I Am Sorry

1180 Kata
Tok.. Tok.. Tok.. "Non Cherly, ini Bi Puput." Cherly membuka pintu kamarnya dan menatap asisten rumah tangga yang telah bekerja hampir 30 tahun lamanya. "Ada apa, Bi?" "Ada Tuan Dean, Non. Dia menunggu Nona di ruang tamu." "Suruh pulang aja. Cherly nggak mau ketemu sama dia." Ucap Cherly ketus lalu menutup pintu kamar bahkan menguncinya. Wanita tua itu tahu pasti ada yang salah dengan hubungan keduanya. Wajah Nonanya dalam sekejap langsung berubah mendung. Bi Puput melangkah menuju ruang tamu untuk menemui tunangan Nonanya. "Maaf, Tuan. Nona Cherly nggak ingin bertemu Tuan dan meminta Tuan untuk pulang." Dean menghela nafas lelah. Drama kekanak-kanakan ala Cherly akan dimulai lagi. Tapi, tentu saja dia harus sabar. Kalau tidak, papanya akan kembali marah dan terus mengungkit kesalahan masa lalunya serta menyeret mendiang ibunya. "Biar aku sendiri yang menemuinya, Bi." "Tapi..." "Ini bukan yang pertama kalinya kan?" Tanya Dean. Bi Puput tidak bisa membantah karena memang ini bukan pertama kalinya Cherly menolak untuk bertemu Dean tapi Dean tetap memaksa bertemu dengan gadis itu. Dan, memang tidak ada hal buruk yang terjadi. Justru hati Cherly luluh dan pasangan kekasih itu kembali berbaikan. "Kalau gitu, Bibi permisi dulu ke dapur ya. Tuan mau dibuatkan minum?" "Nggak perlu. Makasih banyak ya, Bi." Dean melangkah menuju kamar Cherly dan mengetuknya perlahan. "Cher.. ini Dean. Aku minta maaf kalau tadi aku bersikap keterlaluan. Kamu mau memaafkan aku kan?" Hening. "Cher.. Aku sungguh minta maaf padamu." Dean terus memanggil Cherly dan mengatakan permohonan maafnya namun kali ini sepertinya Dean harus bersabar lebih lama. Karena, kali ini gadis itu benar-benar bergeming. Dia tidak menyahut dan membuka pintu seperti biasanya. Kali ini, Dean benar-benar diabaikan. Hampir 30 menit berlalu, tapi gadis itu tidak kunjung membuka pintu dan memeluknya serta mengatakan bahwa dia sudah memaafkannya. "Cher, berhentilah bersikap seperti anak kecil." Ucap Dean lunak. "Aku mengaku kalau aku salah. Aku benar-benar minta maaf padamu jadi tolong keluarlah. Jangan ngambek seperti ini terus." "Keluarlah, Cher. Kita bicarakan ini di luar. Kalau memang kamu nggak mau meneruskan hubungan kita lagi, itu nggak masalah. Aku akan memutuskan hubungan kita seperti yang kamu inginkan." Brak!! Pintu kamar terbuka dengan kasar. Cherly melotot kesal pada Dean. "Putus?! Memang itu kan yang selalu kamu inginkan?! Kamu memang nggak pernah mencintai aku!!" Teriak Cherly sambil memukuli d**a Dean. Dean menangkap tangan Cherly dan menguncinya sehingga gadis itu tidak lagi bisa memukulinya. "Kamu benar-benar merepotkan. Diam dan dengarkan aku!!" Cherly langsung berhenti meronta dan menatap Dean dengan ketakutan. Melihat sorot mata Cherly, Dean menjadi sedikit tersentuh dan merasa bersalah. Sungguh bukan salah Cherly jika hidupnya menjadi kacau dan nggak sesuai dengan keinginannya. Justru gadis itulah yang menyelamatkan hidupnya-mungkin lebih tepatnya gadis itu menyelamatkan perusahaan papanya yang nyaris bangkrut-. Pertunangannya dengan Cherly terjadi karena gadis itu menyukai Dean dari awal pertemuan mereka. Aldo memang berencana untuk menjodohkan Dean dengan Cherly. Aldo sempat takut jika Troy menolak rencana itu saat bisnisnya di ambang kebangkrutan, namun dewi fortuna seakan berpihak padanya karena Cherly, putri Troy telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Dean. Bahkan, gadis itu sendiri yang membujuk papanya untuk memberikan bantuan pada Aldo sebagai hadiah pertunangannya dengan Dean. Troy, yang pada dasarnya memang sangat mencintai putrinya, luluh dan mengabulkan apa yang menjadi permintaan putrinya sekalipun sebenarnya dia nggak menyukai Dean dan Aldo serta menganggap mereka hanya memanfaatkan putrinya saja. Tapi, Troy memutuskan untuk memberikan kesempatan demi melihat senyum di wajah putrinya. Dean menghela nafas panjang sebelum memeluk Cherly dengan erat. "Maafkan aku. Aku nggak bermaksud untuk menyakitimu. Aku hanya nggak suka kalau kamu bersikap manja tidak pada tempatnya, Cher." Cherly menangis sesegukan dalam pelukan Dean. Pria itu mempererat pelukannya dan mencium kening Cherly dengan penuh kasih. "Walaupun aku nggak bisa mencintaimu seperti aku mencintai Anabelle tapi aku sudah terlanjur menyayangimu seperti adikku sendiri." Gumam Dean dalam hati. "Sudah, jangan menangis lagi." Ucap Dean lembut sambil melepas pelukannya. Tangannya menghapus air mata Cherly sambil tersenyum. "Gimana kalau kita makan malam di luar? Kamu ingin makan apa?" "Aku ingin makan steak." "Baiklah, kita akan makan steak. Sekarang kamu siap-siap dulu ya. Aku akan menunggumu di bawah." Cherly menganggukkan kepalanya cepat. Saat Dean membalikkan tubuhnya, tiba-tiba Cherly memeluknya dengan erat. "Katakan kalau kamu mencintaiku, Dean." Dean tertegun mendengar suara Cherly yang begitu rapuh. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap Cherly dengan lembut. "Kenapa tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti itu?" "Aku bermimpi kalau kamu pergi meninggalkan aku. Kamu mencintaiku kan, Dean? Kamu tahu kan kalau aku sangat mencintaimu dan aku nggak bisa hidup tanpamu." Dean menghela nafas, lalu tertawa kecil. "Mimpi apa itu? Kita akan segera bersama dan bukan malah sebaliknya." "Maksudmu?" "Kita akan segera menikah." "Benaran?" Dean hanya tertawa dan menganggukkan kepalanya. Cherly tersenyum bahagia dan mencium pipi Dean lalu memeluknya dengan erat. "Itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Terima kasih, Dean." Dean membalas pelukan Cherly dan membelai kepalanya dengan lembut. "Baiklah. Sekarang aku akan bersiap-siap untuk pergi denganmu." Ucap Cherly riang lalu melepas pelukannya. "Oke. Aku tunggu di bawah ya." Cherly menganggukkan kepalanya dan segera masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu buru-buru mandi kemudian bergegas menuju walk in closet untuk memilih pakaian yang akan dipakainya. Pilihannya kali ini jatuh pada sackdress putih polos. Setelah memakai make up tipis yang membuat wajahnya semakin segar, dia bergegas untuk menemui Dean yang telah menunggunya. "Nggak lama kan?" Tanya Cherly begitu melihat Dean. Dean terkekeh. "Nggak. Ini waktu tunggu tercepat kurasa." "Baiklah. Ayo, kita berangkat." Mobil Dean melaju menuju restoran Steak favoritnya dengan Cherly. Tiba-tiba, ponsel gadis itu berbunyi. Raut wajah Cherly yang tampak sedikit panik dan merasa bersalah sedikit menarik perhatian Dean. "Tante Bella.. Maafkan aku. Aku lupa kalau sudah membuat janji dengan Tante." Ucap Cherly pelan, sungguh sangat menyesal dengan kecerobohannya. "Nggak apa, sayang. Kamu bisa menyusul Tante dan Papamu kemari. Kami akan menunggu." "Ada papa di sana?" "Iya. Papamu sudah berada di sini." "Kalau begitu, bolehkah hari ini Cherly ijin absen?" "Kamu ada acara?" "Aku akan pergi makan malam bersama Dean. Dia sering sibuk jadi kami jarang ngedate seperti ini. Boleh ya untuk sekali ini aja Cherly absen?" "Kamu bisa mengajaknya bergabung bersama kami di sini, Cher. Tante nggak keberatan." "Aku yang merasa keberatan Tante." Bisik Cherly sepelan mungkin, berharap hanya Bella yang bisa mendengarnya tapi tentu saja Dean yang berada di sebelahnya bisa mendengarnya dengan jelas apalagi dia memang sengaja menguping perbincangan tunangannya itu. "Baiklah. Selamat bersenang-senang sayang. Sebagai gantinya, besok kamu harus menemani Tante seharian." "Tante nggak kerja?" "Besok Tante masih cuti. Lusa baru masuk kantor." "Beres. Sampai jumpa besok." Ucap Cherly lalu mematikan telpon setelah Bella mengucapkan salam perpisahan. "Kamu ada janji makan malam?" Cherly meringis. "Iya, tapi aku benar-benar lupa. Kamu sih bikin aku terlalu bahagia jadinya aku lupa segalanya." Dean tertawa mendengar penuturan konyol kekasihnya itu. Mungkin bagi Dean, dia sangat konyol karena merasa sebahagia itu bisa berbaikan dengan pria itu. Tapi, bagi Cherly, Dean adalah dunianya dan orang yang sangat penting untuknya jadi berbaikan setelah pertengkaran tadi benar-benar membuatnya bahagia. Apalagi dengan lamaran Dean yang secara tidak langsung tadi, kadar kebahagiaan Cherly langsung meningkat drastis. "Kita bisa ke sana kalau kamu mau." "Nggak. Aku mau menghabiskan waktu berdua aja sama kamu untuk malam ini." Ucap Cherly sambil tersenyum manis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN