MPB ~ 02

2018 Kata
Amel terbangun gegara merasa ada yang memegang keningnya. Hm, tangannya terasa hangat hingga membuat Amel merasa nyaman. Amel membuka matanya dan menemukan sorot mata khawatir di mata indah itu yang kemudian berubah menjadi sorot mata dingin. "Bagus kamu sudah sadar!" dengus Vino kesal, "merepotkan saja!" Amel merengut dengan wajah dongkol. Dih, si kulkas ini. Mulutnya tak ada manis~manisnya! "Emang aku ngerepotin kamu apa? Cih!" "Kamu tak merasa? Aku yang menggendongmu kemari! Btw, kamu tak pernah mengecek timbangan badanmu? Ck!" Jelas Amel tersinggung. Bagaimanapun dia kan cewek biasa yang paling alergi disinggung masalah berat badannya. "Siapa yang menyuruhmu untuk menggendongku? Aku gak minta ditolong kamu kok," ucap Amel nyolot. "Oh, begitu? Lain kali kubiarkan saja kamu pingsan di lapangan!" "Yeahhhh, just do it. Dasar kulkas!" Mereka berdua saling melotot ganas, masing~masing tak mau mengalah. Di saat itu masuklah seorang cewek cantik yang berpenampilan kalem. "Vin, kamu dipanggil kepsek," cewek itu berkata dengan lembut. Cantik banget. Dan anggun, kayak bidadari, pikir Amel kagum. Wajah masam Vino berubah jadi cerah, ia menatap cewek di depannya sambil tersenyum manis. "Thanks Cin, aku pergi ke kepsek dulu." Cewek itu mengangguk, tatapannya terlihat begitu memuja saat mengikuti langkah Vino yang meninggalkan UKS. "Hei, namamu siapa? Aku Cinta," cewek itu mengenalkan dirinya. Amel menyambutnya dengan ramah, "aku Amel, Kak." "Kamu sudah baikan?" tanya Cinta penuh empati. "Udah mending, Kak." Tak cuma wajahnya yang cantik, ternyata hatinya juga cantik. Amel jadi kagum berat pada kakak kelasnya ini. "Ehm.. boleh tanya, Kak Cinta?" Mendadak Amel jadi kepo berat. "Iya Amel, ada apa?" “Apa Kak Cinta itu pacarnya si kulkas.. eh, Vino?" Wajah Cinta langsung merona merah. Dengan malu~malu ia menjawab, "bukan, kami bersahabat mulai kelas X." "Hah? Betul gak ada apa~apa diantara kalian? Soalnya kalian cocok banget, serasi!" Cinta makin sumringah mendengar pujian Amel. "Masa? Hmm.. jujur, aku yang sebenarnya memiliki perasaan terhadap Vino. Kalau dia, aku gak tahu bagaimana perasaannya padaku," keluh si cantik itu. "Ih, kalau dia gak mau sama Kak Cinta.. yah, bodoh sendiri namanya, Kak! Kakak itu sempurna lho. Cantik, seksi, baik pula. Kurang apa coba?!" puji Amel kagum. Cinta hanya tertawa geli. Dia jadi menyukai gadis yang baru dikenalnya ini. Cewek ini meski tak terlalu cantik, namun dia sangat memikat. Dia polos, ceria, imut dan menggemaskan dengan pipi bayinya yang merona merah itu. Cinta tak memiliki adik cewek, tiba~tiba ia punya ide menarik. "Amel, entah mengapa Kakak merasa senang dan nyaman bersamamu. Maukah kamu menjadi adik angkat Kakak?" Amel membolakan mata bulatnya, dia terlihat begitu menggemaskan seperti boneka. "Kakak mau jadiin aku adik kakak? Mau banget, Kak! I love you pull, Kak." Dengan manja Amel memeluk Cinta. Cinta juga balas memeluknya, ia mencium bau shampo bayi, bedak bayi dan minyak telon yang menguar dari tubuh Amel. Membuat Cinta merasa seperti memeluk bayi besar. Cinta gemas dibuatnya.. *** Amel emang menggemaskan, kayak bayi besar. Mungkin itu juga yang dirasakan Tivana padanya. Ia amat sayang pada gadis itu, secara ia juga tak punya anak cewek kan. Sebaliknya Amel juga tak punya mama lagi. Jadi klop sudah, mereka saling merindukan dan saling menemukan. "Mommy," panggil Amel manja sepulang sekolah. "Hei, Sayang. Bagaimana hari pertama sekolahmu di SMA D'VITO?" tanya Tivana sambil mengecup pipi bayi Amel. "Sebagian besar menyenangkan, Mom,” jawab Amel nyengir kocak. "Sebagian besar?" Tiv mengernyitkan dahinya. "Iya, Mom. Sebagian kecilnya gak menyenangkan gegara ulah anak mommy si penggila kesempurnaan itu!" sindir Amel pada Vino. Vino yang baru saja mengganti bajunya dengan baju rumah hanya melengos. "Vino, apa kau mem-bully adikmu lagi?" omel Tiv pada putra bungsunya. "Vino gak membully Moms, cuma menegakkan aturan. Dia telat jadi ya harus dihukum! Terus please deh, Moms. Dia itu bukan adik Vino!" tukas Vino ketus. "Tapi si kulkas ini gak adil, Moms! Ada cewek lain juga yang telat tapi dibebasin dari hukuman. Kalau Amel sengaja dihukum berat!" Amel mengadu. Ia duduk di sebelah Tivana dan bergelayut manja pada lengan mama angkatnya itu. "Cewek itu terlambat karena menolong orang, kalau kamu?" tuding Vino sinis. "Aku juga menolong orang! Menolong kakakmu yang gak bisa bangun pagi," Amel membela dirinya. Dia berkacak pinggang sambil membusungkan dadanya. Gayanya sangat menggemaskan, membuat Vino ingin menggigit cewek itu saking kesalnya! Aduh, kok pikiranku melantur? pikir Vino keki. "Sudah, sudah, kalian ini berantem melulu! Kayak Tom and Jerry saja," gerutu Tiv sambil geleng~geleng kepala. Amel melotot dan memonyongkan bibirnya, membuat Vino gemas ingin meremas dan menggigit bibir seksi itu! Ck! Apa dia barusan memuji bibir si bayi besar ini? Mungkin ia sudah gila! "Moms, aku mau ijin cari barang untuk MOS besok ya," cetus Amel yang mendadak teringat tugas sekolahnya. "Kamu pergi dengan siapa, Sayang?" tanya Tivana was-was. "Sendiri Moms, Kak Vano pulang sekolah gak tahu pergi kemana." "Haduh, bahaya anak gadis pergi sendiri. Sayang sekali Moms mesti pergi ke kantor membantu Daddy. Vino, kamu antar Amel ya!" perintah Tivana. "Gak bisa Moms! Vino sibuk. Ada pesanan project online yang sudah dekat dateline-nya," tolak Vino mentah~mentah. Vino memang sudah mandiri. Penghasilannya sudah lebih dari cukup untuk membiayai dirinya sendiri. Dia melayani pesanan orang via online yang ingin dibuatkan desain interior rumah, kantor, bahkan sekarang menanjak pesanan desain interior untuk mal. Kliennya sudah sampai go international dan honornya setinggi langit! Vino memang jenius, padahal dia belajar desain secara otodidak. Namun bakatnya emang luar biasa! "Ini perintah Vino, tolong temanin Amel belanja!" "C’mon Moms, dia kan bukan anak kecil lagi. Biar saja dia pergi sendiri. Siapa sih yang mau menculiknya? Rugi, makannya banyak! Bisa rugi bandar penculiknya." Amel mendelik kesal pada Vino. Sebenarnya ia tak mengharap si kulkas ini mengantarnya pergi. Tapi gegara ingin mengerjai Vino, dia justru bertekad memaksa si kulkas melakukannya. "Woi, Kulkas.. kamu masih ingat ini? Lucu ya," Amel menunjukkan satu foto kuno di hapenya. Itu foto pernikahan di masa kecil mereka, dimana Vino dipaksa jadi pengantin ceweknya si Amel! Wajah Vino berubah masam. Lagi~lagi si bayi besar ini mengeluarkan kartu AS-nya untuk memaksanya memenuhi permintaan gadis itu! "Ya sudah, buruan! Jangan lama~lama. Waktuku cuma ada satu jam!" *** Mana cukup sejam, perjalanan saja sudah memakan waktu setengah jam lebih. Si Amel ngajakinnya ke pasar tradisional yang becek lagi! Vino melangkah dengan hati~hati karena takut membuat celana dan sepatunya kotor terkena lumpur. Sedang si Amel cuek saja melenggang kangkung dengan sandal jepit dan celana hotpannya. Tentu saja tampilan mereka mencolok bagi para pedagang dan pengunjung pasar itu. Yang cowok sangat tampan, rapi, wangi dan dandy seperti pangeran. Yang cewek meski tampilannya super nyantai tapi terlihat sangat cute, imut dan juga seksi abis. Para pria disana sampai ngeces memandang paha mulus dan putih milik Amel. Sebagai cowok, Vino memahami arti tatapan penuh nafsu itu. Ia merasa jengah dan tak rela. Sambil mendecih ia membuka jaketnya dan menyabukkanya ke pinggang Amel. Lumayan, tampilan Amel jadi tak terlalu seksi. "Apaan sih, Vin. Panas tauk!" protes Amel. "Pakai saja, Dodol! Kamu berani melepasnya aku tinggal pulang baru tahu rasa!" ancam Vino. Terpaksa Amel menurut, daripada nanti tak ada tenaga kuli gratisan buat angkut~angkut barang! Hehehe.. "Eh Vin, kesana yuk! Ada jepit lucu!" Amel menjerit girang sambil menarik tangan Vino ke tempat penjual jepit. Terpaksa Vino mengikuti dengan susah payah sembari berusaha menjaga sepatu dan celananya agar tetap bersih. Kalau Amel sih cuek saja meski sandal jepitnya sudah belepotan lumpur dan kakinya juga banyak terciprat tanah liat. "Ya ampun, ini hello kitty kesukaanku! Yang ini lucu, yang merah itu juga kiyut. Wow, yang oranye juga cantik. Mau beli yang mana ya? Ehm, Vin enaknya ambil mana?" Amel menunjukkan jepit hello kitty warna~warni itu pada Vino. Cowok itu melirik tanpa minat. "Yang mana saja jadi, sama jeleknya juga!" sahut Vino jutek. "Cih! Kamu emang gak mengerti keindahan sama sekali. Dasar kulkas! Ayo pilihkan salah satu, kalau enggak aku gak akan beranjak dari sini!" ancam Amel manja. Ck, Vino jadi ingin menjitak cewek ini. Rempong banget sih pergi sama dia! "Pilih yang hijau pupus saja!" putus Vino asal~asalan. "Hmm, boleh juga pilihan kamu. Terima kasih ya, Ayangggggg," sindir Amel dengan mata mendelik. Si abang penjual jepit terkekeh geli. "Neng pengantin baru ya? Mesra amat!" komentarnya polos. Vino sontak terbelalak heran. Mesra dari Hongkong?! Nih abang sudah rabun kali ya! Melihat ekspresi Vino, si Amel jadi kumat isengnya. Dengan manja ia bergelayut di lengan Vino. Tentu saja Vino berusaha melepas tangan Amel. Amel sengaja memperketat pegangannya, hingga tak sadar dadanya yang montok menempel erat pada lengan Vino. Sebagai cowok normal tentu saja Vino terpengaruh. Sial, si bayi besar ini bikin gerah saja! "Ah, Abang tahu saja. Kita emang pengantin baru, iya kan Mas?" kata Amel sambil tersenyum manja pada Vino. Vino balas tersenyum masam. Awas ya bayi besar, kukerjain saja sekalian! Pikir Vino keki. "Benar, Bang! Malahan istriku ini sedang hamil muda dan ngidam mau pakai jepit hello kitty unyu ini. Sudah beli semua saja, Ayang," usul Vino sambil meraup semua jepit bermotif hello kitty itu. Biar jebol uang saku si bayi besar ini. Amel tahu maksud si kulkas ini, tapi dia tak kehabisan akal. "Ayang yang bayar kan. Makasih kamu udah baik hati beliin aku jepit~jepit unyu ini," ucapnya manis sambil melotot garang. "Bukannya aku sudah memberimu uang jajan, Ayang? Pakai saja uang itu," Vino balas melotot. "Ih, Mas pelit deh. Uang jajan itu kan udah kupakai untuk beli s**u hamil. Mas sih memberi duit belanjaan pas~pasan. Jangan mau enaknya saja! Senang kalau pas bikin anak, begitu istri hamil gak mau bayarin belanjaan hasil istri ngidam! Ntar anakmu ileran tahu rasa lho.." Amel pura~pura ngedumel di depan si abang penjual jepit. Vino kesal sekali, harga dirinya tercoreng sudah! Masa dia dikatain suami pelit dan tak bertanggung jawab! Idih, dia kan si Perfecto Vino! Sudahlah, duit juga tak masalah buatnya. Itung~itung amal sedekah buat si bayi besar ini. "Udah Bang, bungkus saja semua. Lain kali ngidam yang bermutu sedikit, Ayang! Yang muahallll sekalian, terus beliin buat orang sekampung," sindir Vino pedas. Amel terkekeh geli. Sambil tersenyum penuh kemenangan ia berkata, "makacih ya Sayangku, Cintaku, Pujaan hatiku." Cup. Ia mengecup pipi Vino dengan mesra. Vino terkejut menerima perlakuan semanis itu dari musuh bebuyutannya. Sejenak ia melongo, namun wajahnya kembali datar saat Amel menoleh padanya dengan tatapan jenaka. Dasar bayi besar sialan! Lain kali akan kubalas perlakuanmu hari ini, batin Vino jengkel. *** Vano tahu dia mempesona. Dia tampan. Bodinya yahud. Sikapnya memikat. Makanya jadi supir saja dia berasa seperti selebritis. Kemana~mana ada saja yang flirting padanya. Ada yang terang~terangan, ada yang sembunyi~sembunyi. Secret admirer-nya lumayan banyak di kantor. Kan ada juga yang gengsi jika ketahuan naksir brondong. Meski brondongnya hot melotot macam dia. Sejak Vano menjadi supir freelance makin banyak staf cewek yang hobi lembur di kantor saat weekend. Ngakunya ngelembur, padahal kerjaannya di kantor cuma main game online dan nge-spy supir brondong yang gantengnya ngujubilahai itu. Hari ini Vano sedang rajin-rajinnya, dia mencuci mobil boss juteknya. Mencuci mobil bukan kegiatan yang asik dipantengin, tapi kalau yang ngelakuin si Vano.. fiuhhhh, heboh assoy! Vano mencuci mobil sambil telanjang d**a hingga menunjukkan dadanya yang bidang dan perutnya yang sixpack. Wih, seksi abis. Magma banget! Pantas saja banyak staf cewek yang pada mengintip bocah brondong itu beraktivitas bersama mobilnya. Ia mengelap kaca mobilnya pakai sabun dengan gaya sensual. Terlihat sangat maskulin dengan busa yang nyasar di d**a, wajah, dan rambutnya. Membuat pengagumnya mendesah gemas, lalu berkhayal ingin jadi si busa atau si mobil. Vania yang mergokin kehisterisan teman~teman kantornya jadi penasaran. Ia ikut mengintip dan langsung melongo. Itu supir freelance-nya kan? Bukan aktor hollywood? Wow, dia seksi banget! Kok ada pejantan seindah dia?! Mungkin ketika Tuhan menciptakannya sedang lalai hingga memberikan semua keindahan itu padanya tanpa terkecuali. Vania berusaha mengembalikan pikiran warasnya! Dia itu brondong. B. R. O. N. D. O. N. G. Dan dia sudah punya Baim, tunangannya yang baik, super pengertian, dan sangat mencintainya. Vania menepuk jidatnya untuk mengembalikan kesadarannya. Tepat pada saat itu brondong penggoda itu memandang dirinya sambil tersenyum sensual. "Hadeh, meleleh hati gue. Senyumnya seksi bok.. tapi bodinya lebih seksi lagi!" Vania mendengar salah satu teman kantornya berkomentar m***m. Vania tersenyum sinis. Tatapan mencemoohnya tertuju pada wanita yang berkomentar tadi. Dan kebetulan Vano menangkap senyum dan pandangan Vania itu. Ia merasa tertantang seketika. Belum pernah ada kaum hawa yang menolak pesonanya. Suatu saat ia akan membuat Miss Jutek itu bertekuk lutut mengakui pesona Alvian Noel Dimitri! Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN