Allice hanya tersenyum ketika suaminya Pangeran Jorsh memegangi tangannya. "Apa kau lelah sayang?" Tanya Jorsh kepada Allice dengan lembut.
Allice hanya membalas dengan tersenyum, "Apakah kau lelah Jorsh? Jika lelah aku menerima untuk beristirahat."
Allice hanya tersenyum ketika mempertanyakan sesuatu hal yang pribadi, Jorsh hanya membalas dengan senyuman. Membawa Allice ke Istana miliknya, menggunakan kereta kuda menuju Istana kedua Kerajaan Afresia.
Allice hanya bersender mesra di pundak Jorsh, "Sayang. Kenapa kau menginginkan menikah denganku? Bukankah aku baru saja diangkat sebagai Putri Kerajaan Fresia? Sangat aneh."
Allice masih bersender di lengan Jorsh, Jorsh hanya membalas dengan senyuman. "Aku menyukaimu, jadi aku menikahimu."
Allice terdiam. Masih mendengarkan Jorsh berbicara, ia ingin mendengar cerita Jorsh kenapa ia menikahinya. tanpa pamit mereka pulang. Pasti Isabel mencari mereka. Allice tidak tahu ia harus menjawab apa karena bagaimanapun sekarang ini ia sudah menikah dengan Pangeran Jorsh.
"Apa kau ingin bercerita denganku sayang?" Tanya Allice kembali.
"Setelah kau melayaniku, aku akan menceritakannya padamu."
Wajah Allice tersipu. Pipinya merah merona, wajah Jorsh sangat tampan.
Bahkan ketampanannya melebihi John Bennedict.
Sudah sejam mereka berlalu melewati perjalanan menuju Kerajaan Agresia. Kerajaan yang di bangun oleh mendiang Raja sebelumnya. Khusus untuk Pangeran Jorsh tinggal.
Jorsh tersenyum ketika melihat wajah istrinya, "Allice," panggilnya dengan lembut.
Allice tersenyum ketika Jorsh memanggil dirinya dengan nada pelan.
Jorsh hanya menunjuk pemandangan di sebrang Kastil Agresia. "Aku harap semua ini bisa menjadi kenang-kenangan. Kau harus memberikanku anak yang sangat banyak sehingga seluruh Istana ini ramai."
Allice tertawa, ia ingin segera mengganti gaunnya dengan gaun malam yang baru. Jorsh mencolek nakal dengan mencubit lengan Allice sesekali. "Kau mandi saja dahulu. Aku akan menceritakan semuanya."
Allice tertawa kecil, beberapa pelayan datang untuk melayani Allice. Menjadi seorang putri keluarga bangsawan, Allice tidak pernah menyangka ia akan sebahagia ini.
Jorsh mendapatkan beberapa surat di meja kerjanya. Surat dari tetangga Allice terdahulu. Berd dan Brenda, "Surat keluarga? Bukankah ia tidak memiliki keluarga?" Tanya Jorsh.
Jorsh memikirkan Allice, sebelum pernikahan terjadi John Bennedict menceritakan silsilah tentang Allice kepadanya. Jorsh menerima Allice bukan hanya kecantikannya, tetapi memang Allice memiliki daya pikat tersendiri di mata Jorsh.
Beberapa jam Jorsh duduk di singgasana kerja. Menatap beberapa kertas hanya untuk menandatangani berkas-berkas penting Kerajaan.
Jorsh tertawa dengan membenarkan Allice dari pangkuan, "Baiklah aku akan mandi. Kau bisa kembali ke ruang tidur menungguku."
Kedua pipi Allice merona, mendapati suaminya sedang merayunya dengan manis.
Jorsh beranjak dari kursinya, menuju kamar mandi dengan menurunkan Allice dari pangkuan pahanya, "Kau diamlah disini. Aku akan mandi, apa kau ingin tetap di meja kerjaku? Jika ya tolong jangan kau acak-acak meja kerjaku."
Allice terkekeh ketika Jorsh membuat candaan kecil terhadapnya. Jorsh melangkah menuju kamar. Tidak dengan Allice, Allice menarik secarik kertas dengan amplop bertuliskan nama Kenneth.
"Kenneth?" Tanya Allice dengan kebingungan.
"Surat apa ini? Surat Kenneth?" Tanyanya lagi dengan membuka secarik kertas.
Allice membuka surat yang dikirim oleh Kenneth, dengan menyebutkan Paman Berd dan Bibi Brenda.
"Sebuah kabar orangtuaku?" Tanya Allice dengan wajah kebingungan.