Bab-20

1237 Kata
Jesslyn duduk dengan wajah masam, sendok di tangannya diputar-putar tanpa niat menyentuh makanan. Restoran malam itu cukup tenang, hanya alunan musik piano yang jadi latar. Christian di seberangnya malah terlihat tenang sekali—bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang tahu dirinya sedang bersama wanita yang jelas-jelas ngambek. Padahal tadi dia menolak ajakan Hanna untuk makan malam bukan berarti malah makan malam bareng Christian kan? Minimal yang duduk di hadapannya itu ai Andy bukan Christian. “Gue tuh harusnya makan malam sama Andy, bukan sama lo.” kata Jesslyn dengan nada sinis, tanpa mau menatap ke arah Christian. menyandarkan punggung, santai, menatapnya penuh seloroh. “Ya salah Andy lah kalau gampang bangat nyerah, baru juga digituin. Untungnya, gue selalu jadi pilihan cadangan favorit Lo, Jess.” Jesslyn menoleh cepat, tatapannya menusuk. “Pilihan cadangan? Jangan mimpi, Tian. Lo itu bukan cadangan. Lo itu… kutukan yang nggak bisa lepas.” Jujur saja jika begini terus sudah pasti Jesslyn yang akan kalah dalam pertempuran ini. Itung-itung menatap sekeliling tempat ini sambil memastikan kalau Hanna tiba-tiba datang kesini bersama dengan Andy. Atau mungkin pria itu bisa datang dan berubah pikiran dengan ancaman Christian. Christian terdiam sejenak, lalu tersenyum miring. Tatapannya bukan tatapan marah, justru ada guratan puas di sana. Seakan baginya, bahkan dicap ‘kutukan’ oleh Jesslyn pun adalah bentuk perhatian yang ia dambakan. Mencondong ke depan, suaranya merendah nakal. “Kalau gue kutukan… kenapa lo masih di sini? Kenapa nggak kabur aja? Minimal menghindari kutukan dari orang tampan ini, Jess.” “Karena makanannya udah dipesen. Bodoh.” ucap Jesslyn dengan kedua pipi yang memanas, dan buru-buru memalingkan wajahnya seolah Jesslyn tidak ingin Christian mengetahui hal itu. Christian tertawa pelan, suara itu membuat Jesslyn makin jengkel. Tapi dibalik kejengkelannya, ada detak jantung yang berdebar lebih cepat daripada biasanya. Dan Jesslyn tidak suka hal itu. Dia sudah menormalkan detak jantungnya ketika bertemu dengan Christian. Minimal yaaa rasa itu tidak akan muncul kembali, meskipun mereka sering berinteraksi bersama dengan menyebalkan. Christian menatapnya lembut, nada lebih serius. “Kalau begitu… semoga Lo nggak pernah bisa lepas dari kutukan ini, Jess. Karena gue nggak pernah mau lepas dari Lo.” Jesslyn terdiam. Lidahnya gatal ingin membalas dengan kalimat tajam, tapi bibirnya justru membentuk lengkungan kecil yang berusaha ia sembunyikan. Sial!! Ekspresi yang sama sekali tidak Jesslyn inginkan!! *** Tak lama pelayan pun datang membawa makanan. Satu piring steak juicy untuk Christian, dan pasta carbonara untuk Jesslyn. Jesslyn pura-pura sibuk memainkan serbet, padahal ekor matanya terus melirik steak di depan Christian. Christian mengiris steaknya perlahan, lalu melirik Jesslyn dengan senyum nakal. “Lo bisa berhenti melototin steak gue, Jess. Nanti carbonara-lo cemburu.” Jesslyn mendengus, pura-pura marah. “Gue nggak ngeliat apa-apa. Lagian, steak itu kelihatan terlalu berminyak. Gue lagi diet biar seksi.” Kebohongan paling buruk adalah yang keluar dari bibir Jesslyn saat matanya berbinar jelas menatap potongan daging merah muda itu. Benar-benar menggoda, pikir Jesslyn. Christian tak menahan tawa, ia menusuk sepotong kecil dan mengangkat garpu ke arah Jesslyn. Dia tahu jika wanita itu menginginkan steak yang dia pesan. Christian masih ingat betul waktu mereka makan malam bersama Jesslyn selalu menginginkan makanan Christian yang menurutnya enak. Meskipun makanan itu dari tempat yang sama. Tapi menurut Jesslyn hanya punya Christian saja yang enak. Christian menyodorkan garpu. “Coba aja dulu. Kalau nggak enak, gue siap tanggung jawab penuh.” Wanita itu menyipitkan mata, pura-pura enggan. “Lo pikir gue bakal makan dari garpu Lo? Jijik!!” Kata j*****m itu keluar dari bibirnya, hitung-hitung setelah ini akan membuat Christian kapok. Mendekat, suara lebih lembut tapi menekan. “Kalau jijik, kenapa tangan Lo udah siap maju?” kata Christian. Jesslyn terkejut mendapati tangannya memang sudah bergerak, seolah otomatis. Dengan cepat, ia menyambar garpu itu, menggigit steak, lalu kembali bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Melihat hal itu Christian hanya bisa tersenyum. Jelas … kebiasaan itu sejak dulu terjadi pada Jesslyn jika bersama dengan Christian. Datar, padahal matanya berbinar. “…Lumayan.” Christian menyandarkan dagu di tangannya, menatap puas. “Lumayan? Itu ekspresi orang lagi jatuh cinta sama steak—atau sama yang nyuapin?” Jesslyn.memerah, buru-buru minum air. “Lo tuh nyebelin banget, Tian.” “Tapi gue suka Lo yang begini, kebiasaan Lo sama gue nggak pernah berubah Jess. Itu yang ngebuat gue bertahan Jess.” Christian tersenyum tipis. Senyum yang tak hanya menyiratkan kemenangan kecil malam itu, tapi juga cinta yang tak pernah padam—meski harus melewati luka dan ngambek berkali-kali pun akan Christian lalui jika itu adalah Jesslyn. Hidup Christian, dunia Christian apa di Jesslyn. Bagaimana bisa dia melupakan atau pergi begitu saja dari wanita yang dia cintai? “Nyebelin ini nggak akan berhenti, Jess. Selama gue bisa tetap duduk di seberang Lo begini.” kata Christian lirih, hampir seperti gumanan. Jesslyn membeku sejenak. Ada sesuatu di balik kalimat itu—ketulusan yang diam-diam menembus pertahanannya. Ia berpaling, pura-pura fokus pada pasta. Tapi senyum kecil sudah terlanjur lolos di sudut bibirnya. Dia benar-benar tidak suka tapi mau bagaimana lagi? *** Udara malam terasa dingin, lampu jalan memantulkan cahaya lembut di kaca mobil. Jesslyn duduk di kursi penumpang dengan wajah pura-pura datar, padahal jelas-jelas nyaman. Christian fokus menyetir, tapi ekor matanya sesekali melirik gadis yang duduk di sebelahnya. Terlibat menikmati tapi ada sedikit sentuhan gengsi disana. “Kalau tadi beneran jadi makan sama Andy, Lo bakal se-bahagia ini juga?” ucap Christian tiba-tiba. Dia bahkan sudah membayangkan betapa senangkan Jesslyn kencan dengan Andy. Apalagi dari penyambutan waktu dirinya yang datang bukan Andy. Seolah wanita itu sudah menyiapkan semuanya sedetail mungkin. Jesslyn melipat tangan di d**a, pura-pura marah. “Bahagia apanya? Gue Biasa aja.” Christian tersenyum miring. “Biasa aja tapi dari tadi pipi Lo merah terus? AC mobil nggak panas loh.” katanya menggoda. Bukan pertama kali tapi setiap makan Christian lebih fokus dengan rona merah dipipi Jesslyn. Jesslyn melotot, buru-buru menoleh ke jendela. “Itu karena lampu jalan! Jangan ge-er. Lagian ya blush on gue memang warna merah, kalau kena lampu pasti menyala.” Christian tertawa kecil, suaranya memenuhi ruang mobil. Tawa itu membuat Jesslyn makin jengkel sekaligus—anehnya—tenang. Blush on itu warna peach, Christian tidak buta warna meskipun dia menggunakan blush on itu tipis tapi cukup ketara. “Gue nggak peduli lo mau marah, ngambek, atau pura-pura nggak suka. Yang jelas, gue seneng bisa makan malam sama lo malam ini, Jess.” Jesslyn terdiam, jari-jarinya meremas tas di pangkuan. Hatinya ingin sekali melunak, tapi gengsinya lebih keras. Lagian seharusnya pria itu pergi makan malam bersama Hanna. Kenapa tiba-tiba nyasar ke rumah Jesslyn sih!! “Lo tuh bikin gue capek, Tian. Capek marah, capek ngadepin omongan lo, capek pura-pura nggak peduli… karena semakin terus gue berontak Lo punya seribu cara buat bisa terhubung sama gue.” Christian melambatkan laju mobil, menoleh sebentar dengan tatapan serius. “Kalau capek, istirahatlah. Tapi jangan pernah istirahatin gue dari hidup lo.” Jesslyn tercekat. Kata-kata itu sederhana, tapi menusuk. Ia buru-buru menunduk, menutupi senyum kecil yang akhirnya tak bisa ia tahan. Jika saya dia tidak bertunangan dengan Hanna. Mungkin malam ini akan menjadi malam spesial untuk dia dan juga Christian. “Lo tuh… b******k banget.” sinis Jesslyn kesal. Lebih tepatnya pura-pura. Christian tersenyum puas, menatap jalan lagi. “Kalau itu berarti gue bisa tetap sama lo, gue rela jadi b******k seumur hidup.” Di balik kaca jendela, lampu kota berkelebat. Tapi di dalam mobil, ada kehangatan yang perlahan meruntuhkan tembok di hati Jesslyn—meski ia takkan pernah mengakuinya dengan mudah. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN