BAB 2

1303 Kata
Sepanjang perjalanan pulang, Alesha merasa moodnya kacau. Entah karena Kathlyn atau bukan, tapi dia merasa kesal dengan Chris. Semua orang di pesta itu mengesalkan. Rasa-rasanya, dia ingin segera kabur dari pesta sialan Leon. Alesha langsung masuk ke kamarnya, mengunci kamarnya, mencuci wajahnya dan mengganti gaunnya dengan gaun tidur.             Tok... Tok... Tok...             “Siapa?” tanya Alesha ketus.             “Ini saya Nyonya, Naomi.”             “Ada apa?”                          “Eh... anu... Tuan meminta Nyonya masuk ke kamarnya.”             “Hah?!” Alesha mengatakan ‘hah’ dengan nyaring. Apa-apaan Chris menyuruh Alesha memasuki kamarnya jam satu pagi ini.             “Nyonya,” panggil Naomi lagi takut-takut.             “Apa?” sahut Alesha.              “Tuan bilang cepat ya, saya takut Tuan marah kalau kelamaan.”             Alesha menggigit kuku jari telunjuknya. Setelah beberapa detik dia membuka pintu kamarnya. “Memangnya ada apa sih?” tanya Alesha serius.             Naomi hanya mengangkat bahu.             “Permisi, Nyonya.” Naomi tampak buru-buru seakan tidak ingin berurusan lebih jauh lagi. Yang penting tugasnya selesai.             Alesha menarik napas perlahan.             Ada apa sih suruh aku masuk ke kamarnya segala?             Alesha melihat Chris duduk santai di sofa empuk abu-abu tunggal.             “Jangan cuma berdiri di situ, masuk!” seru Chris tanpa menatap Alesha. Dia fokus pada layar ponselnya.             Alesha menuruti perintah Chris dan dia berdiri di hadapan suaminya. Gaun tidurnya yang berwarna peach terbuat dari kain sutra menembus pandangan mata Chris. Chris tahu semua pakaian, gaun dan dress milik Alesha adalah pemberian mamahnya. Dan mamahnya sengaja membelikan Alesha gaun-gaun seperti itu.             “Ada apa?” tanya Alesha pura-pura cuek. Dia memasang ekspresi dingin seperti Chris yang selalu memasang ekspresi demikian di hadapannya.             Sebelah alis Crish terangkat. “Naomi tidak bilang?”             Dahi Alesha mengernyit. “Bilang apa?”             “Kenapa aku menyuruhmu masuk ke dalam kamarku.”             Alesha mengangkat bahu.             “Tadi aku menyuruhnya memijitku, tapi dia bilang dia tidak berani dan menyarankan kamu yang melakukannya.”             Mata Alesha membelalak. Memangnya aku tukang pijit?             Chris bangkit dari sofa, meletakkan ponselnya di atas sofa. Dia membuka kemejanya di depan Alesha seketika d**a Alesha berdesir. Perut tercetak sempurna itu terus dipandangi Alesha yang seperti tidak sadar. Lalu Crish melepaskan celananya.             Astaga...                   Alesha merasa serba salah. Tidak menatap Crish dia merasa bersalah karena bisa dianggap tidak sopan oleh pria yang baru-baru ini dijuluki Mr. Billionare terfavorit berdasarkan hasil vote yang dilakukan majalah wanita dewasa. Tapi, kalau menatap Chris dia makin merasa bersalah melihat apa yang bukan menjadi haknya. Eh, tapi Chris kan suami Alesha berarti apa pun yang ada dalam diri Chris adalah hak Alesha? Ckck.             Pria itu hanya mengenakan celana pendek ketat berwarna hitam. Dia menatap sekilas Alesha yang berdiri tegang sekaligus bingung harus bersikap apa dan bagaimana.             Crish duduk di pinggir ranjang menunggu Alesha melakukan sesuatu tapi wanita itu hanya berdiri di tempatnya semula tanpa melakukan apa-apa.             “Apa perlu aku memijitmu terlebih dulu biar kamu tahu cara memijit?” tanya Chris menoleh malas pada Alesha.             “Ah, aku bisa kok.” Alesha yang merasa tubuhnya mendadak kaku melangkah ke arah Chris, namun sialnya entah bagaimana dia terpeleset, kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas Chris yang terdorong jatuh di ranjang.             Selama sepersekian detik mata itu saling bersitatap. Mata biru gelap dingin milik Crish seakan menyihir Alesha membawanya ke dunia baru yang hanya bisa ditembus mata Alesha.             “Bangun, Alesha.” kata Chris yang menyadarkan Alesha dari mata biru gelap pria itu.             “Ah, ma’af-ma’afkan aku.” Alesha bangkit dengan tubuh yang merinding karena bersentuhan dengan d**a yang dipenuhi bulu tipis Chris.             “Biar aku pijit,” Alesha sok-sokan memijit Chris, namun Chris menampiknya.             “Tidak usah.” Ujar Chris yang mulai merasakan sesuatu semacam hasrat akibat tubuh wanita itu yang berada di atas tubuhnya. “Kamu keluar saja.” katanya, Chris mengambil piyamanya dan mengenakannya.             “Oke,” Alesha merasa lega tapi juga bersalah.             Dia keluar dengan perasaan yang tak keruan.             Chris menenggak air putih di nakas. Makin hari Alesha membuatnya semakin gila dan Chris sadar kalau dialah sebenarnya yang memberikan ruang untuk Alesha. ***             “Ma’af telat,” kata Alesha terburu-buru dengan wajah kusut dan rambut acak-acakkan.             Clara, Amy dan Joe menatapnya dengan tatapan yang seakan ‘apakah ini yang dinamakan Billionare’s Wife?’ hampir dari seluruh ujung rambut sampai ujung kaki Alesha menggunakan barang bermerk tapi dia begitu terlihat sangat berantakan dan seperti tidak diurus. Bahkan dia baru saja menghabiskan satu jus jeruk milik Clara.             “Are you okay, Alesha?” tanya Joe pria metroseksual yang selalu mementingkan penampilannya dan memilih tidak makan dibandingkan tidak memiliki barang branded.             “Ya, tadi aku habis melayani si Crishtian dulu.”             “Haah!” Clara, Amy dan Joe ternganga.             Melayani?             Lalu mereka bertiga tertawa secara bersamaan.             Alesha menatap heran ketiga temannya. “Kenapa sih kalian?”             “Kamu bilang tadi apa ‘melayani’? tanya Clara kemudian dia kembali tertawa terbahak.             “Jadi, sebelum kamu ke sini kamu...” Joe melirik pada Clara dan Amy dengan nakal.             “Apa sih kalian?” gerutu Alesha sebal.             “Iya deh iya, pengantin baru,” goda Amy sambil membereskan rambut merahnya.             “Maksudku, aku habis memanaskan air, membuat sarapan dan mempersiapkan makanannya.”             Dahi Joe mengernyit. “Sebenarnya kau ini istrinya apa pelayannya?”             Alesha menarik napasnya perlahan. Pertanyaan Joe benar juga, sebenarnya aku ini apanya Chris sih, istrinya apa pelayannya? “Dia tidak mau kalau dilayani oleh pelayan-pelayan di sana. Dia maunya aku yang melayaninya.”             “Astaga... yang benar saja haha!” Clara terbahak seolah Alesha sedang bercanda.             “Manja sekali sih Chris. Aku tidak pernah minta kekasihku untuk membuatkan sarapan, malah nanti aku yang disemprot dia.” gerutu Joe yang teringat akan kekasihnya yang luar biasa galak.             “Cerita dong, Al, tentang Chris. Bagaimana dia dan kamu bisa menikah. Ya, kita semua tahu kan siapa Christian Grey Dean itu.” mata Amy tampak bersinar-sinar penasaran.             “Ya, bagaimana cara dia mencium dan meraba kulitmu dan akhirnya...” Clara lebih vulgar dan lebih ceplas-ceplos. Dia melirik Joe yang mengangkat sebelah alis dengan senyumnya.             Alesha tidak menceritakan kalau dia dan Chris dijodohkan. Ini rahasia. Begitulah yang dikatakan Chris jadi mereka harus tampil mesra di mata orang lain. Meskipun para pelayan tahu tapi mereka tidak akan berani menceritakan apa yang mereka ketahui karena bisa jadi mereka akan dalam ancaman.             “Itu—“ Alesha tampak berpikir. “Rahasia.” Dia senyum dengan perasaan geli saat mengatakannya.             “Kau tahu, kami menunggu begitu lamanya setelah mendengar kabar bahwa kau akan menikah dengan Chris. Kenapa kau menghilang sih?” tanya Joe kritis.             Alesha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana dia bisa berbohong pada orang-orang yang selama ini menjadi sahabatnya. Bagaimana dia bisa menceritakan apa yang dirahasiakannya. Sebenarnya Chrislah yang melarang Alesha bertemu dengan teman-teman lamanya. Sifat over protecktif Chris sangatlah disayangkan Alesha mengingat dia dan Chris pun menikah bukan karena cinta sepenuhnya. Meskipun tak dipungkiri mereka saling tertarik satu sama lain.             “Emm, Chris itu terlalu over protecktif. Dia melarangku pergi jauh-jauh darinya.”             “Wow! Ini gila, Alesha. Sebenarnya mantra apa sih yang bisa buat pria itu tergila-gila padamu. Menikah denganmu itu kan sesuatu yang sebenarnya kalau dilihat oleh kita tidak mungkin. Semua orang di sini tahu siapa Chris dan keluarganya dan siapa mantan kekasihnya yang kecantikannya begitu memikat itu kan?” Amy berkata dengan takjub, bangga sekaligus senang.             “Aku tidak tertarik pada mantan kekasih Chris. Dia terlalu kurus dan putih pucat seperti vampir.” Celoteh Joe.             “Tapi dia cantik, Joe.” Omel Amy.                                        “Itu kan menurutmu.”             “Kalau dia tidak cantik tidak mungkin Chris berpacaran dengannya.” Amy tidak mau kalah.             “Oh ya? Bagaimana dengan Alesha yang menjadi istrinya?” Joe tersenyum miring.             Dan ketiga mata sahabatnya menatap Alesha dengan tatapan memperhatikan dengan seksama.             “Apakah menurutmu Alesha cantik?” tanya Amy pada Joe.             “Ya, kalau dia merapikan rambutnya sedikit yang acak-acakkan.”             Mereka berkata seakan Alesha tidak ada di sana.             “Aku tidak butuh pengakuan orang untuk mengakui kecantikanku. Aku cantik dengan atau tanpa persetujuan kalian.” Kata Alesha percaya diri.             Ponsel Alesha berdering.             “Chris,” gumamnya sebal.             Ketiga sahabatnya saling berpandangan secara bergantian.             “Benar-benar over protecktif.” Komentar Joe.             “Sepertinya Chris tidak mau kehilangan Alesha.” Kali ini Clara yang berkomentar.             “Angkat dong, aku mau tahu bagaimana Chris berbicara dengan istrinya.” Amy seperti biasa matanya bersinar-sinar.             “Pasti sangat romantis.” Clara bertopang dagu, membayangkan menjadi Alesha yang begitu dicintai Chris.             Alesha sendiri bingung harus bagaimana. Kalau diangkat dia takut Chris akan mengomelinya, tapi kalau tidak diangkat Chris akan mencarinya. Dia kan menyalakan GPS sehingga Alesha selalu dalam pengawasannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN