Awal Mula

1417 Kata
Amira Kanza wanita berusia 28 tahun itu tersenyum menatap kue yang baru saja dia buat, lalu dia hias dengan cantik dengan krim di atasnya. Kue bertuliskan happy anniversary dengan angka empat di atasnya itu dia letakan di meja yang juga dia hias sedemikian rupa agar menambah kesan romantis. "Selesai," ucapnya dengan riang, senyum masih tersungging di bibirnya hingga dia berjalan ke arah kamarnya untuk segera membersihkan diri. Saat melewati cermin Amira tertawa kecil saat melihat wajahnya terkena krim kue, lalu dengan segera dia memasuki kamar mandi. Senyum Amira tidak luntur bahkan saat dia merias dirinya dengan sangat cantik, hari ini adalah hari spesial untuknya, tentu saja dia harus nampak cantik bukan. Setelah memastikan semuanya sempurna Amira berjalan ke arah ponselnya untuk menghubungi suaminya, tapi baru saja dia akan menekan nomer ponsel suaminya sebuah panggilan masuk. "Sinta?" Amira mengeryit saat melihat nama sahabatnya, lalu segera menerima panggilan tersebut. "Mira, dimana kamu?" Amira mengerutkan keningnya bahkan Sinta tidak menyapa lebih dulu. "Dirumah, bukankah aku bilang aku akan merayakan anniversary ku." Amira memang sudah mengatakannya pada Sinta, dan Sinta juga tahu tentang hari penting itu. "Dan kamu ingat kan, aku sedang makan malam dengan Rendi di Summer Resto?" "Ya, tentu saja." Sinta bilang dia akan makan malam dengan pacarnya di restoran yang sedang viral akhir- akhir ini, dan membuat Amira iri, karena dirinya juga belum sempat datang kesana. "Frans sudah tiba? Tidak itu jelas pertanyaan bodoh, aku jelas melihatnya disini dengan seorang wanita." Degh.. Amira mengerjapkan matanya pelan "Kamu bercanda?" dengan jantung berdebar kencang, Amira terkekeh tapi untuk apa Sinta berbohong, tapi Frans dengan wanita? Tidak mungkin. "Aku tahu Frans mungkin tak mengenalku, tapi aku tahu dia." Sinta memang sahabat Amira tapi dia tak pernah bertemu lagi dengan Frans sejak pernikahan mereka, tapi meski begitu Amira selalu bangga memamerkan foto Frans pada sahabatnya itu, atau bahkan sekedar dari status sebuah aplikasi pesan yang sering Amira unggah, jadi jelas Sinta tahu dengan jelas wajah Frans. "Gak mungkin," lirih Amira. "Aku tahu kamu tidak akan percaya, karena itu aku akan mengirimkan fotonya." jantung Amira semakin terasa terlonjak, dan dengan tangan bergetar dia membuka aplikasi pesan di ponselnya. Dunianya terasa runtuh saat melihat disana suaminya tengah makan malam romantis dengan seorang wanita. Tangan Amira yang masih bergetar bergerak menggulir layar hingga menemukan nomer ponsel suaminya "Hallo sayang?" Amira menelan ludahnya saat mendengar suara suaminya. "Mas masih dimana?" "Mas, masih di kantor sayang." Amira memejamkan matanya mendengar kebohongan dari mulut Frans. "Mas ingat kan hari ini hari apa?" "Ingat, kan kamu bilang tadi pagi, mas usahakan setengah jam lagi selesai dan Mas langsung pulang ya," ucapnya lembut. "Ya udah, mas gak perlu terburu- buru, kebetulan kue ku juga belum selesai." "Oke, sayang." Amira mengakhiri panggilannya, kakinya yang terasa lemas berusaha menopang diri di tembok, lalu dengan gerakan tergesa Amira meraih kunci mobilnya dan berlari keluar. Ini tidak mungkin, suaminya mencintainya dan tak mungkin mengkhianatinya, tapi entah kenapa meski Amira mengelak dia tetap ingin memastikan apakah pria di dalam foto yang dikirimkan Sinta adalah suaminya, meski tak perlu melihat dua kali dia sangat hapal dengan postur tubuh pria itu bahkan meski dia hanya melihat punggungnya, sedangkan foto yang di kirimkan Sinta sangat jelas terlihat wajah itu, wajah suaminya. Air mata Amira menetes deras, hingga pandangannya mengabur, namun dengan cepat Amira mengusapnya. Tiba di Summer Resto, Amira melihat Sinta dan Rendi, sahabatnya itu berdiri saat melihat "Mira." Sinta menatap Amira dengan sendu. "Dimana?" tanya Amira dengan jantung yang terus bertalu kencang. Sinta menunjuk sebuah meja yang berjarak beberapa meter dari sana, Summer Resto mengusung tema taman dan meja di letakan dengan jarak beberapa meter dengan rumput sintetis yang menjadi hamparannya, di tengah taman ada danau buatan hingga mereka bisa merasakan jika tengah makan di alam terbuka mereka bahkan tidak menyediakan kursi hanya meja lesehan dan pengunjung duduk di bantalan sofa kecil di bawah meja, Restoran itu memang mengagumkan dan karena sedang viral Amira juga ingin datang kesana dengan mengajak suaminya, namun belum menemukan waktu yang pas karena kesibukan Frans, tapi saat ini Amira justru datang dalam keadaan yang menyedihkan orang yang ingin dia ajak untuk datang justru tengah duduk di depan sana dengan wanita lain, hati Amira tercabik ...  Dari arah meja Sinta memang terlihat jelas, bahkan pria itu ... Suaminya tengah makan malam dengan saling menyuapi dengan wanita di depan sana. Amira melangkahkan kakinya lalu berdiri tepat di belakang sang suami yang kini tertawa sambil membuka sebuah kotak kecil di tangannya. "Apa ini sayang?" hati Amira benar- benar tersayat, panggilan itu bahkan Frans berikan padanya. Sayang? "Buka Dong." suara wanita itu begitu mendayu lembut, menandakan dia adalah wanita yang anggun. seolah dunia hanya milik berdua keduanya bahkan belum menyadari kehadiran Amira. "Astaga!" pekikan Frans menandakan jika pria itu benar- benar terkejut dengan hadiah pemberian wanita di depannya. "Sungguh, kamu hamil?" perkataan Frans membuat kaki Alana tak bisa menopang lagi. Hamil? Wanita itu bahkan hamil. Kepala Amira terasa pening luar biasa, kakinya bahkan terasa linglung dan tak bisa lagi berpijak, di depan sana pasangan itu tengah saling memeluk dengan raut wajah bahagia. Amira tak boleh jatuh, dia tidak boleh lemah, jadi dengan langkah sempoyongan Amira melanjutkan langkahnya hingga kini berada tepat di balik punggung Frans. Wanita yang sedang berpelukan dengan Frans itu yang pertama kali menyadari kehadirannya "Mbak ... Amira." Amira mendengus perih wanita itu bahkan mengetahui namanya, sedangkan Amira justru tak tahu siapa wanita ini. Punggung Frans menegang, lalu dengan gerakan kaku pria itu menoleh. Plak ... Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Frans dan membuat wanita selingkuhan suaminya itu terkejut. "Apa ini yang kamu bilang bekerja mas?" "Mira," Frans berusaha meraih tangan Amira, namun Amira justru mundur dan menghindar "Dengarkan mas." Frans tak menyangka jika istrinya Amira akan ada di sana. "Mbak Mira, kami bisa jelaskan," ucap wanita yang kini berdiri di belakang Frans "Diam kamu," tunjuk Amira. "Kamu bahkan tahu siapa aku? Kamu tahu pria ini sudah memiliki istri?" Wanita itu menunduk. Sedangkan Amira menggeleng tidak percaya. "Mira ..." lagi, Amira menghindar. "Wanita macam apa yang berhubungan dengan suami orang! Apa kau bukan wanita!" teriak Amira tepat di wajah wanita yang kini masih menunduk, Amira menatap selingkuhan suaminya dengan geram dan jijik luar biasa, bagaimana bisa ada wanita sepertinya. "Mira, Kinan tidak bersalah." Amira menatap Frans dengan tatapan tak percaya, berani sekali dia membela selingkuhannya di depan istrinya sendiri. "Tentu saja, dia tidak salah, karena kalian yang salah." Amira menarik nafas panjang "Kalian berselingkuh di belakangku, dan kalian mengetahui jika itu berdosa tapi tetap melakukannya." "Amira, Kinan bukan selingkuhanku, dia istriku!" tegas Frans. Amira tertegun, bahkan pria itu mengakuinya sekarang. Dan apa katanya tadi, istri? Amira menunduk dan tatapannya jatuh pada kue yang ada di atas meja, Amira mengeryit saat melihat tulisan di kue tersebut "Dua tahun?" Amira mendongak menatap Frans. Air mata Amira semakin deras, Sudah dua tahun Frans mengkhianatinya, dan hari ini hari yang sama dengan ulang tahun pernikahannya "Dan kalian menikah di tanggal yang sama dengan pernikahan kita juga ..." Amira tertawa, sudah seperti tidak waras. Hebat sekali suaminya ini. "Amira tenangkan diri kamu, kita bisa bicarakan ini." "Dua tahun kamu mengkhianatiku mas?" Amira tak peduli meski Frans berusaha bicara baik- baik. "b******k kamu mas!" Amira memukul Frans membabi buta. "Maafin kami , Mbak." gerakan Amira terhenti. "Maaf?" Amira menatap tajam Kinan. "Maaf kamu bilang, wanita kurang ajar, murahan, tidak tahu diri!" teriaknya. Amira hendak menerjang Kinan, namun Frans segera menahannya. "Amira tolong, ini kesalahanku jadi kamu boleh memukulku, tapi tidak Kinan." "Apa peduliku, kalian sama- sma brengsek." Amira kembali menggerakan tangannya ke arah Kinan, tapi Frans menahannya kembali. "Amira ku mohon, Kinan sedang hamil." Frans masih berkata dengan lembut, dia tak boleh membuat emosi Amira lebih naik lagi, dan membahayakan Kinan, bagaimana pun Kinan tengah mengandung anaknya. Tapi apa yang dilakukan Frans sia- sia. Amira sudah tak bisa lagi mengendalikan diri, memangnya siapa yang akan tetap waras saat mengetahui suaminya mengkhianatinya, dan dalam dua tahun ini menipunya. Amira melangkah mundur dengan tatapan yang hampa, Amira membekap mulutnya dengan punggung tangan. Dua tahun ... Dua tahun lalu Amira ingat saat itu Frans tidak bisa datang ke anniversary mereka karena sedang berada di luar kota, dan Amira memundurkan anniversary mereka hingga tiga hari lamanya, apa pria itu sedang merayakan pernikahannya, dan selama tiga hari itu dia juga tengah dikhianati, tentu saja mereka pasti berbulan madu. Amira kembali tertawa, dan tahun selanjutnya Frans juga datang terlambat, seperti hari ini ... Amira kembali tertegun. Apa dia juga merayakan anniversary nya dengan wanita itu lebih dulu, lalu selanjutnya dengannya? Astaga ... Amira membalik tubuhnya lalu dengan langkah lemas meninggalkan Suaminya bersama istri mudanya. ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN