Mencoba Peruntungan Baru

1049 Kata
Mata Akmal terus memindai keadaan sekitar yang sangat riuh oleh pembicaraan-pembicaraan yang sesekali diselingi oleh gelak tawa, membuatnya merasa tidak nyaman karena Seorang introvert akan lebih tenang ketika mereka sendirian. Akhirnya dia pun memutuskan untuk menuju salah kursi sofa yang berada di gedung itu. Makanan yang lezat dan aroma yang begitu memikat tidak membuat Akmal tertarik, kalau tidak sedang berpergian dengan bibinya, mungkin Akmal sudah berpamitan untuk kembali ke rumah. namun Bi Ati seolah sedang menyuruhnya untuk bisa bertahan dalam keramaian, agar dia terbiasa bergaul dengan khalayak ramai. Sedang asik melamun dari arah depan terlihat ada sosok wanita tua yang menghampiri, membuat Akmal dengan segera bangkit lalu mencium punggung tangannya, Kemudian mereka pun duduk di sofa yang sama. "Haduh kalau sudah tua, berdiri sebentar saja pinggang sudah terasa Mau patah." ungkap wanita tua itu sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sofa. "Iya kalau usia sudah lanjut jangan terlalu banyak berdiri'karena itu akan mengganggu tulang pinggang. Sebentar aku ambilkan minum." Tanggap Akmal sambil bangkit dari tempat duduknya' kemudian dia menuju ke meja makanan untuk mengambil dua botol air teh manis dingin. "Terima kasih." Ujar wanita itu sambil menyedot minuman yang baru saja diberikan. Akmal tidak menjawab Dia hanya menundukkan tubuhnya kembali di tempat yang tadi ya tinggalkan' matanya terus memindai keadaan sekitar menikmati kemegahan pesta malam itu. "Mas Wondo di mana Bi Lesti?" tanya Akmal memecah heningnya suasana. "Biasa sedang ngobrol dengan Bibi mu di sana!" Jawab Lesti sambil menunjuk ke arah kerumunan orang yang sedang berbicara dengan begitu asyiknya. "Megah banget ya pernikahan anak bi Santi' memang Suaminya kerja apa?" tanya Akmal berbasa-basi. "Kurang tahu' tapi menurut selentingan kabar suaminya adalah seorang pelaut' sehingga gaji yang didapatkan sangat banyak. wajarlah kalau pestanya semewah ini' tapi aku yakin kemewahan ini akan kalah Ketika nanti kamu menikah." "Entah kapan Bi aku menikah, sampai saat ini aku belum bisa menemukan kekasih." jawab Akmal tidak ada yang ditutup-tutupi karena mungkin dia sangat mengenal siapa yang diajak berbicaranya. "Bagaimana kamu mau mendapatkan kekasih, Kalau dirimu pemalu seperti itu. bahkan di tempat seramai ini kamu lebih memilih tempat yang sunyi seperti sekarang." "Aku tidak pemalu Bi, namun mungkin aku belum beruntung saja untuk mendapatkan kekasih." "Aku sangat tahu kehidupanmu dari kecil yang sebagai seorang pemalu, Bahkan kamu sering dibully oleh teman-teman sekolahmu kamu tidak jarang Ketika pulang dari sekolah kamu menangis tidak kuat menahan Bulian. awalnya aku merasa kalau sifat pemalu itu akan hilang setelah kamu dewasa, tapi nyatanya sampai sekarang kamu masih seperti itu. Lagian Kenapa harus malu?: "Aku nggak malu Bi, aku hanya merasa nyaman dan tenang ketika sendirian. namun ketika berada di keramaian, ketika berbicara dengan orang yang baru kita kenal, rasanya aku tidak memiliki keberanian." "Yah itu, namanya ya pemalu. kamu sebagai seorang dokter yang sangat sukses dengan kekayaan yang kamu miliki. kamu seharusnya bukan menjadi seperti sekarang, kamu seharusnya menjadi orang sombong dan memiliki banyak wanita. Mulai sekarang kamu harus mulai sering mengobrol dengan orang yang baru agar sifat itu sedikit demi sedikit akan terkikis, karena mau sampai kapan lagi kamu menyendiri seperti sekarang, mau menunggu aku dan bibimu meninggal." "Tidaklah Bi. aku yakin kalian berdua akan hidup lebih lama lagi. mungkin 100 tahun ataupun 200 tahun." "Halah kamu kalau ngomong suka ngaco. rata-rata umur manusia itu paling sampai 70 tahun. Sekarang aja baru 60 pinggang sering terasa sakit, d**a terasa sangat sesak, kalau kelamaan berdiri Kepala terasa sangat pening. bagaimana hidup sampai 100 tahun lagi?" Kedua orang itu terus mengobrol membahas kehidupan sehari-hari, terutama tentang nasihat-nasihat untuk Akmal yang harus secepatnya mencari pendamping hidup, karena seorang pria diharuskan memiliki pasangan untuk melanjutkan keturunan keluarga. Sedang asyik mengobrol mata Bi Lesti yang sejak dari tadi terus memindai tamu-tamu yang hadir, dia melihat sosok wanita yang sangat asing di matanya. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan kulit putih bersih, gaun merah yang dikenakan malam itu membuatnya terlihat sangat sempurna. melihat ada wanita seperti itu dengan segera dia pun menyenggol tangan Akmal. "Ada apa Bi kok nyenggol nyenggol, kayak orang yang sedang berpacaran." "Hush! kalau ngomong suka ngawur." "Terus ada apa?" tanya Akmal yang terlihat penasaran. "Tuh lihat ada wanita yang memakai gaun berwarna merah, dia terlihat sangat cantik dengan body yang begitu aduhai. nampaknya dia sedang kesepian seperti dirimu yang tidak memiliki kekasih. "Maksudnya?" dahi seorang introvert itu mengerut. "Masih harus dijelaskan? kamu temui wanita itu dan kamu ajak berkenalan!" "Aduh, malu lah Bi. aku tidak berani menghampiri kalau belum mengobrol sebelumnya ditelepon, Mending kalau dia mau menerima Bagaimana kalau nanti dia marah?" "Ya ampun....! Masa mengajak kenalan saja kamu malu. Bagaimana kalau mengajak menikah pasti kamu akan mati." "Benar Bi, Akmal sangat malu dan tidak memiliki keberanian untuk menghampirinya." "Tidak berani atau tidak tertarik?: "Tidak berani Bi, Kalau tidak tertarik mana mungkin Wanita itu sangat cantik dan bagian depannya terlihat sangat menonjol." "Mana mungkin kalau tertarik kamu tidak memiliki keberanian. sudah sana samperin jangan sampai desas-desus kemu di luaran sana menjadi kenyataan." "Desas-desus apa?" "Desas-desus kamu yang sebagai seorang penyuka sesama jenis, karena sampai umur 35 tahun kamu tidak memiliki kekasih." "Jangan mengada-ngada Bi! itu tidak benar." "Nhh Makanya kamu buktikan sekarang, biar Bibi percaya kalau kamu tidak seperti itu. Lagian lihat perempuan itu seperti sedang memperhatikan kamu, Bahkan dia terlihat beberapa kali melempar senyum." "Yang benar Bi?" "Dibilangin tidak percaya." jawab Lesti dengan Ketus. Akmal pun mulai menenangkan pikiran kemudian sesekali dia memperhatikan perempuan yang ditunjuk oleh bibinya, benar saja wanita itu terlihat mengulum senyum saat melirik ke arahnya, membuat Akmal memperhatikan keadaan sekitar bahkan menoleh ke belakang takut perempuan itu salah orang. "Sana buruan, Nanti keburu diambil orang!" ujar Lesti sambil mengikut lengan keponakannya. Akmal yang terus mendapat dorongan setelah malah merasa yakin bahwa dirinya sedang diperhatikan, Akhirnya dia pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian menyimpan botol minuman yang sejak dari tadi ia pegang. Jantungnya terasa berdegup dengan kencang, hatinya mulai berdebar bahkan keringat dingin mulai keluar memenuhi dahi ketika dia beranjak mendekati perempuan yang sedang berdiri sendiri. Setelah berdiri di belakangnya Akmal terlihat menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan begitu pelan, mengatur perasaan yang bergejolak antara melanjutkan ataupun tidak. "Hai cantik!" sapa Akmal ketika perempuan yang didekati berbalik ke arahnya, membuat perempuan itu menjadi salah tingkah memperhatikan keadaan sekitar takut Akmal salah menyapa. "Kamu benar-benar terlihat sangat cantik dan manis." "Maksudnya siapa?" Jawab Gadis itu dengan suara lembutnya. "Kamu Yang Terus memperhatikanku sejak dari tadi. Apakah menyukaiku?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN