Kaisar Chun bergerak gelisah di tempat duduknya. Semua orang yang berada di dalam ruangan merasa heran namun tidak ada yang berani mengungkapkan apa yang ada di dalam otak mereka. Tidak biasanya kaisar mereka bertingkah seperti itu. Biasanya kaisar mereka selalu tenang dengan wajah sedatar temboknya.
"Yang mulia, baru-baru ini hamba mendengar laporan dari warga. Mereka di serang wabah kelaparan. Bagaimana menurut yang mulia menyikapi wabah yang sedang terjadi sekarang ini?"
Kaisar Chun menatap orang yang berbicara itu dengan tatapan datar khasnya. "Ku pikir kau cukup pintar untuk memikirkan penyelesaian permasalahan ini." jawabnya dingin.
Sungguh jawaban yang sangat tidak terduga. Orang yang bertanya sampai merasa gagap dan berdebar takut. "Menurut hamba pihak istana memberikan bantuan bahan makanan. Apa yang mulia setuju dengan usul hamba?"
Kaisar Chun mengangguk. Memang apalagi yang bisa dilakukan selain memberikan bantuan ke warga yang diserang wabah kelaparan??
"Tapi kenapa warga bisa diserang wabah kelaparan? Apa hasil panen mereka gagal?"
"Menjawab yang mulia, menurut laporan yang hamba dengar ada sekelompok orang yang mencuri hasil panen mereka dan di antaranya lagi memang mengalami kegagalan panen akibat serangan hama."
Kening Kaisar Chun mengernyit tidak suka mendengar kata pencuri. "Suruh prajurit mencari pencuri itu sampai ditemukan! Bawa lah pencuri tersebut ke hadapanku dalam keadaan hidup-hidup."
"Baik, yang mulia."
"Dan masalah hama, cari racun yang tepat untuk memusnahkannya. Setelah ini suruh orang kerajaan untuk memantau kegiatan pertanian yang mereka lakukan agar tidak gagal panen lagi."
"Baik, yang mulia."
Kaisar Chun berdehem. "Apa ada lagi yang ingin kalian sampaikan?"
"Ada, yang mulia."
Kaisar Chun beralih menatap orang yang berbicara.
"Banyak warga yang memohon untuk menurunkan harga upeti, yang mulia."
"Bukan kah upeti yang diminta tidak terlalu banyak dan membebankan? Lalu kenapa mereka sampai memohon untuk menurunkan harga upeti?" tanyanya heran.
Tahun-tahun lalu upeti yang harus diberikan kepada kerajaan pun juga segitu. Tapi tidak pernah ada rakyat yang protes bahkan sampai memohon untuk menurunkannya. Kenapa baru sekarang rakyat menyeruakkan hal itu?
"Atau ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan?" cetusnya datar dan tanpa beban.
Salah satu orang yang berada di dalam ruangan terlihat pucat. Tidak menyangka tebakan kaisarnya setepat itu.
"Cari pelaku yang tidak bertanggung jawab itu dan bawa ke hadapanku. Dia harus menerima hukumannya." Tuturnya lagi dengan wajah datar dan tanpa emosi.
"Baik, yang mulia."
Kaisar Chun mengetuk-ngetuk kursi kebesarannya sembari memperhatikan bawahannya satu persatu.
Bagi mereka yang berada di sana sudah sangat mengerti dengan tingkah Kaisar Chun. Salah satu dari mereka berdiri dan membungkuk hormat. "Tidak ada lagi yang ingin kami sampaikan, yang mulia."
Kaisar Chun mengangguk. Berdiri dari kursi kebesarannya. "Pertemuan di tutup sampai di sini. Kalian boleh kembali ke kediaman masing-masing."
Dengan itu, bubar lah pertemuan.
Kaisar Chun kembali ke kediamannya dengan perasaan yang masih resah, sama halnya seperti tadi. Apalagi sewaktu pertemuan, ia berusaha menahan perasaan resahnya. Penyebabnya? Apalagi kalau bukan Lien. Wanita itu benar-benar berhasil mengambil alih pikirannya.
Kenapa sekarang gadis itu seakan berperan penting dalam hidupnya? Kenapa gadis itu selalu terngiang di otaknya?? Apa karena kecantikannya? Ah, tidak juga. Selama ini dia juga sering melihat wanita cantik. Atau kah karena sikap Lien yang berbeda dari biasanya?? Hm..
Kaisar Chun langsung masuk ke dalam kolam pemandiannya untuk membersihkan diri. Ia sudah tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya yang lengket dan berkeringat.
Dibukanya seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kolam. Meletakkan tangannya di tepian kolam dengan kepala yang diletakkan di atas tepian. Kolam pemandian air panasnya membuat tubuhnya terasa lebih rileks.
Tanpa Kaisar Chun ketahui, Lien mengendap-ngendap masuk ke tempat pemandian. Tersenyum miring kala melihat Kaisar Chun yang terlihat bersantai dan memanjakan diri dengan air panas.
Mendekati Kaisar Chun dengan sangat berhati-hati. Ia tersenyum nista sembari mengeluarkan cacing yang dibawanya. Tepatnya, cacing besar dan kalau disentuh akan bergerak menggila. Iuh, sangat menjijikkan.
"Cucun~" panggilnya dengan nada lembut.
Pendengaran Kaisar Chun yang begitu peka membuat pria itu segera membuka mata.
"Cucun, aku membawakanmu sesuatu~"
Pria tampan itu segera berbalik. Matanya membulat kaget ketika melihat hewan yang disuguhkan tepat di depan matanya.
"LIENNN!!!" teriak Kaisar Chun kesal sembari menepis tangan gadis itu kuat. Saking kuatnya tangan Lien dibuatnya sampai terkilir.
"Yak, tepisanmu itu sama sekali tidak berperikemanusiaan. Tanganku jadi terkilir tau!!" teriak Lien kesal. Tangan kirinya memijit pergelangan tangan kanannya yang berdenyut nyeri.
"Aduhh!! Sakit sekali!!" pekiknya dramatis. Disertai dengan air mata buayanya.
"Kalau kau tidak suka denganku jangan mengasariku hikss. Aku tidak sekuat dirimu, Cun." isaknya.
Kaisar Chun menghela nafas melihat air mata Lien. Anehnya, hatinya terasa tidak nyaman melihat air mata Lien mengalir.
Digapainya tangan kanan Lien yang ditepisnya tadi. Lien terdiam sembari menatap Kaisar Chun dengan tatapan heran. Tumben sekali Kaisar Chun mau menyentuh kulitnya.
Lien semakin terdiam ketika Kaisar Chun mengurut pergelangan tangannya yang terkilir dengan lembut.
Tidak ada kata yang terucap dari mulut pria itu. Mendadak, Lien menjadi canggung dengan situasi sekarang ini.
"Apa masih sakit?" Suara dingin Kaisar Chun membuat Lien tersentak dari lamunannya.
"Eh, sudah tidak sakit lagi kok." Namun cepat-cepat Lien meralat ucapannya. "Akhh!! Tanganku kembali berdenyut nyeri. Kau sih! Kasar banget menepis tanganku." ringisnya dengan raut wajah seperti orang menahan sakit.
"Salahmu juga! Kenapa membawa hewan menjijikkan itu kepadaku hah?! Apa kau segitu sukanya melihatku berteriak akibat hewan menjijikkan satu itu?!" Kaisar Chun balik mengomeli Lien.
"Maaf." Kepala Lien tertunduk, seolah merasa sangat bersalah dengan perbuatannya. Padahal dia hanya berakting.
Kaisar Chun menghela nafas seraya memberanikan dirinya mengelus puncak kepala Lien. "Lain kali jangan membuatku kaget lagi."
Ada apa dengan dirinya?? Kenapa dia sangat aneh? Tanya Lien dalam hati.
-Tbc-