Awal

1399 Kata
"Papa...."teriak Edgar menyongsong kepulangan Brian seperti hari biasanya... Aku pandang keluarga kecilku di pintu utama sambil tersenyum, aku sambut Brian dengan pelukan dan kecupan hangat, dengan Edgar di gendongan suamiku. Aku ambil alih tas kerjanya, dengan rengkuhan di pundakku kami beriringan berjalan masuk memasuki rumah " Sayang mau mandi dulu, aku siapin airnya yach?" ucapku dengan mengecup pipinya dan entah kenapa aku suka sekali nempel lama² saat suamiku baru pulang kerja dan masih bau banget. "Iyaa sayang,,,,, makasih yach" ucapnya sambil kembali mengecup dahiku "cayang aku udah mandi" celoteh Edgar spontan dengan ucapan yang masih cedal, dan itu selalu jadi kalimat random dia di sela obrolan aku dan suamiku yang sontak membuat kami tertawa. "ishhh kakak maen dulu yachh....!" ucapku sambil menoel hidungnya dan berlalu ke kamar mandi Sementara aku menyiapkan air untuk mandi suamiku, aku berfikir suamiku menemani anak kami bermain, tapi setelah aku lihat dia malah sedang sibuk dengan gawainya. Dengan senyum sumringahnya dia menerima panggilan dan tidak mempedulikan anak kami yang sedang bermain. Dan seketika dia mematikan gawainya saat melihat langkahku mendekat. "Siapa sayang...?" ucapku dengan tatapan curiga memandangnya "Bukan sesiapa sayang hanya temen bisnis" ucapnya dengan salah tingkah. "Oh..."balasku dengan melongo " Airnya dah siap tuch" "Temani yach" ucapnya dengan manja sambil menenggelamkan wajahnya di leherku "Ishhhh,,,,, ada Edgar sayang" bisikku mencubit perutnya "Bi inaahh...." suamiku berteriak yang membuatku melotot Bi Inah langsung datang tergopoh-gopoh menghadap. " Iyaaa tuan, ada apa?" "Tolong temani Edgar bermain di luar dulu yachh" ucap suamiku " Iya tuan,,," Bi Inah membawa Edgar ke halaman rumah untuk bermain, dan suamiku langsung menggendongku membawa ke dalam kamar peraduan kami berdua.. Yach, kita memang sering melakukan hubungan seks saat dia pulang kerja, dan itu sebuah rutinitas yang bisa di bilang menjadi favoritku, entahlah aku suka sekali mencium aroma keringatnya saat pulang kerja. Sesudah pintu kamar terkunci, Brian menghujani tubuhku dengan ciuman panasnya, hingga peraduan itu berakhir di kamar mandi dan Brian selalu memuaskan aku dengan sikap kelembutannya. Aku membenahi diriku di depan cermin rias di dalam kamar, tiba-tiba Brian datang memelukku kembali dan menciumi pundakku yang masih terekspos karena aku masih berbalut handuk, Aku tersenyum saat tangan Brian mulai jail lagi, mengeksplor perutku lewat belahan handuk yang aku kenakan, dia mendekap erat tubuhku dari belakang, aku pandangi wajahnya yang m***m lewat cermin di depanku.. "Udah 2ronde sayang, takutnya Edgar ntar mencari-cari kita" bisikku sambil menikmati pelukan hangatnya "Kamu candu banget sayang, inget gak dulu kita seharian bercinta sampe kaki bener-bener lemas gak ada yang ganggu kita." ucapnya dengan penuh nafsu tangannya pun sudah sibuk bermain di inti kenikmatan tubuhku, aku ingin mengakhiri tapi tak kuasa karena Brian menggodaku penuh dengan gairah. Dan akhirnya di ranjanglah kita tuntaskan kembali, " Sayang... aku ada kerja keluar kota untuk beberapa hari," pamitnya sambil mengecup keningku dan memeluk erat tubuh telanjangku. "Kemana?" tanyaku terkejut sambil mengangkat tubuhku dari pelukannya "Ke Bandung," balasnya kembali menarik tubuhku ke dalam pelukannya "Kapan berangkat?" entah ada rasa gelisah yang tiba-tiba menyelinap dalam hatiku " Nanti malam" ucapnya lagi sambil mengeratkan pelukan Ada rasa yang tiba-tiba menghilang dalam hatiku, entah itu apa aku juga tidak paham. Aku langsung diam dan membenahi diri tanpa kata aku keluar kamar mencari anak semata wayangku. Brian juga terbengong melihat tingkahku, yang mendadak diam. Aku hanya mendadak merasa jauh dari suamiku, seperti separuh hatiku hilang. padahal cuma di tinggal keluar kota itupun untuk kerja. Sehabis makan malam bersama, aku menyiapkan koper suamiku dan masih dengan diam, kembali Brian memelukku dari belakang "Sayang, maaf ini mendadak, hasil meeting tadi siang mengharuskan aku mengurus pekerjaan di Bandung besok pagi-pagi. kamu ngerti kan" ucapnya trus membujukku "Iya sayang, tapi kenapa mendadak sekali. bukankah kita udah punya rencana mau mengajak Edgar ke pantai weekend ini." rengekku dengan cemberut "Aku janji sehabis urusan pekerjaan beres, kita akan jalan-jalan sepuas kalian yachh" rayunya. Akhirnya aku melepas kepergiannya, dan seperti terlepas selamanya. Sudah 3hari Brian berada di Bandung tanpa kabar, aku hubungi juga susah, di chat juga cuma centang 1 hatiku makin resah dan selalu bertanya ada apa? Tiba-tiba ada sebuah nomer asing masuk, yang membuat duniaku runtuh dan hancur seketika. Tanpa kata nomer tersebut mengirim foto-foto hasil kebejatan dari suamiku, aku amati berulang-ulang, iya itu Brian suamiku yang sedang memeluk wanita lain di tepi kolam dengan bikini, dan foto-foto lainnya yang lebih membuatku menggigil. Ternyata kemesraan sebelum kepergiannya hanya sebuah kedok saja, hatiku menjerit seketika. Aku merasa jijik dengan tubuhku sendiri. Tuhan, cobaan apa ini yang sengaja kau hadapkan untukku. Siapa perempuan itu, siapa pemilik nomer asing ini, beribu pertanyaan berkecamuk dalam hatiku. Brian aku hubungi masih nihil, nomernya tidak aktif, menjerit sekuatnya aku di dalam kamarku... Bi inah datang tergopoh-gopoh masuk dalam kamarku, melihat diriku yang berantakan dan hancur dengan semua isi kamar yang hancur lebur. "Non kenapaa..." teriak bi Inah sambil memelukku ikut menangis menenangkan hatiku "Bi.... Brian mengkhianati aku....," teriakku histeris" Dia sedang bersama wanita lain bi" lanjutku dengan tangis yang makin menggila ... Aku tunjukkan foto b***t Brian bersama wanita lain tersebut. " Astagfirullah.... " Bi inah pun ikut shock lalu memelukku kembali sambil menangis" Yang sabar yach non ...." ucapnya masih trus menenangkan diriku Untungnya Saat kejadian Edgar masih di sekolah, bocah 3 tahun itu sudah aku masukkin ke playgroup, untuk melatih mentalnya dalam bersosialisasi. Tak henti-hentinya bi Inah menenangkan hatiku, memberiku kekuatan dan kalimat² petuahnya. Memberiku Nasihat agar tetap tegar, demi Edgar bocah itu belom tau apa-apa tentang kehidupan ini. Ini hari ke 5 Brian belom ada kabar, dan aku dengan kehancuran berdiam di dalam kamar. Namun tiba-tiba pesan dari Brian muncul dengan beribu alasan knpa gak bisa memberi kabar. aku diamkan pesan itu Brian pun meneleponku, tapi aku masih beku tidak ingin mendengarnya ataupun mau melihatnya. Keesokan harinya Brian pulang dengan senyum sumringahnya, tapi aku sudah mati rasa, tidak seperti biasanya aku pun malas menyambutnya, hanya Edgar yang menyambutnya dengan celotehannya. Brian mendekatiku ingin memelukku tapi aku sudah tidak mau di sentuh olehnya, aku berusaha menghindar dengan diamku. Brian berfikir aku marah karena dia tidak memberi kabar. Ya aku diamkan dirinya berhari-hari. tanpa tegur sapa Dalam diamku pun aku mencari informasi siapa wanita itu, aku sewa seorang mata-mata dan aku berhasil mengetahui siapa wanita itu. Aku persiapkan diriku sendiri, aku titipkan Edgar di rumah orangtuaku. Agar aku bisa melancarkan aksiku. " Mami aku mau nitip Edgar untuk beberapa hari ke depan boleh?" ucapku setelah aku memasuki kediaman orang tuaku. "Tentu saja boleh sayang, mami bahkan bahagia sekali malah, kalian dah lama juga tak berkunjung kemari." ucap mamiku sumringah "gimana kabar kalian, baik-baik ajakan?" ucap mamiku sambil mengelus tanganku seketika aku menegang, "ba,,, baik mih," aku sedikit gagap mami menatapku intens, lalu tersenyum "sekarang kok kamu agak pucat, matapun agak cekung kenapa?" telisik mami "Gak da apa-apa mih, hanya kurang tidur aja, Edgar kalau malam agak rewel sich" dalihku menghindari tatapan mami " Yaudah makan siang dulu yuk, abang kamu juga pulang tuch, mami belom sempat kasih kabar" ucap mami sambil menuntun aku dan Edgar ke ruang makan Deg, abang pulang setelah sekian tahun menghilang tanpa kabar.... "Mami bilang apa?, abang pulang?" aku masih terpaku kakakku yang tiba-tiba menghilang saat menjelang hari pernikahanku bersama Brian. Aku tinggalkan Edgar bersama mami, dan aku langsung lari menuju kamar abangku, dengan deru nafas memburu aku mendobrak pintu, dengan raut terkejutnya sepertinya habis berpakaian karena habis mandi, air mataku mengalir begitu saja Aku berlari kencang ke arahnya, dan memeluknya dengan erat dengan derai air mata, antara tangis bahagia dan sedih menjadi campur aduk "Abang jahaattt...." teriakku di pelukkanny sambil menangis Daniel membalas pelukanku dwngan erat pula .. " Hey baby, how are you"bisiknya nyaris tak terdengar Aku gak bisa menjawabnya, karena aku sudah hancur, hanya ingin pelukan meredakan segala emosi di jiwa. "it's okey baby, abang pulang hanya untukmu" bisiknya lagi Seolah semesta mendukungku, di saat aku di hadapkan pada sebuah masalah, di hadirkan pula seorang malaikat tak bersayap untukku. iya aku anggap abangku adalah malaikatku, dri aku kecil dia selalu melindungi hidupku dari apapun. entah itu waktu sekolah, liburan ataupun saat bermain. Kini pelukan hangat itu aku rasakan kembali, seolah aku berada di dalam bangker yang tidak ada sesiapapun berani menyentuhku. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku, hanya isak tangis yang tersedu-sedu mengiringi pelukan kita. Iya, dan tak ada yang aku inginkan aku hanya ingin menangis sepuasnya tanpa bercerita. Tapi ada sedikit tanya dalam hatiku kenapa abangku tidak memberondongku dengan pertanyaan kenapa aku menangis hingga seperti ini. Akh entahlah mungkin saja, abangku tau aku sangat merindukan dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN