Sebahagia Bapak sajalah!

1074 Kata
Keyra Wirgiawan keluar dari ruangan bosnya dengan wajah kesal. Wanita berusia dua puluh lima tahun bertubuh mungil dan rambut panjang hitam yang hari ini digelung asal itu pun sudah duduk dikursinya dengan tangan yang mengenggam erat kertas reportnya yang dicoret-coret oleh bos Ryandra. “Ya, Lord! Kenapa bos gue dia sih?!" “Kenapa? Revisi lagi?” Hilman menanggapi dengan nada santai. Keyra mendelik sinis menatap Hilman. “Gue sumpahin report lo bernasib sama,Mas!” Hilman spontan melemparkan pulpen yang ia pegang pada Keyra. “Heh! Mulut lo!” “Kalo lo mau ganti bos mah gampang...” Bayu menjeda kalimatnya. “RESIGN!” Keempat karyawan itu berucap bersamaan kemudian tertawa. “Gue lelah, Mas Bay. Masa report gue masih harus di revisi lagi. Gak substansial lagi yang perlu di revisi.” Ditengah curhat Keyra, tiba-tiba pintu kaca ruangan bos mereka terbuka. Keyra langsung menunduk dan bosnya itu melenggang keluar dari ruangan tanpa mengatakan apa-apa pada anak buahnya. Ryandra Algantara adalah salah satu dari sekumpulan pria yang memiliki label pria sempurna. Ryandra memiliki wajah yang tampan, fisik sempurna layaknya seorang model papan atas ditambah ia memiliki otak jenius. Berkat kejeniusannya diusia Ryandra ke tiga puluh lima, Pria itu menyandang dua gelar magister yang ia ambil secara bersamaan bahkan kabar burung terbaru yang beredar pria itu sedang mengambil pendidikan S3 dan akan mendapat gelar Doktor. Sungguh luar biasa! Ryandra adalah pewaris dari kerajaan bisnis Algantara. Semua karyawan di gedung Algantara mengetahui itu dan berpikir bahwa sang putra mahkota sedang dididik bekerja dari level bawah. Banyak orang yang berlomba-lomba masuk ke dalam team yang dipimpin langsung oleh Ryandra namun sayangnya banyak orang yang tidak tahan dengan cara kerja Ryandra membuat turnover karyawan divisi Ryandra yang paling tinggi dibanding divisi lainnya. “Tiap dia keluar dari ruang semedinya, nafas gue rasanya berhenti sesaat.” Bayu akhirnya bersuara setelah seharian diam mengerjakan tugas yang Ryandra berikan. “Lo begitu karena takut ditagih kerjaan, Mas.” Emily menimpali santai. Bayu memulai sesi curhat colongannya yang langsung ditanggapi cepat oleh Keyra. Emily yang melihat keduanya pun menggelengkan spontan kepalanya. “Untung ruangan dikantor ini itu kedap suara semua. Kalo enggak udah kena SP kali lo semua sudah ghibahin bos,” ucap Emily dengan nada prihatin. Pintu ruangan terbuka. Perhatian semua yang berada di dalam ruangan itu beralih ke pintu itu dan membulat kaget melihat Ryandra yang belum lama keluar sudah kembali masuk ke dalam ruangan. Matanya tertuju pada Keyra. “Ra,” Ryandra memanggil Keyra setelah berhenti tepat di depan meja kerja Keyra. Keyra berusaha menulikan telinganya. “Ra... Kamu ikut temani saya meeting dulu. Saya lupa Lukman di Alga Estate.” Keyra menatap sengit pria dihadapannya. “Pak, revisi yang bapak coret-coret barusan harus saya kirim lagi ke bapak hari ini. Saya belum review email proposal resto Jepang. Bapak masih minta saya ikut meeting? Yang bener saja lah, Pak!” seru Keyra dengan lantang menyampaikan protesnya. “Lho, revisi kamu kan masih bisa nanti, deadlinenya besok siang kan,” ujar Ryandra enteng. “Bapak gak bilang besok siang ya tadi. Bapak bilang deadlinenya tadi itu siang ini. Perlu besok-besok ucapan Bapak saya rekam?” Intonasi Keyra sedikit meninggi karena kesal. Norma kesopanan dan hormat antara bos dan karyawan sudah hilang perlahan-lahan dimulai dari seminggu pertama Keyra kerja dibawah pimpinan Ryandra. Ryandra menatap Keyra dengan wajah berpikir. “Berarti saya belum bilang ya?” Keyra dengan tegas menggelengkan kepalanya. “Ya sudah sekarang saya bilang.” Ryandra menghela nafas sesaat. “Ra, deadline revisi kamu besok siang, ya. Sekarang kamu ikut saya meeting dulu karena Lukman sedang di Alga Estate,” Ryandra mengucapkannya dengan nada santai. Efek dari percakapan Keyra dan Ryandra barusan membuat orang yang berada di dalam ruangan itu pun mengeluarkan reaksi yang berbeda-beda. Emily menggigit bibirnya, Bayu terbatuk-batuk dan Hilman menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Semua berusaha keras menahan agar tawa mereka tidak meledak, sementara Keyra menahan kesal. “Sebahagia bapak sajalah!” Keyra menggerutu kesal namun tangannya membereskan barang-barangnya. Menyimpan fileyang ia kerjakan ke dalam flashdisk dan mengemas laptop. Ryandra tersenyum puas dan kembali berjalan meninggalkan ruangan sambil berkata, “Jangan lama-lama, Ra. Saya tunggu di lobby.” Ryandra sudah keluar dari ruangan membuat para senior Keyra langsung meledakkan tawa yang sedari tadi mereka tahan. Hilman menahan tawa. “Muka lo tadi sudah kayak mau nelen dia, Key!” “Gue mau resign!” seru Keyra kesal. “Key... Key... Udah berapa lama lo kerja sama dia? Kok masih aja lo kena sama Ryandra?” Bayu berucap sambil tertawa. Keyra mendelik menatap Bayu sesaat kemudian mempercepat gerakannya membawa apa yang ia perlukan lalu spontan menatap ponselnya yang bergetar karena ada sebuah panggilan masuk dan ketika ia melihat nama Ryandra Algantara muncul di layarnya, mulutnya pun spontan kembali menggerutu. “Ish! Gak sabar banget ini bocah tua!” Ketika panggilan kedua masuk ke dalam ponselnya, Keyra berlari menuju lift dan menekan tombol turun. Beruntung lift saat ini bersahabat dengannya. Keyra tidak perlu menunggu lama dan kini Keyra sudah turun menuju lobby. Ponsel Keyra kembali bergetar membuat Keyra akhirnya mengangkat panggilan itu dengan penuh emosi. “Sabar sih, Pak! Saya masih di lift ini.” Ryandra tidak mengucapkan apapun dan langsung memutus panggilan secara sepihak membuat Keyra semakin kesal. Keyra melangkah dengan wajah tertekuk sempurna menuju tempat Ryandra yang kini sedang berbincang dengan Gilang yang menjadi Manager di departemen HR. Ryandra yang menyadari kedatangan Keyra pun menyudahi pembicaraannya dengan Gilang. Ryandra langsung masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di lobby dan dengan cepat Keyra mengikuti Ryandra. Keduanya duduk berdampingan di kursi penumpang bagian belakang. “Kita jadi ke Alga Estate, Pak?” Keyra spontan menatap pada Pak Didi, supir pribadi Ryandra dengan pandangan kaget lalu detik berikutnya menatap bosnya yang kini sedang duduk santai sambil memegang ponselnya mengetik sesuatu. “Kok ke Estate?” “Kita meetingnya di Estate, Ra.” Ryandra menjawab dengan santai. “Loh, Mas Lukman kan juga lagi di Estate juga, kalo begitu bapak bisa dong meeting sama Mas Lukman. Saya dikantor aja kerjain kerjaan saya.” Keyra kembali protes. “Lukman biar urusin yang lain. Kerjaan dia banyak,” jawab Ryandra santai masih fokus dengan ponselnya namun detik berikutnya pandangan bosnya itu terarah pada supir pribadinya. “Jalan Pak Didi. Kita ke Estate.” "Terus kerjaan saya sedikit begitu?” Keyra menanggapi sengit. "Masih bisa kamu handle.” Keyra mendengus kesal mendengar jawaban santai bosnya itu. ‘Ah, Sebahagia bapak saja lah!’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN