Pekerjaan Baru

1057 Kata
Yuna POV Keesokan harinya aku memandangi kartu nama yang diberikan oleh Xander sambil menggigit kuku ibu jariku. "Apa aku hubungi sekarang aja ya ?" aku masih berpikir sejenak sambil melihat kearah ponsel. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Xander setelah melihat klo sekarang sudah jam 10 pagi. Dan aku pikir tidak terlalu mengganggu jika aku menghubunginya di jam segini. Tut... Tut... [Hallo] Terdengar suara bariton dari sambungan tersebut. "Ha-halo" jawab ku gugup. [Kenapa baru hubungi aku jam segini ?] "Hah?" aku jadi bingung dengan pertanyaan Xander. Apa dia salah orang ? pikirku lagi. [Yura, temui aku di XX Hospital satu jam lagi. Aku akan mengirimkan alamatnya. Bye] "Ha-halo" Xander sudah memutuskan panggilan tersebut secara sepihak dan semakin membuat ku merasa bingung. "Tapi tadi dia memanggil nama ku. Berarti dia gak salah orang. Tapi gimana dia tau klo aku yang telephone, kan aku baru kali ini menghubungi dia." monolog diriku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Ting! Xander mengirimkan pesan yang berisi alamat rumah sakit yang tadi dia sebutkan. Dan akhirnya aku memutuskan untuk bersiap-siap dan pergi untuk menemui Xander di sana. ***** Sesuai waktu yang di janjikan aku sudah sampai ke XX Hospital. Aku berjalan memasuki lobby rumah sakit sambil mengedarkan pandangan untuk mencari Xader. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang merangkul bahu ku dan membuatku terkejut. "Hai akhirnya dateng juga." sapa seorang pria yang memakai pakaian dokter. Lalu dia langsung merangkul bahuku sambil tersenyum ramah. Aku yang tidak mengenal pria ini jadi sedikit takut. Terlebih aku pernah mengalami kejadian buruk sebelumnya. Jadi aku berusaha melepaskan tangan pria tersebut dari bahuku, tapi tenaganya lebih kuat dari ku. "Ma-maaf tapi apa anda mengenal saya ?" kataku sambil berusaha menyingkirkan tangannya dari bahuku. Mendengar pertanyaan ku dengan cepat pria itu memutar tubuhku menghadap dengannya lalu memegang kedua bahuku. Dia menatapku dengan heran. "Lo gak inget sama gua ?" tanyanya lagi sambil sedikit menundukan karena menyamakan tingginya dengan tinggi tubuh ku. "Saya" "Gala!" Pria itu langsung menoleh kesumber suara. Lalu dia melambaikan tangannya. Aku lalu mengikuti arah pandangan pria itu. Aku melihat Xander sedang berjalan kearah kami, secepat mungkin aku langsung berlari kearah Xander dan bersembunyi di belakang punggungnya. Xander dan pria itu jadi bingung dengan tingkahku. "Kamu gak inget juga sama dia ?" tanya Xander. Aku langsung mengangkat wajah ku dan melihat Xander dengan tatapan bingung. "Kita pernah ketemu lho di club. Lo lupa ?" tanya pria itu yang sekarang sudah berdiri didepan Xander. 'Di club ? Sebenarnya Yura ini bertemu dengan berapa pria sih ?' gerutu ku dalam hati. "O-Oh... ma-maaf aku lupa." Terpaksa aku harus berkata bohong. "Gua Gala. Wajar aja sih klo lo lupa sama gua. Soalnya fokus lo malam itu kan cuman Xander." ledeknya sambil tersenyum manis. Sepersekian detik aku sempat terpesona dengan senyum manisnya. Terlebih dengan pipinya yang berlubang saat dia tersenyum. Tetapi tiba-tiba aku terkejut saat Xander mendorongku keluar dari belakang punggungnya. "Tolong ya. Lakukan pemeriksaan seperti yang gua minta secara keseluruhan. Nanti klo udah selesai kirimin hasilnya ke gua." Kata Xander yang ditanggapi dengan anggukan kecil oleh Gala. "Kamu ikut sama Gala dulu, saya masih ada pekerjaan. Gak usah takut dia itu dokter sekaligus pemilik rumah sakit ini. Nanti kalo udah selesai saya akan jemput kamu lagi." Xander berkata dengan lembut kepadaku. Dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Setelah itu Xander pergi meninggalkan Aku dengan Gala berdua. "Hm... something fishy here." gumam Gala sambil melihat kearahku. "A-apa maksudnya ?" tanyaku ragu. Saat ini aku sangat takut jika Gala mengetahui klo aku bukan Yura. "Bukan apa-apa. Ayo ikut." Bukan menjawab pertanyaan ku Gala malah merangkul ku lagi dan mengajak ku berjalan ketempat lain, mungkin ke ruang pemeriksaan. Sepanjang jalan aku melihat tatapan tajam para suster maupun dokter wanita melihat kearah aku dan Gala. Karena merasa seram dengan tatapan tajam para wanita itu aku segera melepaskan pegangan tangan Gala dari bahu ku, saat kami sudah berada di depan lift. "Hm... Kenapa ?" tanya Gala bingung. Dan aku hanya menggeleng pelan. "Dia takut sama fans-fans kamu." Terdengar suara lembut dari arah belakang kami. Lalu aku dan Gala sama-sama menoleh kebelakang. Terlihat seorng dokter wanita yang sangat cantik. Rambutnya hitam panjang dan lurus. Tubuhnya tinggi persis seperti model. Bahkan tingginya hampir tidak beda jauh dari Gala. Sangat berbeda dengan aku yang hanya 158cm. "Hai!!!" sapa wanita tersebut ramah kepadaku. "Siapa gadis kecil ini ? Imut banget." tanyanya lagi. "Ini Yura. Dia..." Gala menjeda kata-katanya lalu dia membisikan sesuatu kearah wanita tersebut. Aku melihat mata wanita itu membulat lalu dia langsung memukul lengan Gala. Aku penasaran apa yang dibisikan Gala sampai wanita itu bereaksi seperti itu. "Ngaco kamu Ga." marah wanita itu. Tapi Gala malah hanya tertawa-tawa. "Hai aku Lily. Aku sahabatnya Gala si dokter playboy." kata Lily sambil melirik kearah Gala. "Kamu harus hati-hati dengan Gala dia itu playboy." Lily berkata pelan tapi masih bisa didengar oleh Gala. "Kamu cemburu kan." kata Gala sambil mencubit kecil pinggang Lily, membuat mereka tertawa bersama. Dan aku hanya memperhatikan interaksi kedua pasangan dokter yang sempurna ini. ***** Setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan aku menunggu di lobby rumah sakit sambil menunggu Xander yang sedang berada di ruangan Gala. Aku berdoa dan berharap hasil pemeriksaan nya baik sehingga aku isa mendapat pekerjaan ini. Setelah menunggu beberapa menit Xander menghampiri aku dan mengajak ku pergi. Kami menuju cafe yang berada di sebrang rumah sakit. "Aku sudah menerima hasil pemeriksaan kesehatan kamu." kata Xander membuka pembicaraan setelah memesan makanan dan minuman untuk kami. "Kapan kamu bisa mulai bekerja ?" pertanyaan itu membuat aku terkejut dan juga bahagia. "Mak-maksud tuan saya diterima bekerja ?" tanya ku dengan mata berbinar-binar. "Iya. Dan kenapa kamu selalu gagap saat bicara dengan saya." "Ma-maaf saya .." "Sudah lha perbaiki saja cara bicara mu itu. Mengerti." perintah Xander dan aku mengangguk patuh. "Tapi boleh saya minta satu permintaan." kataku takut sambil menundukan wajahku. "Apa ?" tanya Xander sambil mengernyitkan dahinya. "Hm... bisakah tuan merahasiakan dari Bu Sandra klo saya bekerja dengan tuan." "Kenapa ?" Tanya Xander sambil menaikan sebelah alisnya. "Sebenarnya saya merasa tidak enak sama Bu Sandra jika berhenti bekerja di cafe, karena Bu Sandra sudah sangat baik dengan saya." kata ku mencoba memberikan alasan. Dan semoga Xander mau menerima alasan ku. "Baik lah. Aku juga gak mau diamuk oleh Kakak karena sudah mengambil anak buahnya." Akhirnya aku bisa tersenyum lega mendengar jawaban Xander. Lalu tidak lama pesanan kami pun datang. Dan kami menikmati makanan kami dalam diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN