“Mau apa Lo kesini?”
Jesslyn terlihat muak dengan keberadaan Christian, pria itu entah datangnya dari mana tiba-tiba saja bisa sampai ke rumahnya dengan wajah yang masih babak belur. Jujur, dari sekian waktu Jesslyn ingin menghilang dari jika bumi ini agar tidak bertemu dengan pria itu. Bukannya apa, dia hanya tidak ingin ada salah paham antara dirinya dan juga Hanna. Bagaimanapun mereka adalah teman meskipun tidak begitu dekat. Tapi …
“Gue mau lo.”
“Tian … gue mohon banget sama lo, mending Lo lebih fokus pada Hanna. Lo nggak perlu ngebuang waktu Lo buat gue.”
Dan nyatanya Christian berhak atas hal itu. Dia akan membuang banyak waktu untuk apapun itu jika berkaitan dengan Jesslyn. Apapun itu akan Christian lakukan jika itu berhubungan dengan Jesslyn. Mengingat beberapa bulan terakhir ini mereka cukup dekat meskipun setelah itu Jesslyn harus ngamuk setelah tahu siapa Christian.
“Gue cuma mau buktiin kalau gue maunya elo bukan yang lain, Ai.”
“Stop!! Gue geli Lo panggil Ai, nama gue Jesslyn bukan Ai.”
Mata Christian berkaca-kaca, kenapa sih waktu dan takdir tidak pernah berpihak pada Christian selama ini? Dia sudah berusaha mati-matian untuk wanita itu, tapi kenapa dia tidak bisa memiliki wanita itu? Kenapa harus ada wanita lain? Ya, Christian mengakui jika dia salah sudah melibatkan Hanna jika saja waktu bisa diputar dan Christian tidak melibatkan Hanna dan dia lebih setia dengan Jesslyn sampai dia kembali. Mungkin posisi ini tidak akan pernah Christian rasakan.
Pria itu melangkah mendekat memeluk tubuh Jesslyn dengan hangat. Air matanya tumpah begitu saja tanpa diminta, dia menyesal. Menyesal telah meninggalkan wanita yang sudah bertahun-tahun menunggunya dengan setia. Bahkan dengan brengseknya Christian malah memasukan Hanna dalam kisah cinta mereka. Jika saja waktu bisa diputar dia ingin kembali dimana Christian lebih fokus dengan kuliahnya dan juga bisnisnya. Kembali pulang dan melihat Jesslyn yang menatapnya bangga dan menunggunya selama ini.
Melepas pelukan itu dengan kasar, Jesslyn menjaga jarak dengan Christian. “Kita memang pernah ada hubungan dulu, waktu kita masih sekolah sebelum Lo pergi. Tapi kali ini gue beneran memohon sama lo untuk tolong jangan pernah dekat sama gue. Apapun itu, jangan pernah ada di satu situasi sama gue. Gue capek … gue capek ngeliat Lo setiap hari yang ngeliat hati gue tambah sakit, Abi.”
Tanpa sadar nama itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Disini tidak hanya Christian saja yang menangis tapi juga dengan Jesslyn yang ikut menangis. Dia menganggap dirinya yang begitu bodoh mau menunggu Christian bertahun-tahun. Gelang yang mengikat mereka pun juga sudah Jesslyn buang, dan menganggap jika mereka tidak ada hubungan apapun setelah malam itu. Malam dimana Jesslyn yang penuh harap Christian bisa menolak dan lebih memilih dia. Tapi nyatanya … semuanya abu-abu.
“Gue sama Hanna cuma tunangan, kita belum menikah dan gue bisa aja batalin semua ini demi lo. Gue akan buktiin ke elo Ai kalau wanita yang gue mau itu cuma elo bukan orang lain termasuk Hanna.”
Pasalnya Jesslyn tidak mau, apalagi nanti ada berita jika hancurkan hubungan Christian dan Hanna itu karena ulahnya. Jesslyn tidak ingin menjadi orang ketiga. Sejak dulu Jesslyn tahu jika Hanna menyukai Christian, meskipun mereka sering menghabiskan waktu bersama, sarapan bersama di atas rooftop, dan melakukan banyak hal bersama. Nyatanya Jesslyn juga tidak bisa memungkiri jika dia mencintai Christian waktu itu. Tapi Karena tidak mau hubungan pertemanan itu berakhir Jesslyn memilih untuk mengalah, dia mengubur dalam-dalam perasaan itu sampai Christian memberikan satu gelang kunci untuk Jesslyn. Dimana pria itu ingin membuktikan jika dia kembali orang pertama yang akan Christian temui adalah Jesslyn.
“Gue nggak mau. Lebih baik Lo fokus ke Hanna, ketimbang Lo ngebuang waktu cuma buat gue. Lagian, gue nggak akan mau sama lo lagi. Mending Lo pergi, gue mau istirahat.” Jesslyn mengusir. Suasana hatinya tidak baik dan dia tidak ingin bertemu dengan Christian apapun yang terjadi.
***
Suasana pagi ini membuat Jesslyn tersenyum. Dia sudah siap dengan baju olahraganya. Pagi ini dia ingin lari pagi di taman, gimana akan banyak pria tampan disana untuk menghabiskan waktu di pagi hari. Dan Jesslyn ingin berada disana, siapa tahu saja dia bisa bertemu pria tampan kaya raya yang mau menampung kehidupan Jesslyn setelahnya.
Turun dari mobil, wanita itu sudah siap dengan handuk putih di lehernya, dan juga topi yang menutup wajahnya. Jangan sampai sinar Matahari jahat itu menyentuh wajahnya yang sudah glowing. Skincare dan perawatannya akan rusak jika matahari itu menyentuhnya. Rugi dong skincare mahal yang sudah di rekomendasikan Elina pada wajahnya terbuang hanya karena matahari?
No no … Jesslyn tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Wanita itu sudah siap untuk berlari, sayangnya baru masuk ke pintu taman matanya tak sengaja menangkap sosok yang begitu dia kenal. Matanya memicing untuk memastikan jika dia salah lihat, tapi dari postur tubuhnya dan juga lambaian tangan membuat Jesslyn yakin jika itu …
“Selamat pagi Ai.” Sapanya sumringah. Meskipun ada plester di pelipis dan juga tulang pipinya,pria itu masih bisa tersenyum di hadapannya?
“Tian ngapain lo disini?” tanya Jesslyn heran. Tapi dia tetap masuk ke taman untuk olahraga. Jangan sampai hanya karena keberadaan Christian apa yang dia inginkan tidak jadi.
“Nemenin Lo olahraga.”
Langkah Jesslyn terhenti, dia menatap Christian dengan heran. “Apa? Gue nggak minta ya.”
Secara langsung Jesslyn memang tidak meminta Christian untuk menemaninya, tapi ini sebagai bukti jika dia ingin lebih dekat lagi dengan Jesslyn. Mungkin kemarin-kemarin dia membuat marah dan kesalahan besar. Tapi kali ini, Christian kaam memperbaikinya, dia akan menjadi sosok Abi yang dulu seperti pertama kali dirinya mengenal Jesslyn. Itu yang Christian inginkan.
“Gue yang pengen nemenin lo, Ai.”
Jesslyn menggeleng, dia memilih berjalan lebih dulu dan meninggalkan Christian dibelakangnya, tanpa memperdulikan pria itu sedikitpun. Mau ikut atau tidak Jesslyn tidak peduli, jika Hanna salah paham dan melihat ini semua Jesslyn tinggal bilang jika itu mau Christian sendiri bukan dirinya. Wanita itu sudah menolak tapi Christian tidak mau sama sekali. Dan Jesslyn akan bilang hubungan mereka pecah bukan ulah Jesslyn.
Berlari kecil mengelilingi taman membuat Jesslyn lelah. Wanita itu duduk di kursi yang tersisa sambil mengusap keringatnya. Matanya menatap sekeliling taman ini dan tidak menemukan Christian. Pria itu sudah pasti pergi karena lelah mengikuti Jesslyn sejak tadi. Atau mungkin ketahuan Hanna dan wanita itu meminta Christian untuk pergi. Bagus deh, setidaknya Jesslyn tidak harus membuang tenaga untuk mengusirnya.
Sampai tiba-tiba …
Sesuatu yang dingin menyentuh pipi kirinya. Wanita itu terlonjak kaget dan menoleh cepat. Tak kalah kagetnya Jesslyn sampai melotot melihat hal itu hingga bangkit dari duduknya.
“Tian lo ngapain masih disini haaa!!!!” terikat Jesslyn. Bukannya terganggu dengan suara Jesslyn, Christian malah tersenyum manis sambil menyodorkan minumnya.
Sial!! Kenapa juga dia masih ada disini. Batin Jesslyn kesal.
****