satya serta biskuitnya,” ucap Citra yang merupakan Mami Khalila. Satya yang sedari tadi sibuk dengan pewarna kukunya langsung tersenyum pada Citra. “Thank you, Tante,” ucap Satya dengan senyum cerah. Satya itu merupakan model yang cukup terkenal, sebenarnya sangat jarang juga ada di Yogyakarta karena harus melakukan pemotretan di berbagai kota bahkan luar negeri. Itu salah satu alasan mengapa Satya makan salad buah dan biskuit pagi ini sedangkan yang lain memilih makan soto. “Mbak Satya berapa hari di Jogja? Ada waktu buat jalan sama gue dulu dong, Mbak!” seru Khalila. Sungguh menghabiskan waktu bersama Satya itu sangat menyenangkan apalagi kalau sudah pergi belanja, Khalila pasti di bayarin, sungguh calon kakak ipar idaman. “Besok kita jalan, bikin deh tuh list barang yang mau lo beli!” seru Satya dengan santai membuat Khalila langsung mengangguk antusias. Orang-orang di meja makan itu hanya menggelengkan kepalanya. “Jangan terlalu memanjakan Lila, Satya, makin hari list kegiatan dia sehari-hari isinya rebahan semua kalau apa-apa yang dia mau langsung di kabulkan,” ucap Abyaz, pria itu adalah Papi Khalila. “Nggak papa lah om Aby, lagian di antara kita dia yang paling bontot, kasihan di kasih yang berat-berat bisa nggak kelar-kelar skripsinya,” jawab Satya dengan santai. Mendengar itu membuat Khalila semakin tersenyum sumringah bahkan sudah nyengir ke arah Angga yang duduk di sampingnya seolah sedang mengatakan bahwa dia adalah pemenangnya pagi ini. “Jadi kamu Senin ke Jakarta?” itu pertanyaan Rinjani. “Iya, Ma, mungkin baru tiga bulan lagi baru bisa kembali ke Jogja, abis Jakarta terus ke daerah Sumatra katanya, Satya ikut aja,” jawab Satya dengan santai. Gadis itu memang sangat menyukai dunia yang sedang dia geluti sekarang. Satya benar-benar merasa bisa mengepresikan dirinya dengan bebas walau dia harus mendapat banyak tekanan dan juga kelelahan karena jadwal super padat. Orang-orang di meja makan itu langsung mengangguk mengerti. Mereka sudah terbiasa dengan jadwal super padat Satya walau terkadang mereka merasa kasihan dan ingin menahan Satya untuk tetap di Jogja namun mereka sadar betul melarang sesuatu yang di sukai anak itu bukanlah suatu hal yang baik apalagi itu adalah hal yang baik. *** “Mas Angga seriusan?” tanya Khalila, dia menatap Angga tidak percaya. Setelah sarapan dua orang itu memilih bersantai di gazebo belakang rumah Angga. Satya sudah beranjak ke kamarnya untuk istirahat, Rayner sudah pergi entah kemana dan para orangtua masih mengobrol di rumah Khalila. “Serius, ikut ya,” jawab Angga. “Tapi kenapa baru kasih tahu aku sekarang, aku nggak punya gaun buat pergi loh, Mas,” ucap Khalila. “Aku lupa kasih tahu kamu, lagian baru ingat kalau di kasih undangan itu kemarin,” jawab Angga sambil nyengir. Khalila mengedus, satu kebiasaan buruk Angga, pria itu pelupa. “Yaudah deh nggak papa, besok aku minta di beliin gaun sama mbak Satya!” seru Khalila dengan senyum cerah ketika mengingat besok dia ingin pergi berbelanja dengan Satya. “Emang paling bisa ya kamu,” ucap Angga sembari menarik pipi Khalila dengan gemas yang jelas membuat gadis itu langsung terpekik kesakitan lalu Khalila membalas dengan mengigit lengan Angga. Sungguh sudah seperti Tom and Jerry tapi dengan seperti itu membuat mereka menjalani hubungan tanpa hambatan satu tahun terakhir. “Jadi mau ikut nggak?” tanya Angga. “Ikutlan masa iya aku biarin tetangga paling uwuu ini datang ke pesta pernikahan tanpa gandengan,” ucap Khalila. Angga kembali menatap gadis itu dengan gemas dan kini mengapit kepala Khalila dengan lengkannya yang berhasil membuat gadis itu kembali terpekik. “Mas Angga bau asem, belum mandi juga abis lari!” seru Khalila berontak, bukannya melepaskan Angga justru menghapit kepala Khalila semakin erat sampai pada akhirnya rengekan Khalila terdengar barulah Angga mepelaskan gadis itu, dia kini menyandarkan kepala Khalila ke bahunya. “Mas Angga kenapa pada akhirnya milih jadiin aku pacar?” tanya Khalila. Dia ingin dengar alasannya, selama ini Angga selalu menjawab asal-asalan setiap kali Khalila bertanya. “Karena kamu itu Khalila si tetangga kesayangan,” jawab Angga. Khalila mendengus, jawaban Angga itu-itu terus. “Aku lagi nanya serius tahu, Mas, di jawab dengan serius juga.” Khalila mulai merajuk, saat dia ingin beranjak namun Angga kembali menahan kepalanya untuk tetap bersandar di bahu Angga. “Karena mereka nggak pernah semenarik kamu, mereka nggak ada yang berhasil dekat sama kak Satya, Mama dan juga Papa, teman-teman kuliah yang dulu aku bawa ke rumah selalu merasa rendah diri dan minder setiap berhadapan dengan kak Satya bahkan Mama. Hal itu membuat aku sadar mencintai diri mereka saja mereka nggak mampu apalagi mencintai aku, isinya pasti ragu-ragu semua,” ucap Angga. “Tapi mbak Satya sama tante Rinjani memang secantik itu sih, Mas, beruntunglah aku yang pernah lihat mbak Satya ingusan jadilah nggak minder-minder banget!” seru Khalila. Angga memeluk bahu Khalila. Matahari mulai bergerak naik. “Kamu cukup beruntung sih bisa kenal kak Satya dari kecil, untuk orang yang baru kenal, kak Satya pasti kelihatan judes,” ucap Angga. Sungguh Satya itu memiliki pahatan wajah yang sempurna tapi memang sekilas terlihat judes sekali tapi kenyataanya gadis itu sangat ramah dan juga cerewet. “Tapi kalau mas Angga sampai sama yang lain aku juga nggak bakal ikhlas banget sih, yang menyaksikan mas Angga buluk ya aku, yang menemani mas Angga sampai ganteng kayak sekarang juga aku, masa iya aku hanya kebagian ngintip kemesraan mas Angga dan pacar dari balik gorden doang, kepanasan lah aku!” seru Khalila dengan menggebu, gadis itu memainkan jemari Angga panjang Angga. Angga yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, tanpa Khalila mengakuinya juga Angga sudah tahu apa yang di lakukan gadis itu, mengitip dari balik gorden kamar dengan mulut komat-kamit menyumpahinya. “Sejak kapan mas Angga suka aku?” tanya Khalila, gadis itu mendongak sedikit membuat jarak wajahnya dan Angga menjadi sangat dekat. “Sejak bayi,” jawab Angga dengan santai sambil terkekeh, Khalila kembali mendengus. “Nanya serius mas Angga!” seru Khalila. “Sekarang coba aku tanya, sejak kapan kamu suka aku?” tanya Khalila. “Sejak mas Angga potong rambut model undercut untuk pertama kalinya,” jawab Khalila dengan santai. “Kelas 2 SMA?” tanya Angga. Khalila langsung mengangguk saja tanpa menyangkal apapun, memang benar kok, Angga terlihat sangat tampan waktu itu, sungguh menarik sekali apalagi pakai seragam SMA dan mengendarai motor Ninja hadiah ulang tahun ke 17, itu sungguh sangat menarik. “Mas Angga ganteng banget tahu dengan model rambut kayak gitu, serius aku, sampai aku bilang ke Mami,” ucap Khalila jujur. “Kalau aku ganteng?” tanya Angga dengan senyum geli namun Khalila mengangguk kembali tanpa ragu membuat Angga langi-lagi merasa gemas, dia mengecup kilat pipi Khalila. “Gemes banget sih, La!” seru Angga. “Kenapa baru sadar aku menggemaskan setelah satu tahun pacaran padahal kita sudah hidup berdampingan sejak kecil loh mas Angga!” seru Khalila. Angga menggigit bibir bawahnya, dia menarik kedua pipi Khalila. “Cinta banget sama kamu!” seru Angga. Khalila tersenyum lebar. “Cinta banget sama mas Angga!” seru gadis itu, dia mengecup kilat pipi Angga kemudian memilih lari masuk ke dalam rumah, dia ingin tidur siang bersama dengan Satya sedangkan Angga hanya menggelengkan kepalanya, sungguh Khalila pacarnya yang menggemaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN