‘Oh ku mohon. Jangan membicarakan masa lalu...’ Poni membatin. Dia sedang berusaha keras di sini untuk tidak mengingatnya. Namun pria ini dengan mudahnya mengajaknya membahas masa-masa itu. Apakah ini semacam tes untuk Poni? Pria ini sedang menguji Poni? Ansel menunggu cukup lama namun wanita di depannya tidak berbicara sama sekali. Ia jadi merasa bodoh saat ini. Berdeham pelan, Ansel segera beranjak berdiri. Dari sudut matanya, ia bisa melirik Poni menghela nafas lega entah untuk apa itu. Dan saat ia ingin mengambil mantel yang digantung, ia mematung sejenak. Pikiran negatif melintasi benaknya namun ia mencoba menepisnya. Tanpa menatap Poni, Ansel berkata, “Kamu menyelesaikan pekerjaan hingga malam.” “Maaf. Ke depannya saya akan lebih cepat menyelesaikannya.” Poni berkata cepat membua

