3.

1056 Kata
Sore ini, setelah Al selesai dengan pekerjaannya, aku meminta Al untuk berkunjung ke rumah mertuaku. Karena aku mendengar jika Athala sudah pulang dari London setelah menyelesaikan tes masuk Universitas di sana. Athala adalah adik ipar sekaligus teman dekatku. Karena pertemanan itu pula Alfread mengenaliku. "Aku beliin Atha sepatu, kamu beli apa buat dia?" ucapku seraya melirik Al yang tengah fokus menyetir. "Kayak yang udah gak pulang lama aja sampe harus di kasih hadiah," Aku hanya memutar bola mata sebal. "Dua minggu lama loh, gak kangen apa sama adek sendiri." "Kalau dia butuh apa-apa, dia pasti bilang kok. Kalau sekarang paling minta uang," ucap Al yang sudah mengerti seperti apa itu adiknya. Tak terasa akhirnya kami sampai di kediaman mertuaku yang sangat besar itu. Bahkan mereka memperkerjakan beberapa asisten untuk mengurus rumah besar mereka. Al langsung memarkirkan mobilnya. Dan setelah itu aku langsung turun dengan semangat dan berlari masuk ke dalam rumah. "Halo, Mah... Pah!" sapaku pada kedua orang tua suamiku yang terlihat masih terkejut akan kedatagan kami. "Kayak kejutan yah, tiba-tiba gitu datengnya." ucap Ibu mertuaku. Liana. "Atha mana, Pah?" tanyaku ketika mencium punggung tangan Ayah mertuaku. Ayah mertuaku terlihat mengedarkan pandangannya dan akhirnya menunjuk seseorang yang sudah beberapa hari ini aku rindukan. Athala, dia terlihat berjalan dari arah dapur dengan satu mangkuk puding coklat. "Athaaaa! Woilaaah kangen banget..." pekikku seraya berlari dan memeluk sahabat sekaligus adik iparku itu. "Lah anjir, kaget. Awas, Mey! Puding gue bisa tumbah..." Aku langsung melepaskan pelukanku dan mencubit pipinya dengan gemas. Sedangkan Al terlihat duduk bersama kedua orang tuanya dengan memandang ke arah kami yang jika sudah asik berdua, bar-barnya gak ketulungan. Hehe, ayolah, aku tidak selungguh seperti di hadapan Al. Saat di sekolah, aku dan Atha sudah sering mendapatkan teguran bahkan nyaris di keluarkan. Jangan ditiru yah! Aku dan Atha pun berjalan untuk bergabung bersama suami dan mertuaku. Al meraih lenganku agar aku duduk di sampingnya. "Tha, gue beliin lo sesuatu..." ucapku. "Apaan?" Al pun memberikan paper bag yang aku beli kepadaku. Kemudian aku berikan pada adik ipar yang sangat menyebalkan tapi aku sayang ini. "Ah gue tahu, pasti sepatu!" tebak Athala yang berhasil membuatku menatapnya kesal. "Gak seru ah, kok tahu sih!" kesalku. Athala tertawa melihat ekspresi kesalku. "Tahu dong, lo kan temen gue yang paling peka. Waktu itu gue pernah minta sepatu sama Kakak gue itu tuh, tapi gak di kasih dan lo ada di sana... You're my best friend, Kakak ipar juga hiya-hiya..." Aku tersenyum bangga dan Athala pun memelukku sebagai ucapan terima kasih. "Akhirnya ada juga yang menghargai keberadaan gue, Mey... Gue pulang aja gak di jemput woy, sedih banget gak tuh!" ujarnya seraya melepaskan pelukan dariku. Aku menyandarkan tubuhku pada Alfread. "Coba kalau ngasih tau kita, iya gak Al?" "Enggak." sahut Al. Athala langsung memberikan ekspresi datar. "Kayaknya bener deh, gue tuh anak pungut anjir..." ucapnya dan kami pun tertawa. Ayah mertuaku bahkan melemparkan bantal kursi ke arah putra bungsunya itu. "Kalau ngomong tuh suka pas," " Males banget ya allah punya Papah kayak gini..." sahut Athala yang kembali membuat kami tertawa. Receh sekali keluarga suamiku ini. Al menegakkan posisi duduknya yang membuatku semakin nyaman saja bersandar pada d**a bidangnya. "Ya udah, mau minta apa?" tanya Al yang seketika membuat Athala sumringah. "Heem, mau minta apa anak pungut ini?" tambah Ayah mertuaku setengah bercanda. Athala semakin tersenyum lebar. "Mamah gak mau ikutan nanya?" "Uang Mamah dari Papah kamu, mintanya ke Papah dong," ujar Ibu mertuaku. Athala terdiam memikirkan apa yang akan di mintanya. Kemudian ia mengangguk pasti. "Pah, uang jajan naik 50%." Ayah mertuaku langsung mengusap kedua pahanya. "Nak, sebenarnya aku bukan Papahmu, Papah kamu di rumah samping kita." candanya. "pfff... Hahaha, ya ampun Pah..." tawaku pecah begitu saja. "Bodo amat, pokoknya uang jajan naik. Dan Kakakku tersayang, aku minta--" "Jangan buru-buru woy, pikirin dulu, jangan minta yang fungsinya gak akan lama. Gak boleh boros." ucapku. Athala menatapku tak percaya dan tertawa sendiri. "Dih... Dih anjir haha..." Aku mernyit heran. "Dih gila," ucapku. "Wah parah lu, baru nikah 3 minggu aja lo udah mirip Kakak gue anjir... Ouh gue ngerti, lo takut uang belanja lo berkurang kan? Kakak ipar jahat... Ck." Aku langsung menatap Al meminta bantuan. Dan Al terkekeh pelan seraya mengusap kepalaku. "Udah lah, jadi mau minta apa? Pergi cuma dua minggu tapi sok-sokan mau di sambut segala, lebay. Kakak aja gak pernah di jemput kalau ke luar negeri." ujar Al. "Ya kan Kakak anak pertama, aku bungsu loh ini, ya ampun." sahut Athala. "nanti deh kalau ada yang aku mau, aku bilang." lanjut Atha. Al hanya menganggukkan kepalanya saja. "Minta dong pudingnya..." Atha pun memberikan mangkuk berisi puding cokelat itu padaku. "Jadi, jadi kapan nih gue bakalan jadi uncle?" Kunyahanku melambat. "Iya, kapan nih Papah jadi hot grandfather? Tambah Ayah mertuaku. Al mengecup puncak kepalaku. "Doain aja, biar bisa secepatnya... " Aku tersenyum dan mengangguk kecil. "Kalian nginep?" tanya Ibu mertuaku. "Enggak Mah, besok pagi ada meeting." jawab Al. Aku menegakkan tubuhku dari bersandar pada Al. "Tapi kalau Al gak sibuk, kita bakalan luangin waktu buat nginep kok Mah." "Gak pa-pa sayang, kalau Al mau dia bisa kok gak masuk dulu, terus kalian liburan kek ke mana biar bisa fokus gitu buat ngasih kita cucu..." ucap Ibu mertuaku. "Minggu ini lagi gak bisa Mah, soalnya ada proyek baru yang emang harus Al pantau secara langsung. Al itu kan kepala perusahaan, pemiliknya masih Pap--" "Waaah Pah, kode tuh biar pindah tangan!" potong Athala yang langsung saja mendapatkan lemparan bantal kursi dari Al. "Ya Papah bisa aja, cuma belum percaya aja. Ini kemajuannya masih bagus pas Papah yang pegang loh," ucap Papah mertuaku dan Al mengangguk paham. "Al baru megang satu tahun Pah, pelan-pelan aja yang penting ada perubahan." ucap Ibu mertuaku. "Kalau aku yang pegang pasti bakalan lebih cepet tuh berkembangnya," ucap Athala dengan percaya diri. Al terkekeh pelan mendengar hal itu. "Ya udah kuliah yang bener, bantu keluarga jangan manja..." "Ashiap..." sahut Athala seraya berdiri dari duduknya. "Aku ke kamar dulu yah, bye! Bye juga Kakak ipar pendek!" Aku melirik Al yang terlihat setengah tidur. "Kamu istirahat dulu gih, ganti baju, pasti capek. Kamu kan baru pulang kerja langsung nyetir lumayan jauh," ucapku. Al mengangguk. "Pah, Mah, Al ke kamar dulu yah," "Iya, sana kalian istirahat. Jangan sampe saat pulang nanti kamu nyetir dalam keadaan ngantuk, bahaya." ujar Ayah mertuaku. "Iya, Pah..." ucap Al. Dan kami pun berlalu menuju kamar Al.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN