Bab-09

1184 Kata
Jesslyn menghentakkan kakinya kesal. Mengambil satu baju merah polos ditambah dengan legging hitam, dia pun masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Yang awalnya hanya menggunakan celana pendek berwarna putih, dan juga baju tipis crop dua tali kecil. Memamerkan bahu dan juga perutnya secara terang-terangan. Tentu saja pria itu langsung ngamuk. Mungkin. Mungkin kalau di depan Christian tidak masalah, karena sudah terbiasa. Tapi ini kan di depan pria lain yang entah datangnya dari mana. Suara pintu menarik atensi Christian, pria itu menatap Jesslyn yang keluar dengan bibir yang mengerucut. Terlihat jelas jika wanita itu nampak kesal dengannya, tapi apa peduli Christian sekarang? Dia benar-benar tidak peduli. Bahkan Christian masih sempat-sempatnya menarik ikat rambut wanita itu untuk menutupi leher jenjangnya. Mengacak rambut wanita itu sedikit agar terlihat berantakan. Jesslyn menepis hal itu, dia merapikan kembali rambutnya dan menghentakkan kakinya berulang-ulang. “Sumpah ya lo itu fungsinya apa sih di rumah ini.” “Jagain lo dari banyaknya buaya.” Wanita itu memutar bola matanya. “Lo lebih buaya dari pada mereka.” Mendengar hal itu Christian tersenyum kecil, dia menarik tangan wanita itu untuk keluar bersama dari kamar. Tentu saja hal itu membuat yang katanya teman Jesslyn bangkit dari duduknya. Wajahnya terlihat khawatir dan seolah menatap penampilan Jesslyn dengan alis yang mengerut “Jesslyn are’u oke?” tanyanya penuh perhatian. Dan ya, Christian tidak suka hal itu “I’m fine, Andy. Hal begini udah biasa dia lakukan.” Andy memiringkan kepalanya, meminta wanita itu untuk menjelaskan siapa pria yang ada di sampingnya ini. Kenapa dia bisa masuk dan terus menggenggam tangan Jesslyn. Bahkan tak sedikit pun wanita itu berontak atau melepas genggaman tangan itu. Apa mungkin mereka sepasang kekasih, atau ada hubungan yang lebih dari itu. Mengingat Jesslyn mengatakan jika dia single era sekarang. Tidak mungkin kan tiba-tiba saja datang dan langsung masuk ke kamar berdua, keluar dengan posisi yang tidak enak dilihat oleh Andy. Menyadari hal itu, Jesslyn pun melepas genggaman tangan Christian. Dia sedikit menjauh dari pria itu dan sedikit canggung. Mungkin situasi seperti tidak menguntungkan untuk Jesslyn. “Hmm, ini Tian temen kerja gue. Dan Tian ini Andy temen gue.” ucap Jesslyn lebih tepatnya menyadarkan Christian jika hubungan mereka hanya sebatas teman kerja. Atau mungkin atasan dan bawahan. Christian tersenyum canggung, dia menatap Andy yang mengulurkan tangan ke arahnya. Maaf saja, bos tidak bisa berjabat tangan dengan orang yang tidak dia kenal. Itu yang Christian tahu. Dan hal itu mampu membuat Andy tersenyum kecil, menatap tangannya yang kosong dan menariknya kembali. Duduk di sofa sambil menatap penampilan Andy dari atas hingga bawah, membuat pria itu tersenyum kecil. Seleranya hanya sebatas sama-sama karyawan ternyata. “Kerja dimana?” pertanyaan itu lolos dari bibirnya Christian, seolah mengejek membuat Jesslyn kesal dan menginjak kaki pria itu. “Apa sih … sakit Ai.” ringisnya mengusap ujung kakinya. “Makanya diem nggak udah banyak tanya. Kenapa memangnya tanya-tanya dia kerja dimana? Mau nawarin kerjaan?” Christian melengos, Sudi sekali kalau harus satu kantor dengan pria yang ada di hadapannya sekarang. Apalagi cuma karyawan yang gak selevel dengan Christian. Cih!!! “Saya kerja di perusahaan X sebagai manager.” Dalam hati Christian pun tertawa. Benar bukan, jika mereka tidak akan pernah bisa setara. Bahkan pria itu tahu berapa gaji di perusahaan X sekarang, yang sangat minim. Untuk makan saja sudah pasti kurang, apalagi untuk menghidupi Jesslyn. “Nggak usah ketawa!!” sinis Jesslyn, dan membuat pria itu menatap heran. “Kalau lo sendiri kerja dimana?” tanya Andy dengan lantangnya. Kerja? Bahkan jika Christian mau dia hanya ongkang-ongkang kaki saja duit udah pergi ke arah dia kenapa dia harus kerja? Pergi ke kantor sesuai mood, sedangkan sekarang Christian lebih sering pergi ke kantor Sabian untuk bertemu Jesslyn. Dan dia bilang kerja? Entah kenapa rasanya Christian ingin tertawa kencang menertawakan pria yang ada di hadapannya. “Gue—” belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya, Jesslyn lebih dulu membekap mulut Christian untuk tidak mengatakan apapun. Matanya melotot seolah memperingati Christian untuk tetap diam. Sudah jelas Andy akan minder mendengar siapa Christian sebenarnya. “Apa sih sayang.” Christian bergumam, menarik tangan Jesslyn dari bibirnya. Wajahnya begitu mengemaskan sampai Jesslyn ingin menamparnya. “Kenapa?” ujar Andy dan membuat Jesslyn sadar jika ada dua pria di rumahnya. Jesslyn tersenyum. “Nggak papa. Hanya masalah kecil aja sih. Dia sama kayak kamu.” Dan ya … Christian tidak suka dengan sebutan ‘kamu’ untuk Andy bukan untuk dirinya. *** “Lo bisa nggak sehari aja nggak ganggu gue? Sumpah ya capek banget, di kantor harus liat lo, di rumah pun juga harus liat lo. Padahal ini rumah gue bukan rumah lo, tapi lo gentayangan dimana-mana.” ujar Jesslyn. Wanita itu sudah capek, lelah dan letih untuk menghadapi Christian. Entah apa yang dia inginkan tapi jujur saja Jesslyn merasa terganggu dengan adanya Christian. Dia juga tidak enak hati jika suatu ketika harus berhadapan dengan Hanna. Apa yang harus dijelaskan pada Hanna tentang masalah ini? Tapi disini Christian seolah tidak memperdulikan ucapan Jesslyn. Dia hanya ingin menyakinkan wanita itu jika wanita yang dia inginkan itu Jesslyn bukan Hanna. Dulu hubungan mereka begini nampak biasa saja, kenapa sekarang dipermasalahkan? Bukannya itu terlihat aneh? Entah kenapa rasanya Jesslyn ingin sekali mencekik leher Christian hingga tewas. Itu isi kepala Jesslyn sekarang. Malam pun datang, Jesslyn memutuskan untuk pergi makan keluar. Dan jangan lupakan Christian yang terus saja ngintilin Jesslyn kemanapun dia pergi. Dari makan malam, sampai belanja pun pria itu masih terus mengikuti Jesslyn. Dia bahkan yang mengeluarkan uang banyak untuk membeli belanjaan dan juga beberapa make up Jesslyn. “Nanti kalau aku udah gede dan juga menikah pengen kayak mereka. Belanja aja berdua, yang laki dorong troli yang perempuan bagian pilihin belanjaan.” ujar seseorang, menunjuk ke arah Christian dan juga Jesslyn. Tentu saja hal itu membuat Jesslyn melongo, sedangkan Christian yang kesenangan pun langsung menarik pinggang wanita itu dan memeluknya. Seolah apa yang mereka katakan itu sangat cocok untuk mereka berdua Risih dengan hal itu, Jesslyn pun menepis tangan itu dan berjalan jauh. Apa-apaan itu barusan. Gerutu Jesslyn dalam hati. Usai belanja, Jesslyn lebih dulu keluar toko. Tapi pandangannya tak sengaja menangkap seseorang yang datang menghampirinya. Wanita Itu panik, dia kembali masuk dan mendorong tubuh Christian untuk tetap di dalam toko. Bahkan dia sampai mencari tempat paling pojok, tempat dimana tidak semua orang bisa melihat mereka. “Kenapa sih lo.” ujar Christian heran. Jesslyn menatap sekeliling, tangannya menunjuk seseorang yang baru saja masuk ke toko ini “Ada Hanna, gue nggak mau salah paham sama dia karena lo sama gue, Abi.” Christian mengikuti arah tangan Jesslyn, yang menampakkan Hanna tengah belanja. Detik berikutnya dia pun mengecup bibir Jesslyn berkali-kali. Ini hanya kecupan bukan gigitan atau lumayan yang mampu membuat mata Jesslyn melotot. “Lo tau jelas kalau gue gak suka lo nyebut nama orang lain di depan gue. Entah itu Sabiah, Andy, Noah, Arzachel maupun Hanna. Dan lo tau jelas juga, kalau setelah itu gue akan ngasih hukuman lo 5 M. Gue nggak peduli dimanapun tempatnya, lo sebut nama orang lain saat kita berdua disaat itu juga gue akan menghukum lo Abigail Jesslyn Greta!!” ucapnya penuh dengan penekanan. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN