2. MULAI BERTEMAN

1456 Kata
Suasana riuh kini menyelimuti halaman belakang rumah Galang dan Hyra. Sepasang suami istri itu tengah merayakan hari jadi pernikahan mereka. Memang bukan pesta besar, namun acara siang hari ini begitu hangat dengan kehadiran orang - orang terdekat keduanya. Termasuk Gani dan si kecil Fayolla, puteri cantik yang belum lama resmi diadopsi Gani menjadi anaknya. Gelak tawa menambah suasana hati itu semakin semarak. Terlebih saat si kecil Echa tertawa, sudah pasti menarik perhatian semua orang dewasa di sekitarnya. "Mau?" Fagha mengulurkan es krim di genggamannya pada seorang gadis kecil seumurannya. Sejak tadi gadis itu memilih duduk di samping Gani tanpa ikut bermain dengan anak - anak lainnya. Bukan karena ia sombong, tetapi ia takut tidak diterima oleh teman - teman barunya itu. Gani tersenyum melihat salah satu keponakannya mendekati Fay. Bahkan tanpa sungkan Fagha memberikan satu buah es krim untuk anak angkatnya itu. "Tuh mas kasih es krim, terima dong,” bujuk Gani lembut. Gani tahu Fay masih takut menjalin interaksi dengan anak - anak lain karena rasa traumanya. Padahal Gani tahu persis jika Fay juga ingin ikut bermain dengan anak yang lain. Sebelumnya, keponakannya yang paling besar juga mengajak Fay bermain. Namun Fay menolaknya dengan lembut, mungkin karena umur mereka yang terpaut cukup jauh mungkin membuat Fay sungkan. "Boleh pa?" Tanya Fay ragu - ragu. Gani mengangguk. "Boleh dong, mas udah bawain buat kamu, masa ditolak?" Fay langsung menatap Fagha yang masih tersenyum menatapnya. Dalam fikiran Fagha hanya satu, baginya Fay sangat cantik. "Buat aku?" tanya Fay pelan. Fagha mengangguk semangat. "Iya, Mas ambilin buat Olla cantik." Bocah tampan itu menampilkan senyumnya semakin lebar. "Terimakasih Mas..." Fay menerima gelas berisi es krim coklat dengan taburan chocochip itu. Ia menunduk sambil mengulum senyum tipisnya. "Bang! Sini bentar!" Galang meneriaki Gani. "Fay, papa ke ayah Galang dulu ya?" Ucap Gani. Ya sesuai dengan permintaan Hyra, Fay juga memanggil Hyra dan Galang dengan sebutan ayah dan ibu sama seperti anak mereka yang lain. "Fay ikut?" Gani mengusap rambut Fay dengan lembut. "Main sama mas Fagha aja ya?" "Iya, sama Mas aja Olla, kita main bareng." Kini giliran Fagha yang membujuk Fay. "Tuh, mas Fagha punya mainan banyak loh." Fagha mengangguk. "Olla mau mainan apa? Nanti sama mas Fagha." Sahut Fagha sambil terkekeh geli. "Bang!" "Iya Lang, bentar..." "Mas, Om Gani titip Fay ya? Ajak Fay main ya? Jangan dinakalin loh!" Pesan Gani. "Siap om! Pasti Mas ajak main,” sahut Fagha dengan senyum lebarnya. Gani tersenyum sambil mengacak rambut Fagha. Duda beranak satu itu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan kedua bocah itu. "Olla..." panggil Fagha ceria. Fay menoleh ke arah Fagha. Tatapannya bingung. Fagha tersenyum malu - malu. Ah, bocah itu memang terbiasa seperti itu jika melihat perempuan yang menurutnya cantik, entah seumuran, lebih muda, atau bahkan yang lebih tua dari dirinya. Jiwa playboy Fagha memang sudah terbaca sejak dirinya kecil. Entah menurun dari siapa? Tapi Galang dan Hyra tahu pasti sifat itu tidak menurun dari dirinya maupun sang suami. "Ya?" sahut Fay pelan. "Mas mau duduk di sebelah Olla, boleh?" Fay melirik ke tempat sebelahnya lalu langsung mengalihkannya lagi pandangannya pada Fagha. Ia mengangguk pelan membuat senyum Fagha semakin lebar. "Makasih Olla cantik..." ucap Fagha saat ia berhasil duduk persis di samping Fay. "Olla kelas berapa? Kata Om Gani, Olla besok sekolahnya bareng Mas." Tanya Fagha semangat. Ia tetap gencar mendekati Fay walaupun anak angkat om nya itu terlihat membentangkan jarak dengan dirinya. "Kelas satu." Wajah Fagha terlihat semakin berbinar. "Ih seru, kita bakal sekelas dong. Seneng deh bisa ketemu Olla setiap hari." "Olla...Olla..." "Namaku Fay, bukan Olla..." sahut Fay datar. Ia tak suka ada orang yang memanggilnya dengan nama yang bukan nama panggilannya. Fagha sempat terkejut mendengar ucapan Fay. Senyum yang sejak tadi bertahta di bibirnya seketika luntur. Namun ia mengabaikannya. Fagha kembali mencairkan suasana antara dirinya dan juga Fay. "Emang nama kamu siapa?" Fay mengerutkan keningnya. Bingung mendengar pertanyaan Fagha. "Fay." "Nama panjangnya?" "Fayolla Alandari." "Nah, berarti kan Olla nama kamu juga." "Tapi kan aku dipanggilnya Fay, bukan Olla." Protes Fay. "Ya kan aku maunya panggil kamu Olla." "Tapi aku enggak mau." "Kenapa enggak mau?" Tanya Fagha tak mau kalah. "Ya karena nama panggilan aku Fay, bukan Olla." "Daripada aku panggil kamu Alan, nanti kamu malah kaya cowok." Fay akhirnya memilih menikmati es krimnya lagi. Ia tak mau menanggapi Fagha. "Mau main?" Jiwa Fay sebagai anak kecil tentu bergejolak mendengar kata main. Ia tentu juga ingin seperti anak lain bisa bermain bersama teman - temannya. "Main?" Fagha mengangguk semangat. "Kamu ajak aku main?" "Iya dong." "Main apa?" tanya Fay mulai penasaran. Fagha tersenyum lebar. Ia menarik tangan Fay tiba - tiba hingga gelas berisi es krim yang berada di genggaman Fay pun terjatuh. Beruntung gelas itu terbuat dari plastik, sehingga tidak menimbulkan suara saat terjatuh. "Eh, mau kemana?" pekik Fay. Fagha tersenyum manis. "Main, di kamar aku." *** Fay tampak terkejut kala melihat penampakan kamar Fagha yang dipenuhi dengan ornamen doraemon. Tokoh kartun hewan yang menjadi favorit Fagha. "Doraemon?" Fagha mengangguk. Ia menarik sebuah box di bawah tempat tidurnya sekuat tenaga. Box tersebut berisi banyak mainan koleksinya. Tentu mainan khas cowok yang ia punya. "Kamu suka doraemon?" Tanya Fay penasaran. "Iya...kamu enggak suka?" "Suka...suka nonton di tv aja." "Kamu enggak punya tokoh kartun favorit?" Fay menggeleng pelan kepalanya. "Enggak." Fagha mengangguk. "Eh sini, aku punya mainan banyak. Mau main apa?" Fay berjalan pelan, melihat aneka permainan untuk anak lelaki yang sudah pasti tidak begitu menarik perhatiannya. Tentu saja, ia belum pernah bermain perang - perangan atau jenis permainan untuk anak lelaki. "Aku bingung..." "Atau mau baca komik?" tawar Fagha. "Aku punya banyak komik, kamu boleh pinjem semuanya." Fay berfikir sejenak kemudian mengangguk. "Boleh..." "Sini, ayo ikut aku." Fagha menarik tangan Fay dengan semangat. Keduanya berjalan mendekati satu rak buku yang berisi banyak sekali komik kesukaan Fagha. Tentu komik doraemon mendominasi. Mata Fay tak sengaja menatap bingkai foto yang memajang foto Fagha bersama anak laki - laki lainnya. Keduanya nampak akrab. Wajah itu tentu tak asing bagi Fay karena ia beberapa kali sempat menemukan foto anak tersebut di rumah Gani. "Ini...?" tanya Fay menggantung. Fagha mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Fay. "Oh itu foto aku sama Bang Aslan, anaknya Om Gani." Ah, Fay baru mengingatnya. Gani beberapa kali sempat menyebut nama itu walaupun tidak jelas. "Gantengan aku kan dibanding abang?" tanya Fagha percaya diri. Fay justru menatap Fagha dengan tatapan bingung. Ia tak mengerti dengan pertanyaan Fagha. "Ganteng?" Fagha mengangguk. "Iya, gantengan aku kan? Nanti kalau udah gede, kamu pacarannya sama aku aja ya? Jangan sama abang." "Pacaran?" Sungguh Fay benar - benar tak mengerti dengan ucapan Fagha. "Pacaran itu apa?" tanya Fay polos. "Pacaran itu--" "Fagha, itu apa?" Ucapan Fagha terpotong kala Fay menunjuk pada dua stik playstation miliknya. "Oh itu, stik PS. Kamu tahu PS?" "PS?" "Heem..." Fey menggelengkan kepalanya. Rasa penasarannya membuat Fay akhirnya berjalan mendekati  benda yang menarik perhatiannya itu. "Kamu belum pernah main playstation?" tanya Fagha. "Belum..." "Mau main?" Fay menoleh ke arah Fagha. "Apa boleh?" "Pasti, ayok main!" Fagha langsung menyiapkan stik PS dan menyalakan layar tv. "Tapi aku enggak bisa main,” ucap Fay pelan. "Aku ajarin, sini cepat duduk. Kamu pilih mainan apa yang kamu mau." Fay berjalan dan mengambil tempat disamping Fagha. "Apa boleh aku yang pilih?" "Tentu..." "Tapi aku belum pernah mainnya, aku takut enggak bisa." Fagha tertawa kecil. "Nanti aku yang ajarin, gampang kok. Tinggal pencet - pencet tombol di stiknya aja, nih kamu pegang satu." Fagha memberi salah satu stik PS itu pada Fay. "Terus gimana?" "Lihatin aku dulu ya?" Fay mengangguk antusias. "Sini duduknya deketan sama aku, biar kamu lihatnya jelas." Fay pun menuruti ucapan Fagha.  Saat ini ia duduk persis di samping Fagha. Fay pun mulai merasa nyaman berada di dekat Fagha. Ia menikmati setiap interaksinya dengan Fagha, tak jarang ia tertawa saat Fagha berteriak kala memenangkan game. Fagha pun begitu sabar mengajari Fay bermain. Ia tak bosan setiap kali Fay bertanya, tombol apa yang harus dirinya tekan untuk melanjutkan permainan dan sebagainya. "Jadi mulai sekarang kita berteman kan?" tanya Fagha pada Fay. Fay menoleh. Gadis cantik itu mengangguk lalu tersenyum lembut. "Ya, kita berteman." Keduanya kembali larut dalam permainan. Hingga tanpa sadar, Fay tak dapat menahan rasa kantuknya hingga ia tertidur di atas karpet bulu di kamar Fagha. Fagha yang belum sadar bahwa Fay tertidur masih asik dengan permainannya. "La...Olla ayok mainnya lanjutin, jangan diem aja..." Tak ada jawaban dari Fay. "La..." Suara Fagha tiba - tiba hilang setelah menemukan Fay justru sudah memejamkan matanya. Fagha langsung menghentikan permainannya dan mendekati Fay. "Ih kalau tidur, sama cantiknya." Ucap Fagha sambil terkekeh. "Jadi ikut ngantuk." Fagha pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Fay. Kedua matanya menatap wajah lelap Fay dengan intens. "Selamat bobo Olla cantik..." *** "Udah ketemu, Lang?" tanya Gani panik. Galang menggeleng kepalanya. "Aduh mereka berdua main kemana sih?" "Coba cek ke kamar mas deh, Yah,” ucap Leya santai. "Si Mas kan senengnya ajak temennya main di kamar." "Iya juga ya, kenapa enggak kepikiran dari tadi?" "Yaudah Lang, ayok...kita pastiin omongan Leya." Sepasang kakak beradik itu pun berlari menuju lantai dua dimana kamar Fagha berada. "Mas, kam--" Ucapan Galang berhenti kala melihat pemandangan di depannya. "Gimana Lang, mereka ada?" tanya Gani yang berada di belakang Galang. Galang tersenyum, lalu menggeser tubuhnya. Ia mengendikan dagunya agar Gani melihat ke arah yang ditujunya. Gani sangat terkejut melihat Fay dan Fagha tidur berdampingan. Belum lagi tangan Fagha yang berada di atas tubuh Fay serasa memeluk tubuh gadis kecil itu. "Gede dikit bisa bahaya nih kalau begini,” celetuk Galang sambil tertawa. Gani tertawa kecil. "Jangan mikir aneh - aneh, mereka anak baik - baik, enggak akan ngecewain kita kaya kita yang pernah ngecewain mama dan papa." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN