Fake Relationship

1132 Kata
    Kacy berjalan secepat kilat menuju lapangan sekolahnya. Hari ini ada pemilihan pemain team inti sepak bola yang sebentar lagi akan diadakan tanding persahabatan antara sekolah. Setiap tahunnya kota yang mereka tempati selalu menadakan festival yang diawali pertandingan olahraga antar remaja. Sekolahnya adalah pemegang juara tetap sejauh ini. Maka pemilihan seperti ini, pasti membuat lapangan sudah penuh dengan banyak pasang mata.     Ketika mata Kacy menemukan Royce terduduk di bangku paling depan, dia langsung berlari mendekat. Mengambil tempat di samping pemuda itu. Royce memakai jersey putih dengan nomor punggung tiga belas dan nama Royce di belakangnya.     "Hi," sapa Kacy.     Cukup kaget karena yang di sampingnya adalah Kacy. Mereka sudah lama sekali tidak bicara sedekat ini. Bahkan hampir tidak pernah kecuali saat pertama kali mereka berpacaran. Sekarang secara tiba-tiba Kacy menyapanya terlebih dahulu. Dan yang di sampingnya adalah Kacy yang cantik. "Hi, aku tak menyangka kau akan di sini," ujar Royce kaku. Kikuk. Dia selalu begitu. Manis.     "Mungkin lebih tepatnya kau tidak menyangka bahwa aku akan mengajakmu berbicara?" koreksi Kacy. Selalu menebak dengan mudah dan mengatakan secara terang-terangan.     Royce mengedikan bahunya. "Kau sudah tahu ternyata." Sama tenangnya seperti Kacy. Kadang mereka berdua terlihat sama.     "Kacy knows everything,” jawabnya dengan percaya diri.     Hal itu membuat Royce terkekeh. Mungkin itu adalah sesuatu yang memang dia sukai dari Kacy. "Yeah, I love your brain."     "Thank you. Jadi kau akan ikut pemilihan team inti juga?" tanya Kacy, sebab Royce ada di lapangan.     "Ya?" jawabnya yang lebih terdengar seperti pertanyaan daripada pernyataan. Tidak yakin juga. Ada keraguan.     Mengangguk-anggukkan kepala, Kacy menunjukkan ibu jarinya. "Kau pasti masuk. Setidaknya Idris kaptennya. Dan kau tidak buruk." Entah itu bisa dikatakan dapat meyakinkan, pujian, atau malah ejekan.     "Tentu, aku anggap itu pujian dari seorang Kacy Trace," sarkas Royce sambil tersenyum. Keduanya seakan sudah terbiasa satu sama lain. Tidak aneh, itulah mengapa keduanya dapat berbicara sesantai dan setenang ini.     "Setidaknya mereka masih menginginkanmu." Kacy melirik para gadis yang sekarang melihat ke arah mereka berdua. Tidak dipungkiri kalau kakak adik Reign sangat terkenal. Memiliki banyak penggemar. Royce sendiri memiliki pesona yang unik, cerdas, tidak banyak omong, terkesan kutu buku, tapi penampilannya jauh dari gambaran tersebut. Tampan, seksi.     Mereka berdua tertawa. "Kau tahu? Dulu aku sangat kesal ketika bersamamu. Mereka mengejekku. Dan sekarang cukup menyenangkan ketika aku mendengar mereka mengatakan kita cocok." Kacy tertawa sinis. Semua kembali lagi tentang penampilan. Selalu begitu. Orang-orang rupawan ; cantik dan tampan, memiliki privilege mereka sendiri.     "Ya, kita memang cocok." Royce mengangguk-anggukan kepalanya. Menyetujuinya. Entah benar-benar bermaksud begitu, hanya sarkastik, atau menanggapi saja.     Kacy memutar bola matanya. "Jangan bercanda Alastar. Bahkan kita tidak benar-benar berpacaran. Kita hanya membuat kesepakatan agar tak ada wanita yang mengganggumu dan memintamu jadi kekasih dan membuat kau tidak fokus dengan pelajaranmu. Hanya itu." Keduanya memang berkencang, tetapi tidak dalam makna asli. Mereka sama-sama membuat perjanjian yang menguntungkan satu sama lain. Royce maupun Kacy tidak tertarik dengan romansa. Setidaknya untuk saat ini.     Royce terkekeh sekarang. "Aku sangat berharap kau melupakannya padahal,” ujarnya seolah mendeklarkan, mau Kacy lupa saja kalau mereka tidak benar-benar berkencan. Maunya yang diingat mereka berkencan sungguhan. Sepasang kekasih.     "Tidak ketika kau menjanjikan imbalan. Win win solution." Menerima tawaran Royce yang tidak mau diganggu oleh para wanita, tidak mau menyakiti mereka juga, memiliki kekasih adalah jalan terbaik, maka Kacyka menjadi bantuan utama. Ia menyetujui dengan syarat juga menginginkan imbalan. Tetapi tidak dikatakan saat itu juga.     "Ok jadi kau sudah memikirkan apa yang kau inginkan? Tiga bulan lama juga." Royce seakan sudah menunggu lama untuk tahu apa sebenarnya yang akan diminta Kacyka. Sudah tiga bulan, gadis itu belum meminta imbalan apa pun.     "Ya."     "Apa?" tanya Royce lagi semakin penasaran. Untuknya, suasana menjadi agak tegang.     Kacy tersenyum licik. "Belum sekarang waktunya."     Helaan napas berat lolos dari bibir Royce. Kacyka dan segudang pesonanya. "Kau tahu Kacy, kau benar-benar membuatku menyukaimu."     "Jadi itu sebabnya kau mengatakan pada Percival kalau kita berpacaran?" tanya Kacy sambil terkekeh. Teringat Percival, adik Royce, yang tiba-tiba datang dan bertanya padanya.     "Ada yang salah?" Royce menahan senyumnya. Sungguh, tampan sekali.     Kacyka mengedikkan bahunya. "Tidak. Hanya lucu saja ekspressinya. Hei apa yang dia lakukan?" tanyanya terdistraksi.     "Siapa?" Royce mengerutkan dahinya bingung. Padahal keduanya sedang saling berbincang.     "Dia." Kacy menunjuk ke arah Percival yang ada di lapangan.     Royce melirik ke arah yang Kacy tunjuk. Percival sedang menendang bola sebagai pemanasan sebelum pemilihan. Dan semua bola yang dia tendang tidak ada satupun yang meleset keluar gawang atau tertangkap kiper. Semuanya menghasilkan goal. Dan semua mata sedang mengarah kepada Percival. Kali ini Percival menggiring bola melewati beberapa pemain, dan dia lagi-lagi dapat mencetak goal. Sorakan terdengar dari bangku penonton. Senyum sombong terlukis di wajah tampan itu.     "Dia... Bermain sepak bola?" jawab Royce yang agak tidak yakin, sebab bingung mengapa Kacy menanyakan sesuatu yang sudah jelas.     "I know. Tapi lihat bagaimana semua goal yang dimasukkan. Dan ya, dia bermain sendiri," ujar Kacy dengan yang meninggi beberapa oktaf.     "Ya Kacy, adikku memang hebat." Royce menganggukan kepalanya karena dia cukup kaget juga dengan hal itu. Percival benar-benar hebat. Bahkan melebihi Idris sang kapten. Rasanya semua kemampuan fisik— selain wajah —diambil oleh Percival dalam keluarga mereka.     Kacy mendengus tidak suka ketika Percival melihat ke arahnya, lalu tersenyum penuh kemenangan. "Dia hanya ingin pamer," gerutu Kacy. Tidak mengerti mengapa Percival selalu banyak gaya dan menyombong di depannya.     Royce menahan senyumannya mendengar itu. "Dan dia berhasil."     "Aku sungguh tidak menyukainya."     "Tapi dia sepertinya sebaliknya," goda Royce. Percival terlihat jelas menyukai Kacy yang sekarang. Terus mencari perhatian. Mendengat jawaban itu, Kacy menatap Royce tajam. Buru-buru Royce membuang muka sambil menahan tawanya yang seperti akan meledak. "Kau tahu Kacy, dia berusaha mendapatkan perhatianmu."     Kacy hanya memutar bola matanya. Royce gila, dalam pikirannya. "Apa lagi yang dia lakukan?" pekik Kacy pelan ketika melihat apa saja yang Percival lakukan.          "Push up? Apa itu salah?"     "Dia sengaja Royce. Kau tidak melihatnya? Dia ingin pamer bahwa dia hebat dan mendapatkan teriakan dari gadis-gadis itu!” Rasanya Kacy ingin segera pergi dari sana. Sekarang tawa Royce meledak dan Kacy hanya bisa melihat pria itu dengan kesal.     "Kalau begitu, lagi-lagi dia berhasil. Kau terdengar seperti cemburu?" tukas Royce melempar sarkastik. Lagi-lagi menggoda. Entah untuk mengorek perasaan Kacy, atau berusaha menjodohkan sang adik, padahal jelas Percival sudah memiliki kekasih.     Mulut Kacy terbuka dan matanya melotot ke arah Royce. Kaget dengan apa yang dikatakan pria itu. "Lebih baik sekarang kau turun karena pemilihannya akan segera mulai."     Royce masih tertawa. "Baiklah, agar dengan leluasa kau dapat melihat Percival,” tukas Royce sekali lagi menggoda.     Kacy menghela nafas kesal. Percival bangkit setelah push up di lapangan. Di antara murid lain yang juga sedang melakukan pemanasan. Dia benar-benar terlihat mengagumkan. Tampan, tinggi dan seksi. Kacy membenci itu. Percival tidak pernah sekali pun buruk sejak dahulu. Dan dirinya akan selalu jadi orang yang menjadi target Percival dalam melakukan hal-hal menyebalkan. Dia tidak mau itu terulang. Mulai tahun ini, dia ingin merubah segalanya. []  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN