Setelah membeli hp baru untuk Liana, Bima mengajak Liana makan di salah satu restoran yang tidak terlalu ramai. Alasannya, karena ia tau Liana tidak suka keramaian.
Namun, sedari tadi Liana hanya cemberut menatap makanan di hadapannya. Bima sungguh keterlaluan. Liana suka mie pedas, malah di pesankan nasi dan capcay. Liana tidak suka capcay karena banyak sayuran. Dan lagi, Liana suka jus Alpukat, tapi Bima memesankan jus wortel. Katanya baik untuk penglihatan. Liana tidak suka setiap Bima mengaturnya apalagi dalam hal makan.
"Gak usah cemberut terus. Cepat habisin!" titah Bima sambil menghabiskan salad sayur di piringnya.
"Ini gak ada ayamnya atau apa kek. Masak cuma capcay sama sosis goreng." gerutu Liana menjauhkan piringnya. Bima menghela nafas. Tingkah Liana seperti anak TK yang phobia sayur.
Bima menarik piring Liana. Menyendok nasi dan capcay menyodorkan pada Liana. Liana menolak, membuat Bima menatapnya tajam. Dengan sedikit kasar Bima mencengkram dagu Liana. Dengan isyarat matanya, ia menyuruh Liana membuka mulut. Dan lagi, Liana kalah oleh Bima. Liana menerima suapan itu hingga tandas. Bima tersenyum kecil, tidak sulit membuat Liana tunduk padanya.
"Gak usah cemberut terus, jelek tau," celetuk Bima mengelap wajah Liana yang berkeringat dengan tissu.
"Lagian kamu sih. Maksa terus hobby nya!" kesal Liana.
"Mau apa lagi?" tanya Bima mengalihkan pertanyaan.
"Mau brownis yang banyak coklatnya!" rengek Liana menampilkan puppy eyesnya. Dengan tegas Bima menolak. Brownis selalu membawa petaka untuk gadis kecilnya.
"Lainnya!"
"Pisang coklat,"
"Yang gak ada coklatnya!"
"Hih mana bisa. Pokok mau yang ada coklatnya!" kesal Liana yang tak sadar sedikit berteriak. Hingga pengunjung lain memandangnya aneh. Liana benci di tatap orang lain. Dengan perasaan kesal, Liana pergi dari sana. Menghiraukan teriakan Bima yang menyusulnya. Di luar restoran ada stand es coklat. Tanpa pikir panjang ia langsung membelinya. Saat sudah siap, buru buru ia minum agar tidak ketahuan Bima.
"Ayo pulang!" Bima menarik tangan kanan Liana. Liana cemberut, baru aja ia meminum es nya separuh, Bima sudah muncul. Bima memasukkan Liana ke mobil, merebut minuman Liana dan membuangnya.
"Nih minum air putih yang banyak!" suruh Bima menyerahkan air mineral yang selalu ia simpan di dasbord mobilnya. Liana menggeleng tanda menolak. Karena sudah hilang batas kesabarannya. Bima membanting botol air itu dengan keras. Tanpa sepatah kata pun, dia menancapkan gas nya untuk mengantar Liana pulang.
Dalam perjalanan Liana membuka aplikasi i********:. Ia harus mendaftar akun baru karena hp nya juga baru. Setelah selesai. Ia mengetik di kaca pencarian 'Ahzar Narendra . Hobby Liana menstalker akun teman satu kelasnya. Menurut teman-temannya, Ahzar adalah murid yang paling culun. Kacamata kotak besar, rambut tertata rapi, dan tidak pernah melakukan pelanggaran apapun. Dia juga sangat pintar. Namun bagi Liana, Ahzar adalah orang yang tampan, manis dan yang pasti berkharisma.
Saat pembagian kelompok belajar, sebisa mungkin Liana atur strategi untuk satu kelompok dengan Ahzar. Ia ingin selalu dekat dengan pria itu. Namun sayang, Ahzar sangat sulit dia gapai. Ahzar selalu menutup diri dari pergaulan. Ia selalu berkutat dengan komik anime favoritnya..
"Turun!" titah Bima yang membuat Liana tersentak. Saking asyiknya mikirin Ahzar, ia jadi tidak sadar kalau sudah sampai.
"Makasih ya, Kak Bim!" Bima hanya mengangguk. Perasaan Bima sangat dongkol dengan Liana. Liana selalu memberontak dengan apa yang dia atur.
Dan dengan tidak peka nya, Liana melenggang pergi begitu saja tanpa menawari dirinya untuk mampir. Bima menyumpah serapahi Liana dalam hati. Belum jinak juga ternyata, batin Bima.
"Assalamualaikum, Liana pulang!" teriak Liana memasuki rumahnya. Sepi, seperti tidak ada orang.
"Kak Lion!" sapa Liana saat menangkap keberadaan Lion yang tengah mainan hp di sofa. Lion tampak acuh, tak menjawab panggilannya.
"Kak!"
"Mama sama papa ke rumah nenek. Kalau mau makan di dapur ada tempe penyet," kata Lion yang masih fokus dengan hp nya. Liana mengangguk. Kesal dengan Lion ia beranjak ke kamarnya. Lebih baik ia menghabiskan waktu dengan hp barunya. Menstalker akun sosial Ahzar.
Entah Liana lupa sejak kapan mulai tertarik dengan laki-laki kutu buku itu. Yang pasti Liana suka dan Liana ingin mendekatinya.
"Nih hp kamu!" ucap Lion melempar hp Liana ke kasur. Dengan cepat Liana menangkapnya, "Makasih kak, ketemunya dimana?" tanya Liana yang dibalas kepergian Lion. Liana menggerutu, ditanya baik baik malah pergi.
Ide cemerlang melintas di otak cantik Liana. Liana membuka grub w******p kelasnya. Mencari nomor Ahzar. Kali ini dia akan save nomer pemuda itu. Karena tangannya sudah gatal, ia mengetik di papan pesan dengan perasaan tak karuan.
Liana:
Ahzar, ini aku Liana.
Sv ya ehehe
Liana menunggu was-was balasan Ahzar. Apa pria itu berkenan untuk sekedar membalasnya. Liana tidak tau.
Ahzar :
Iya, Li.
Liana berjingkrak bahagia, ternyata Ahzar mau membalas pesannya. Liana senang, bahkan sangat senang. Ia tak pernah berkirim pesan pada cowok selain Bima, Kevin dan keluargnya. Soalnya Bima selalu membatasi pergaulan Liana dengan mahluk berjenis laki-laki.
Liana uring-uringan. Bingung antara dijawab atau enggak. Kalau dijawab, mau jawab apa. Nanti kalau Ahzar berfikir ia centil gimana? Liana terus berguling di kasurnya. Lima menit kemudian ia putuskan untuk menjawab.
Liana
Makasih, Zar
Liane melempar hp nya karena tidak kuat menahan tingkah absurd nya. Kenapa ia jadi salah tingkah sendiri hanya karena chat singkat itu.
"Aduhhh gigiku!" pekik Liana tiba-tiba. Giginya mulai ngilu dan makin lama makin parah. Liana menangis menutup wajahnya dengan bantal, "Hiksss gigiku," rengek gadis itu. Dengan cepat Liana menelfon Bima.
"Kak Bima, hiksss. Gigi Liana sakit!!" rengek Liana mematikan telfonnya sepihak. Liana beranjak ke kamar mandi, menggosong giginya dengan kasar. Pasti ini gara gara minum coklat tadi. Andai saja ia nurut apa kata Bima, ia tak akan sakit gigi lagi. Namanya penyesalan selalu ada di akhir. Bukannya membaik, Gigi Liana malah makin sakit karena ia sikat. Liana berlari ke kamar. Menutup wajahnya lagi dengan bantal.
Bima membuka pintu kamar Liana dengan pelan. Sudah biasa ia keluar masuk di rumah Liana. Dan sepertinya keberuntungan Bima karena Lion tidak ada di rumah. Kata satpam, Lion baru saja pergi dengan motornya entah kemana.
"Makanya, kalau dibilangin nurut!" ucap Bima menarik tubuh Liana untuk dia peluk. Liana melingkarkan tangannya di pinggang Bima. Wajahnya dia sandarkan di d**a Bima. Tempat ternyamannya saat sakit gigi.
"Minum obat dulu, terus tidur!" ucap Bima mengelus kepala Liana. Semarah apapun Bima pada Liana, ia tak pernah tidak perhatian lagi. Ia selalu peduli walau ia tengah marah sekalipun.
Liana meminum obat yang disodorkan Bima. Setelah minum air putih, ia bersandar lagi di tempat ternyamannya.
Bunyi notifikasi hp membiat Bima mengerutkan keningnya. Ia meraih hp Liana. Chat dari Ahzar. Bima membuka percakapan Liana dan Ahzar.
Ahzar:
Trimakasih buat apa hehe
Bima meremas hp Liana dengan wajah yang mengeras. Ia tidak suka Liana bermain belakang. Ia tidak suka kalau Liana tertarik dengan orang lain. Bima menekan emosinya agar tidak meledak sekarang juga. Tunggu, ia akan memberi pelajaran pada Liana kalau gadis itu masih berani menghubungi laki-laki lain.