Peri Tanpa Nama

1044 Kata
Ini gila, pekik Olivia dalam hati ketika mengingat perkenalan mereka siang tadi di kampus. Ia nyaris tidak mempercayai apa yang diucapkan Mamanya tentang menikahi Alex. Demi Tuhan, ia akan menjadi istri seorang Alexander. Ini pasti mimpi, ia terus meyakinkan dirinya kalau semua ini mimpi. “Woi, bengong aja. Pulang dari Amerika mendadak jadi kayak orang bego.” Celetuk Freya, sahabat karibnya semenjak ia masih duduk di bangku SMP dulu. Meski terpisah selama bertahun-tahun karena ia harus menempuh pendidikan di Amerika, mereka masih tetap berhubungan baik. Terkadang mereka saling menyapa melalui panggilan video, sehingga tak ada satupun berita yang terlewatkan oleh mereka. “It’s nothing, I just thought about my future husband. I met him this afternoon. It made me shock.” “Please, deh. Aku tuh nggak ngerti kau ngomong apa?” Freya menggerutu karena kemampuan Bahasa Inggrisnya yang amat terbatas. “But, my Bahasa is not really okay.” Ujar Olivia dengan bahasa yang masih campur aduk seperti gado-gado setengah porsi. “At least, kau coba ngomong Bahasa Indonesia. Jadi little little I can understand.” Sahut Freya, mulai sok-sok’an berbicara bahasa Inggris, meski grammar dan cara bicaranya mirip seperti bule, alias bulepotan (belepotan). Olivia tertawa mendengar lelucon Freya yang cukup menghibur. Dia memang salah satu sahabat baiknya selama ini. Bersahabat dengan Freya membuat Olivia merasa sangat nyaman, jadi tak ayal Freya menjadi satu-satunya sahabat yang masih tetap berhubungan baik dengannya hingga saat ini. “Okey. Listen. My Mom asked me to married somebody. You know married?” Olivia mengulangi kata-katanya agar Freya mengerti maksud pembicaraannya. Freya menganggukkan kepala, “she wanted me to married somebody.” “Married? Nikah maksudnya?” “Yes, exactly!” “Really?!? Kau tidak lagi bercanda, ‘kan?” Freya terkejut mendengarnya. “Seriously?” Ia bertanya lagi untuk memastikan. Wajah Olivia berubah muram. Ia hanya merespon dengan anggukan kepala. “Ya ampun, Oliv…. My Zaitun. Benaran nggak nyangka aku tuh, kau bakalan jadi istri seseorang.” Freya memeluk sahabatnya erat-erat. Wajahnya terlihat iba. “Sabar ya?” ucapnya sambil mengelus punggung Olivia dengan lembut. Olivia hanya mengangguk-angguk dalam pelukan Freya. Seseorang menghampiri mereka, lalu berbisik di telinga Freya. Wajah Freya berubah panik. Ia melirik ke arah sahabatnya yang berwajah muram. “What?” Olivia mencurigai tatapan memohon yang ditampilkan sahabatnya itu. “My Zaitun, aku tahu kau pasti lagi sedih sekarang. Tapi pleaseeeee….. tolong aku kali ini aja.” Freya memohon padanya dengan wajah penuh harap. Olivia memicingkan pandangannya curiga. “What do you want me to do?” “Please nyanyi di panggung ya? kali iniiiii ajaaaa… Pleaseee……?” “NO...” “Ayolah Zaitun. Ini menyangkut hidup dan matiku. Kau ‘kan tahu aku baru diangkat jadi manajer di kafe ini. Masa iya aku harus diturunkan lagi karena penyanyi yang biasa tampil mendadak sakit, padahal aku sudah promosi ke para tamu kalau bakal ada pertunjukkan seru malam ini. Ya? ya?” Freya terus membujuknya, tapi Olivia tak mudah dibujuk. “Suaramu ‘kan bagus. Lagipula nggak bakalan ada yang tahu kok siapa dirimu? soalnya ‘kan dirimu lagi nggak dandan ala Mak Lampir sekarang.” Freya terus berusaha meyakinkan Olivia untuk bernyanyi. Lagipula kali ini Olivia tidak memakai kacamata jeleknya itu. Baju Olivia juga cocok untuk tampil di atas panggung, tidak seperti pakaian-pakaian kuno ketinggalan jaman yang selalu dikenakan gadis itu untuk menutupi kecantikannya. Freya selalu menyebut Olivia dengan julukan ‘Mak lampir’ jika gadis itu sedang dalam mode jeleknya. Freya tahu kalau selama ini Olivia menyembunyikan kecantikannya dengan riasan buruk rupa dan pakaian konservatif yang selalu dikenakannya selama ini. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui jati diri Olivia yang sebenarnya. “Please, Please?” Freya terus memohon padanya. “Just once?” “Iya cuma sekali.” “Promise me?” “Suwer, terkewer-kewer. Janji. Promise, pokoknya apapun itu namanya.” Gumam Freya putus asa. Ia menyebutkan apapun yang ada di benaknya asalkan Olivia, minyak Zaitun-nya itu mau tampil di panggung malam ini. Olivia terpaksa menyetujui permintaan sahabatnya. Ia pun menaiki panggung dan mulai bernyanyi dengan suaranya yang luar biasa merdu. *** Nyanyian yang dilantunkan Olivia mampu menyihir pada pengunjung kafe. Mereka terbuai oleh suara lembut yang dinyanyikan Olivia sehingga mereka sangat menikmati aksi panggung Olivia yang luar biasa memukau. Olivia mendapati para pengunjung kafe bertepuk tangan di setiap lagu yang dinyanyikannya. Selain suara yang luar biasa merdu, kecantikan Olivia juga menyihir para tamu yang menontonnya dari meja mereka masing-masing. “Gila, bagus banget suara tuh penyanyi. Kayak dengar nyanyian dari malaikat.” Gumam salah seorang tamu yang bernama Gerald memuji suara dan kecantikan arti kafe yang mereka kunjungi malam itu. “Tuh, lihat! Ada yang terhipnotis.” Dion menepuk tangan Gerald sambil melirik ke arah Alex yang terpukau melihat penampilan sang artis. “Kayaknya ada yang kelepek-kelepek, nih.” Gerald mulai meledek sobatnya tersebut. Alex masih terhipnotis oleh nyanyian dan kecantikan sang penyanyi tersebut. “Woi, bro. Istigfar…” ledek Gerald pada Alex yang masih belum kembali ke dunia nyata. Pikirannya masih mengawang-awang. “Kita lihat nih, sebentar lagi bakalan ada yang minta kenalan nih sama tuh cewek.” gumam Dion pada Gerald yang mengamini ucapannya temannya tersebut. “Kayaknya,” Keduanya pun lalu tertawa melihat Alex yang benar-benar terhipnotis oleh pesona sang penyanyi tersebut. Alex mengikuti ke arah gadis itu bergerak. Ia tersenyum lembut ketika melihat gadis itu dipeluk oleh sang manajer kafe yang bernama Freya. Itu artinya Freya mengenal gadis yang baru saja memukaunya dengan suara dan wajahnya yang secantik peri. Alex pun beranjak dari kursinya, membuat Gerald dan Dion hanya bisa memperhatikan gerak-geriknya dengan tatapan bingung. Alis keduanya mengerut ketika Alex meninggalkan mereka tiba-tiba dan berjalan ke arah meja gadis penyanyi itu. Mereka tertawa keras melihat kelakuan salah sahabatnya. Alex, sang Playboy sejati mulai mengeluarkan pesona yang nyaris tak pernah bisa diabaikan kaum hawa. Kita tunggu saja, Alex berhasil menaklukan gadis penyanyi itu. Dengan wajahnya yang luar biasa tampan, keterampilannya membuat para gadis bertekuk lutut, kekayaan yang melimpah, atau kepintarannya dalam olahraga maupun akademis. Alex adalah bentuk sempurna dari kaum adam, tidak ada yang kurang darinya selain hatinya yang tidak pernah terjamah oleh siapa pun. Gerald dan Dion, belum pernah mendengar Alex jatuh cinta pada pacar-pacarnya. Mungkin penyanyi ini akan menjadi daftar panjang wanita yang ditaklukkan oleh Alex sang playboy. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN