4

777 Kata
Lova sudah menunggu di Kantin Kampus siang ini selepas kuliah. Tadi sewaktu di ruang dosen, ia sudah bertukar nomor ponsel dengan Rey dan mereka sudah memiliki janji untuk pulang pulang bersama. Lova terpaksa menerima permintaan Rey, dosen bisnis baru itu menjadi kekasih kontraknya karena kejadian lalu yang merugikan Rey. Ditambah lagi, Lova tidak masuk kelas bisnis tadi pagi saat Rey, perdana mengajar. Tapi, ada baiknya juga. Semoga, Lova bisa melupakan Cakra dengan cepat. Walaupun Lova juga merasa tidak yakin dengan keputusan konyolnya ini. TING! Suara notifikasi pesan singkat masuk ke dalam ponsel Lova. Lova langsung menghentikan seruputannya di sedotan lalu beralih pada ponselnya. Tangannya langsung menggapai ponsel dan jarinya lincah bermain di atas layar ponsel. Kedua matanay langsung membola saat ia membaca satu pesan singkat dari Rey. "Cepat ke parkiran mobil khusus dosen. Saya sudah nunggu disana. Mobil sport warna hitam dengan plat nomor XXX ..." "Tadi katanya di Kantin, sekarang malah di parkiran. Dasar dosen gila!" umpat Lova begitu kesal. Dengan cepat, Lova menjawab, "Ya." Lova segera berdiri dari kursi dan berjalan keluar kantin menuju parkiran mobil khusus dosen yang ada di bagian belakang. Suasana siang menjelang sore itu mulai terasa sepi. Parkiran mobil juga nampak lebih leluasa. Hanya embusan angin dan beberapa daun kering jatuh mengotori area parkir. Lova berjalan ke arah depan dengan kedua mata mengedar menatap gedung kampus yang begitu tinggi. Waktu berjalan sangat cepat sekali. Semester depan, ia sudah harus mengambil KKN Lokasi sambil seminar dan semester depannya bisa ambil skripsi. Dan target lulus cepat bisa ia penuhi. Lova melirik kanan kiri dan membaca satu per satu plat nomor dengan mobil sport hitam. Karena Rey tidak memberitahukan merek mobil yang dipakainya. " XXX nah itu dia mobilnya," ucap Lova di dalam hati. Lova mendekati mobil Rey dan berdiri di samping pintu mobil itu hingga Rey menurunkan kaca mobil dan bicara dari dalam. "Masuk ke dalam Lova ..." titah Rey pada Lova. "Iya," jawabnya singkat lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Lova duduk manis di smaping Rey dan langsung memasang sabuk pengaman di tubuhnya. Ia sendiri tidak tahu kemana Rey akan membawanya. Lova menoleh ke arah Rey yang sedang menatapnya. "Kenapa Pak?" tanya Lova bingung. Bukannya mobil itu dijalankan malah melihat Lova secara lekat. Benar -benar dosen aneh. "Bisa gak kalau gak judes gitu? Kita mau makan malam bersama lho ..." titah Rey lagi. Ia sudah menyalakan mesin mobil dan siap mengendarai mobilnya. "Iya. Nanti saya kondisikan wajah saya. Waktu saya cuma sampai jam tujuh malam. Selebihnya saya minta maaf gak bisa membantu menjalankan misi bapak," jelas Lova lagi. "Oke. Gak masalah. Jam setengah tujuh. Saya bakal antar kamu pulang," jelas Rey dengan suara tegas. "Eits ... Jangan. Saya naik taksi atau ojek aja, Pak. Gak perlu di antar. Bisa runyam nanti," jelas Lova lagi. "Hmmm ... Saya yang minta tolong kamu dan saya harus bertanggung jawab atas kamu. Saya tetap antar kamu pulang. Apapun alasannya," jelas Rey. "Oke. Terserah bapak aja deh," jawab Lova sekenanya. Jujur malas banget melakukan hal konyol kayak gini. Kalau bukan karena hutang budi dan lulusnya mata kuliah bisnis ini, Lova tidak mau melakukan hal ter -GJ ini. Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang. Mobil sudah keluar dari area Kampus dan berjalan menuju arah rumah Rey. "Kita mau kemana, Pak?" tanya Lova saat melihat ke arah luar. Mobil ini bukan lagi berada di pusat kota, melainkan sudah masuk ke pinggiran kota. "Makan malam sama oerang tua saya," jawab Rey singkat. Lova menoleh ke arah Rey dengan tatapan bingung. "Iya makan malamnya dimana?" tanya Lova serius. "Dirumah saya," jawab Rey denagn tenang. "Apa? Di rumah bapak?" tanya Lova sedikit histeris sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Iya. Memang kenapa?" tanya Rey cepat. Gantian Rey yang bingung dengan sikap Lova. "Gak apa -apa. Saya pikir, makan di restoran atau di food court mall," jawab Lova semakin gugup rasanya. Ini hal yang belum perah Lova lakukan selama pacaran dengan Cakra. Ia dan Cakra sudah pacaran lebih dari dua tahu, dan Cakra belum pernah mengajaknya main ke rumah orang tuanya. Malahan hanay Cakra yang sering datang ke rumah Lova. Dan sampai saat ini, Lova tidak pernah mengenal orang tua Cakra. Rey pun mengecilkan volume musik dimobilnya dan mulai bicara serius. "Jadi, saya sengaja minta tolong kamu karena saya tidak punya pilihan lain. Satu bulan ini, saya berharap kamu bisa saya ajak kerja sama untuk menjadi kekasih saya," jelas Rey serius. "Kekasih pura pura kan?" tanya Lova memastikan. "Iya," jawab Rey mantap. "Saya akan bantu bapak. Tapi, jangan persulit saya untuk lulus di mata kuliah bapak. Saya mau lulus cepat, Pak. Biar saya bisa mobil KKN dan seminar di semester depan," jelas Lova lagi. "Oke. Deal," jelas Rey sepakat. Lova mengangguk kecil, "Deal."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN