Bab 4 - CLBK

1211 Kata
Kinan tertidur di dalam mobil saat perjalanan pulang ke rumah. Adrian melihat istrinya yang sepertinya sudah tertidur pulas. Padahal Adrian akan mengajak Kinan ke sebuah rumah makan yang cukup terkenal enak hidangan saefoodnya, dan katanya Kinan ingin sekali makan di rumah makan seafood tersebut. Adrian ingin membangunkan Kinan, tapi dia tidak tega karena Kinan sepertinya tertidur cukup pulas. Adrian membelokkan mobilnya ke SPBU. Dia ingin mengisi bahan bakar, sambil menunggu Kinan bangun dari tidurnya. Adrian mengusap pipi Kinan dengan lembut. Kinan mengerjapkan matanya perlahan karena merasakan ada seseorang yang menyentuh wajahnya. "Enghhhh ... Aku ketiduran ya, Kak?" tanya Kinan dengan mengeliatkan tubuhnya di depan Adrian. "Iya, dari tadi kamu tidur. Maaf aku mengganggu tidurmu, tapi memang harus bangun sih, ini sudah mau jam dua siang, kita belum makan siang," ucap Adrian. "Hmm ... pantas aku lapar, Kak. Katanya mau ajak aku ke rumah makan seafood yang terkenal di daerah ini?" tanya Kinan. "Iya, makanya itu aku mampir ke SPBU dulu sambil dikit-dikit bangunin kamu, habisnya kamu lelap sekali tidurnya," ucap Adrian. "Aku ngantuk sekali, Kak. Mungkin karena semalam aku enggak bisa tidur," jawab Kinan "Takut kalau aku macem-macem karena tidak ada anak-anak?" tanya Adrian. "Bu--bukan gitu, Kak. Ya memang semalam aku enggak bisa tidur, Kak," jawab Kinan dengan gugup, karena memang dia semalam takut Adrian memaksa dia untuk melakukannya. Apalagi semalam dia mendengar Adrian mengerang penuh gairah di kamar mandi. "Ya sudah, kakak mau ke toilet, kamu juga enggak cuci muka? Tuh lusuh sekali kelihatannya," ucap Adrian. "I--iya, aku mau ke toilet," jawab Kinan. Mereka turun dari mobilnya dan berjalan beriringan masuk ke dalam toilet. Kinan masih terngiang soal suara erangan Adrian semalam. Kinan sendiri bingung, kenapa dia tidak ada hasrat sama sekali, di peluk dan di cium Adrian, lalu tubuhnya diusap lembut oleh suaminya, juga tidak merasakan apa-apa. Yang ia rasakan hanya takut. Takut karena mengingat dulu Adrian pernah membuatnya melayang, lalu mengecewakannya. Mendengar suara erangan Adrian saja dia ketakutan sendiri. Padahal jika perempuan normal, libidonya pasti akan melonjak. "Kak, maafkan aku. Aku belum bisa melakukannya Semalam aku tahu, kamu menuntaskannya sendirian. Aku takut, takut kamu kembali menyakiti aku lagu, setelah kamu buat aku nyaman dengan setiap sentuhanmu, lalu kamu dengan mudah menyentuh wanita lain setelah menyentuh aku, dan membuat aku melayang menikmatinya. Ya, kejadian di Villa itu, membuat aku trauma. Setelah kakak menyentuhku, kakak main dengam Sherly," gumam Kinan dengan menatap cermin di toilet. Adrian sudah berada di depan. Dia menunggu Kinan yang belum juga keluar dari dalam toilet. Adrian sepintas melihat laki-laki yang baru saja keluara dari mini market di SPBU bersama seoarang wanita. "Andrew? Dia ada di sini? Siapa wanita itu? Apq dia istrinya?" gumam Adrian. Kinan kembali menghampiri suaminya. Adrian menatap istrinya dari kejauhan yang sedang berjalan menghampirinya. Wajah Kinan terlihat sedikit fresh, mungkin karena dia sudah cuci muka dan memolea lagi sedikit make up di wajahnya. "Maaf lama, Kak. Tadi di toilet wanita antre," ucap Kinan. "Tidak apa-apa, Sayang. Ya sudah yuk berangkat, aku sudah lapar," ucap Adrian. "Sama, aku juga sudah lapar sekali," jawab Kinan. Adrian langsung melajukan mobilnya ke arah rumah makan saefood yang cukup terkenal itu. Adrian masih teringat tadi, saat dia melihat Andrew bersama wanita. Melihat Andrew sama saja mengingatkan dia pada Sherly. Betapa bodohnya dia dulu, berbagi wanita bersama sahabatnya, padahal Kinan sudah menjadi kekasihnya saat itu. Kinan hanya diam dan menatap ke luar sepnjang perjalanan menuju ke rumah makan. Sepintas bayangan bersama Adrian dulu saat melewati daerah pegunungan kini teringat kembali di ingatannya. Saat akan menikmati weekend di Villanya bersama dengan teman-temannya, dan saat kejadian di dalam mobil Adrian, lalu Adrian bersama Sherly di dapur, semua teringat kembali. Dia berusaha keras melupakan kejadian itu, tapi sedikit pun dia tidak bisa melupakannya. Ingatan itu pernah hilang seketika saat dirinya bersama Bian. Tapi, setelah dia menikah dengan Adrian, ingatan itu sering muncul dan seakan menghantui dirinya. Bahkan saat dia akan mencoba melayani suaminya, kejadian itu terekam jelas di ingatannya, dan menjadikan dirinya ketakutan saat di sentuh Adrian. "Sayang, sudah sampai." Adrian memanggil Kinan, memberitahukan padanya kalau sudah sampai do rumah makan yang ia tuju. Namun, Kinan sama sekali tidak mendengarnya, dia masih terbius oleh kenangan silam yang menyakitkan itu. "Kinanti sayang ... sudah sampai, turun yuk? Katanya sudah lapar?" Adrian menepuk bahu Kinan dengan pelan, lalu mengusapnya lembuh. "Ah ... Lepaskan!" Kinan menepis tangan Adrian yang sedang mengusap bahunya dengan kasar. "Kamu kenapa , Sayang?" Adrian merasa ada yang aneh pada diri Kinan. Dia tahu, pasti Kinan sedang melamun dan membayangkan kejadian dulu saat dia menyakitinya. "Ehm ... ma--maaf, Kak. Aku tadi kaget saja, a--apa sudah sampai?" tanya Kinan dengan gugup. "Iya ini sudah sampai. Kamu ngelamunin apa sih, Sayang?" Ucap Adrian dengan mengusap pipi Kinan. "Eng--enggak mikirin apa-apa, Kak. Tadi cuma sedang menikmati perjalanan saja. Sama kepikiran Kinan dan Haidar. Mereka rewel enggak sama omanya," jawab Kinan berbohong. "Pasti mereka enggak rewel lah. Seperti tidak biasa saja kalau hari libur mereka sama oma dan opanya. Malah mereka kalau mau pulang uring-uringan dulu sama opa dan omanya, karena mereka enggak mau pulang," ucap Adrian. "Apa kamu memikirkan selain anak-anak? Kamu mikirin apa, Sayang? Jangan sering ngelamun dong?" Adrian semakin penasaran dengan apa yang Kinan sering lamunkan. Adrian hanya menebak, Kinan sedang memikirkan masa lalu bersama dirinya, saat dirinya menyakitinya. "Aku gak mikirin apa-apa, Kak. Ya, hanya ingat saja sih, dulu sering lewat daerah sini," jawab Kinan. "Saat kamu SMA? Dengan teman-teman kamu, aku juga ikut, kita menikmati weekend di sana, kamu masih ingat kejadian itu, saat aku menyakitimu, Kinan? Kapan kamu lupa, Kinan? Aku harus bagaimana Kinan? Aku harus bagaimana? Semua sudah berlalu, sudah selesai aku dengan Sherly. Maaf, jika aku pernah menggoreskan luka. Aku mencintaimu, Kinan. Sangat mencintaimu. Sampai kapan kamu akan terus mengingat semua kejadian itu?" ucap Adrian. Kinan hanya diam. Dia tidak mengeri, kenapa suaminya bisa menebak apa isi hatinya saat ini. "Aku tidak tahu, Kak. Rasanya masih sakit sekali luka itu. Dan, entah kenapa setelah aku menikah dengan kamu, ingatan itu muncul kembali, itu yang membuat aku takut jika akan disentuh kamu, Kak," jelas Kinan. "Sampai kapan, Kinan? Apa kamu takut aku akan menyakiti kamu lagi? Sudah hampir lima bulan kita menikah. Apa harus menunggu satu atau dua tahun supaya kamu percaya? Selama lima bulan aku menunggu, menunggu kamu siap untuk aku sentuh, dan ternyata alasannya kamu ingat kejadian di Villa itu saat aku akan menyentuhmu? Kinan, mau sampai kapan?" Adrian tidak menyangka, hanya karena mengingat kejadian di Villa itu, Kinan takut untuk di sentuh. Memang kejadian itu sangta menyakitkan, tapi seharusnya Kinan tahu, kalau Adrian sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. "Aku tidak tahu, Kak. Maafkan aku, aku belum bisa menjadi istri yang baik untuk kamu, maafkan aku, Kak." Kinan menangis, dia memang salah, harusnya dia tidak terlalu lama membuat suaminya menunggu, terlebih saat semalam dia mendengar erangan Adrian di kamar mandi seperti sedang melakukan onani, dia semakin merasa bersalah padanya. "Sudah jangan nangis, aku tidak apa-apa, aku akan sabar menunggu kamu, tapi aku mohon, sedikit demi sedikit, kamu harus bisa mencoba dan menghilangkan rasa takutmu. Ini untuk keutuhan rumah tangga kita, Sayang. Aku mencintaimu, dan aku akan berusaha menghapus rasa takutmu, aku akan membantu kamu menghilangkan semua rasa takut itu." Adrian memeluk Kinan. Dia tahu rasanya hati Kinan seperti apa saat ini. Dia juga tidak ingin membuat istrinya semakin takut, kalau dia memaksanya untuk melakukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN