''Dalam medan perang liatlah musuhmu terlebih dahulu baru kau bisa putuskan strategi apa yang akan kau gunakan!''
- Rafael Aditya El Malik -
Jangan Lupa Vote ❤
''Jadilah Pelatih di setiap pemain dan permainan.''
''So, Kau masih ingin bermain-main denganku lagi Kevin Armando?''
Dua kalimat yang terucap dari bibir Rafael. Siapapun yang mendengarnya pasti merasa takut. Walau hal itu dikatakan dengan nada rendah sekalipun. Sorot mata bak singa siap menerkam terpancar dari bola mata sang ceo besar, Rafael Aditya El Malik. Namun Kevin adalah kevin, seorang yang beperangai sombong dan arogan. Baginya tatapan mata Rafael hanyalah hal biasa. Kevin tak gentar maupun takut. Sekalipun pandangannya mulai tak jelas.
''Aku tak akan kalah darimu Rafael!'' Tegas Kevin yang masih tegar dengan sikap sok nya. Sok bisa melawan Rafael. Kevin menatap tajam Rafael. Kevin berusaha untuk bangun. Mendekat ke arah Rafael. Saat dekat dengan Rafael, tangannya berusaha untuk meraih tangan Kirani yang berada dalam dekapan Rafael. Berusaha untuk merebut sekuat tenaga.
Rafael menyadari pergerakan tangan Kevin yang hendak meraih dan melepaskan Kirani dari dekapannya. Rafael mencekal tangan Kevin. Sorot mata menyala terpancar jelas di mata Rafael. Rafael berkata, ''Lepaskan! Jauhkan tangan kotormu dari gadisku!''
''Kirani milikku dan kau tak berhak membawanya!'' Ujar Kevin yang tak mau kalah. Ia tak mau menuruti perintah Rafael. Ia enggan untuk melepaskan Kirani setelah semua usaha yang ia lakukan selama ini. Kevin tak ingin usahanya selama ini berakhir sia-sia. Kevin masih kekeh mengatakan jika Kirani miliknya. Hal itu tentu saja memancing emosi Rafael. Kevin adalah Kevin, seorang yang sangat suka memancing emosi dari musuhnya. Dan ia sengaja mengatakan hal itu di depan Rafael.
''Aku akan memperingatkanmu satu kali saja. Lepaskan atau kau akan menerima akibatnya!'' Tukas Rafael memberikan perintah dan peringatan pada Kevin. Ia memberikan peringatan dan pilihan sebagaimana ia masih menghargai kekasih dari adiknya itu. Walaupun saat ini mereka adalah musuh. Rafael bukanlah orang yang segan dalam menyerang atau mengampuni musuhnya. Namun kali ini, ia masih menghargai Kevin. Rafael tak ingin gegabah untuk memukul Kevin.
''Siapa kau berani mengancamku? Emang aku takut pada ancamanmu Rafael El Malik? Cuih tidak sama sekali!'' Balas Kevin dengan nada mengejek Rafael dan menantang balik Rafael.
''Selamanya Kirani adalah milikku!'' lanjut Kevin yang membuat emosi Rafael mendidih tak terbendung lagi.
Emosi Rafael tak bisa ditahan lagi. Kini telah meluap. Tangannya terkepal sedari tadi.
''KAU!'' Bentak Rafael dengan suara yang menggelegar.
''Aku akan merebut apa yang menjadi milikmu Rafael karena Kirani adalah milikku! So lawanlah aku.'' Kevin menantang Rafael tanpa takut. Tangan Kevin masih bergerak menyingkirkan tangan Rafael yang menahannya.
Tangan Kevin masih berusaha merebut Kirani dari dekapan Rafael. Tangannya melawan tangan Rafael. Rafael sudah tak tahan lagi. Ia pun memberikan pukulan ke pipi Kevin. Tak hanya pukulan akan tetapi juga tendangan di perut Kevin. Membuat Kevin tersungkur jauh kembali ke lantai.
Aldo yang melihat hal itu langsung menghampiri Rafael, ''Bos apa perlu saya bantu habisi dia?''
Rafael meletakkan Kirani di lantai sejenak. Rafael melihat Aldo lalu berkata, "Jaga Kirani do, aku akan habisi cecenguk itu! Tanganku sangat gatal dari tadi mendengar ocehannya."
"Baik bos."
Rafael bangun dari posisi duduknya dan berdiri. Ia berjalan pelan ke arah Kevin. Kevin gelagapan melihat Rafael yang berjalan ke arahnya. Tatapan mata Rafael menyorot seperti serigala lapar mengarah pada sosok Kevin. Kedua tangannya mengepal. Otot kekar tubuhnya terpahat jelas.
Kevin merasa takut melihat Rafael seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Ia mencoba untuk kabur namun Rafael dengan cepat menangkap Kevin. Kevin tak bisa lagi menghindari maupun kabur dari Rafael.
Rafael menarik tangan Kevin. Ia berkata, "Berdiri kau!" Perintahnya pada Kevin.
Kevin pun berdiri, menuruti perintah Rafael. Saat Kevin berusaha untuk berdiri, Tangan Rafael melayang ke wajahnya. Ya! Rafael memukul Kevin dengan sekali pukulan. Kevin kembali tersungkur ke lantai. Lalu Rafael menarik kerah baju Kevin dan kembali memukul wajah Kevin berkali-kali. Hingga Kevin jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Setelah Rafael selesai memberi pelajaran Kevin, Aldo menghampirinya. Memberikan sapu tangan pada Rafael. Rafael membersihkan tangannya yang berlumur darah Kevin dengan sapu tangan yang diberikan Aldo. Aldo membantu Rafael membersihkan tangannya.
Setelah tangan Rafael bersih, ia berkata pada Aldo, "Do, Kau bawa cecenguk itu ke tempat biasanya." perintah Rafael kepada Aldo. Mendengar hal itu membuat Aldo meneguk ludahnya. Aldo merasa sedikit kaget. Pasalnya setelah sekian lama 'Tempat biasa' itu tak berpenghuni dan kini akan diisi oleh musuh majikannya.
'Tempat Biasa' adalah sebuah tempat buangan, penjara / siksa yang berada di markas Rafael. Tempat itu adalah tempat dimana Rafael menghukum maupun menyiksa musuhnya. Hingga tak bernyawa. Itulah tempat yang paling mengerikan bagi Aldo.
"Do?" panggil Rafael membuyarkan lamunan Aldo
"Ya baik Bos!"
"Jangan biarkan cecenguk itu terlepas! Jika lepas maka kau akan menerima akibatnya. Mengerti kau do?" perintah Rafael dengan memberikan sedikit ancaman pada Aldo.
"Ya Bos siap!"
Aldo adalah asisten baru Rafael yang masih bekerja selama 6 bulan ini. Walau baru bekerja, Rafael tetap bersikap tegas pada Aldo. Aldo hanya bisa menuruti perintah sang majikan karena ia tak mau pekerjaan yang ia dapatkan dengan susah payah hilang begitu saja. Segala situasi apapun ia harus siap menghadapinya. Karena sekarang ia adalah asisten tuan besar Rafael El Malik.
Rafael mengangkat tubuh Kirani lalu membawanya keluar. Sedangkan Aldo juga ikut membawa Kevin ke mobil yang ia kemudikan. Rafael meletakkan Kirani ke mobilnya.
"Do, Kau jaga dia! Ingat pesanku!" perintah Rafael
"Baik siap bos!"
Rafael masuk ke dalam mobil dan mulai mengemudikan mobilnya. Rafael pergi dengan cepat begitu juga Aldo pergi berlawanan arah dengan Rafael. Aldo membawa pergi Kevin ke tempat markas Rafael.
Di dalam mobil, Rafael menatap gadis yang ia cintai. Rafael merasa sakit. Sakit melihat gadis yang dicintainya disakiti oleh seseorang. Rafael merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga gadis yang ia cintai.
Kamu harus bertahan Ran, Kali ini aku akan menjagamu. Aku tak akan biarkan seorangpun menyakitimu. Itu janjiku padamu Ran. Ucap Rafael dengan lirih
Karena kamu adalah prioritas utama untukku Kirani Agista... Selalu...
******
Kirani dirawat di rumah sakit milik Rafael. Semua pegawai di rumah sakit pun mengerti hal itu namun tidak bagi orang luar. Tak ada orang luar pegawainya yang mengerti hal ini. Begitu juga wartawan. Rafael tak mengijinkan siapapun orang mengetahui Kirani yang dirawat di rumah sakit miliknya. Rafael menutup rapat semua mulut pegawainya. Jadi tak ada yang tau mengenai hal ini termasuk adiknya, Sintiya. Orang yang tau hanyalah Rafael dan Joshua.
Kirani masih tak sadarkan diri selama satu bulan ia dirawat. Rafael masih senantiasa menjaga Kirani tanpa memedulikan pekerjaannya. Pekerjaan Rafael diurus oleh Joshua. Joshua menggantikan Rafael sementara waktu. Hari-hari Rafael gunakan untuk pergi ke rumah sakit. Menjaga sang pujaan hati. Ia hanya pulang sebentar untuk berganti pakaian lalu kembali lagi. Itulah yang dilakukan oleh Rafael. Hal itu membuat Sintiya uring-uringan seperti hari ini.
Sintiya menghampiri kakaknya di kamarnya. Sintiya melihat kakaknya yang telah rapi dengan pakaiannya. Sintiya heran melihat kakaknya yang hanya memakai setelan pakaian casual bukan pakaian kantor. Beberapa hari ini Sintiya melihat kakaknya yang kembali ke rumah sebentar lalu pergi lagi. Seperti itulah kebiasaan kakaknya akhir-akhir ini. Bahkan kakaknya tak bicara pada Sintiya walaupun selalu bertemu di rumah. Seringkali Sintiya bicara namun kakaknya hanya diam walaupun Sintiya mengomelinya atau hanya sekedar bertanya. Dan Sintiya merasa tak suka jika dicueki oleh kakaknya.
"Kak!" Panggil Sintiya Rafael
Rafael hanya menoleh lalu mengabaikan Sintiya lagi. Rafael menyibukkan diri mengambil pakaiannya dari dalam lemari.
"Kak! Kenapa kakak selalu mengabaikanku sih? Lalu kakak kemana saja akhir-akhir ini!?" ucap Sintiya menyerbu Rafael dengan pertanyaan yang sama seperti kemarin.
Rafael diam dan tak menjawab pertanyaan adiknya itu. Ia masih sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper hitam miliknya.
"Kakak masih tak mau jawab? Oh baiklah, aku Sintiya adik kakak selalu tau apa yang kakak lakukan walaupun kakak tak mengatakannya." ujar Sintiya
"hm."
Hanya satu kata yang Rafael katakan. Hal itu benar-benar membuat Sintiya tak bisa sabar lagi. Sintiya marah! Marah karena diabaikan oleh sang kakak.
"Kakak mau kemana? Kenapa masukkan banyak baju ke dalam koper? Kakak mau pergi kemana?" Sintiya berkacak pinggang melihat hal yang dilakukan oleh sang kakak. Begitu banyak baju yang diambil oleh kakaknya dari dalam lemari.
"Kakak gak mau jawab aku?"
Sintiya terus mengekori Rafael dari belakang. Mengikuti kemanapun Rafael. Sederet pertanyaan masih Sintiya tanyakan pada Rafael. Walaupun Rafael masih diam membisu, Sintiya masih mengomel.
"Kakak yakin gak mau jawab? Oh baiklah, aku akan katakan apa yang aku tau. Kakak mau pergi ke rumah sakit Al-Malik itu lagi bukan?" ucap Sintiya memancing Rafael untuk berkata.
"Kalo kakak gak mau jawab ya udah aku akan beritahu Tuan Reihan tentang hal itu!" pancing Sintiya disertai mengancam Rafael.
Rafael memutar badannya lalu bergerak cepat mendekati Sintiya sang adik. Meremas kedua bahu Sintiya dengan keras lalu ia berkata dengan tegas, "Jangan pernah katakan apapun pada pria b******n itu! Atau kakak akan memberikanmu hukuman!"
"Mengerti kamu Sintiya El Malik!"
Sorot mata menyala terlihat jelas di mata Rafael. Kerasnya remasan tangan Rafael pada bahu Sintiya membuatnya meringis kesakitan. Sekuat tenaga Sintiya masih berusaha mengeluarkan suaranya untuk bertanya pada Rafael.
''Lalu katakan padaku kemana kakak akan pergi? Lalu kakak ada urusan apa di rumah sakit Al-Malik?''
''Kalo kakak gak mau menjawab maka aku akan beritahu hal ini pada Reihan Adam Khan!''
''So Jawab aku kak! sosok perempuan siapakah yang sedang kakak jaga disana?''
''Apa perempuan itu adalah Kirani?''
Jawaban apakah yang akan dijawab oleh Rafael?
Melihat Sintiya yang diam-diam mengetahui semuanya?