PERKENALAN

730 Kata
Bima dan Sindi adalah teman baikku, kita tumbuh besar bersama. sejak ayahku menikah lagi, aku dan kakakku tinggal bersama dengan nenek dan rumah kami bersebelahan. Dia datang kerumahku bersama dengan mamanya waktu itu. "Hai." sapa Bima kepadaku dan kitapun menjadi akrab dan sering bermain bersama. Saat ada teman lain yang menggangguku, Bima lah yang selalu melindungi dan membelaku tidak seperti kakakku yang tidak peduli terhadapku sampai kakak pergi ke luar negeri dan meninggalkanku sendirian. "Bela, aku akan melindungi mu." ucapan Bima itulah yang masih aku ingat sampai sekarang. Saat usiaku menginjak dua belas tahun, nenekku meninggal dan kakakku juga tidak datang ke pemakaman nenek. Aku akhirnya tinggal bersama dengan Bima dan mamanya, ayah Bima juga sudah lama meninggal. Bima adalah teman yang baik, dia seorang yang tampan ya memang benar benar tampan, Ia tinggi berkulit putih bening bahkan aku jauh lebih gelap darinya, hidungnya mancung dan bibirnya manis jika tersenyum. aku menyukainya tapi aku tidak mau kehilangannya, bagiku dia adalah satu satunya keluargaku. **** Aku melihat Yogi sedang berdiri dengan salah satu perempuan di kampusku, aku tidak mengenalnya dan entah apa yang mereka biacarakan. "Yogi" paggilku dari jauh. Lalu kemudian Yogi meninggalkan perempuan itu dan datang kearahku. "Kelasnya sudah selesai sayang?" kata Yogi. "Iya nih, sebelum pulang aku ingin ke perpus." "Baiklah, aku temani ya!" "Ohya, tadi siapa perempuan yang bersamamu? Kelihatannya kalian sangat akrab." kataku sedikit cemberut. "Ah dia hanya temanku kok, kau cemburu ya?" jawab Yogi meledek. "Aku tidak suka kau tersenyum begitu dengan perempuan lain." "Ah baiklah, aku hanya akan tersenyum kepada pacarku bawel ini." kata Yogi sambil merangkul dan mencubit pipiku. **** Aku sangat menyukai membaca dan meminjam beberapa buku di perpus, aku merasa beruntung memiliki Yogi sebagai kekasihku karena dia selalu memperlakukanku dengan hangat dan rela menemaniku yang kutu buku ini. Hari sudah mulai gelap, Yogi mengantarkan aku pulang kerumah seperti biasanya dia turun duluan dari mobil dan bergerak membukakan pintu mobil untukku. Yogi membawa beberapa buku yang aku pinjam tadi dan membantuku menata di rak dinding buku, setelahnya kita menonton tv bersama. Kita memang duduk bersama didepan tv tetapi Yogi hanya mengelus rambutku sambil menatapku dengan senyum dari tadi, dia tidak benar benar menonton siaran televisi. "Sayang." kata Yogi membisik ditelingaku. "He'emm sayang." jawabku sambil menoleh kewajah Yogi. Tangan kanan Yogi langsung mendorong kepala bagian belakangku dan tangan kirinya memeluk tubuhku yang ramping. Dia langsung menciumiku tanpa ampun dan sedikit meng gigit bibir bawahku yang tebal. Ah, dia melumat habis bibirku dan mendorong tubuhku agar berbaring di sofa panjang yang sedang kita duduki. Bibirnya beralih dan merayap di leherku, sehingga membuatku menggeram, tanganku reflek memegang bagian rambut ditelinga Yogi agar posisinya semakin menempel dan tertahan dekat dengan tubuhku. Tindakannya tiba tiba berhenti dan dia kembali mengecup keningku. Yogi meraih jari tanganku yang masih berbaring kemudian mengambil sebuah barang berbentuk melingkar kecil di sakunya dan memasukkan ke jari manisku "Taraa! aku juga memakainya." kata Yogi sambil menunjukkan cincin di jarinya. "Ini cincin pasangan? kapan kau membelinya?" "Itu sudah lama aku membelinya untukmu, aku hanya menunggu waktu yang tepat, apa kau menyukainya sayang?" Aku hanya mengangguk senang, cincin couple ini memang sederhana tidak bergitu mewah bahkan tidak ada berlian di dalamnya tetapi bagiku ini adalah hadiah yang paling berharga. "Terimakasih." kataku sambil memeluk Yogi erat. Aku kemudian berinisiatif untuk menciumnya duluan dan ciuman kita berlangsung lama sehingga tubuh kita berdiri dan bergerak menuju ranjang yang tak jauh dari sofa tempat tempat kami duduk. Tubuh Yogi terlempar di kasur dan aku berada diatasnya, tanganku bergerak membuka kancing baju miliknya sedangkan bibirku masih menempel di bibirnya. Tok tok tok terdengar suara ketukan pintu. Sontak kita berdua kaget dan beranjak pergi dari kamarku, aku merapikan baju dan rambutku yang sedikit berantakan lalu segera pergi membukakan pintu. "Bima? ada perlu apa datang kesini?" "hmm apa aku mengganggu mu?" "Ah ti.. tidak kok." jawabku gugup. "Sayang, siapa yang datang?" tanya Yogi mendekat keluar dan berdiri tepat dibelakang ku "Ah ternyata Bima, kau ada urusan apa datang kesini malam malam?" tanya Yogi "Itu bukan urusanmu, kau sendiri ngapain disini malam malam?" "Ya itu urusanku lah, aku ini pacarnya" kata Yogi dengan nada tinggi. "Hentikan!! kalian berdua segera pergi dari rumahku sekarang!" katanya menyela percakapan mereka. Lalu aku mendorong tubuh Yogi dan Bima keluar dari pintu, aku menutup pintu rumahku kembali dengan rapat dan menguncinya. Aku masih mendengar mereka di luar masih ribut, entah apa yang sedang mereka perdebatkan. **** FOLLOW ME :*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN