Prolog

1605 Kata
"Ucapan itu seperti obat, dosis kecilnya bisa menyembuhkan tapi jika berlebihan bisa membunuh" _Ali Bin Abi Thalib_ *** Matahari terlihat menyapa bumi dengan sinar terangnya yang menghangatkan, membuat mata secara naluri perlahan terbuka untuk melihat bagaimana indahnya sinar menyilaukan itu. Rumah berdominan putih yang terbentang luas dengan taman dan kolam renang di samping rumahnya adalah salah satu rumah megah yang berada di kompleks tersebut. Di dalam rumahnya, tepatnya di dapur terlihat wanita berkerudung tengah sibuk berjibaku dengan makanan dan alat dapur. Ia sedang memasak buat suami dan kedua anak kembarnya. Ibu rumah tangga itu terlihat meletakan berbagai hasil masakannya di meja makan lalu melesat naik tangga untuk membangunkan putra-putrinya. Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar putranya, anak jangkungnya itu sudah muncul di balik pintu dengan tersenyum tipis menatapnya. "Azzam, tolongin bunda bangunin adikmu yah? Bunda mau lanjut siapin sarapan buat kalian" pemuda itu pun mengangguk pelan lalu melangkah gontai ke kamar yang terletak hanya berselang beberapa langkah dari kamarnya. Melihat itu sang bunda langsung melesat turun, melanjutkan pekerjaan rumah tangganya yang tertunda. "Azura, Azura!" Panggil Azzam sembari mengetuk pintu kamar sang adik, tidak ada jawaban dari dalam membuat pemuda itu mengkerutkan kening. "Gue masuk yah!" Ujarnya lalu Ia pun meraih knock pintu dan membukanya. Cowok itu terlihat melebarkan manik matanya melihat kamar sang adik seperti kapal pecah. Azura sendiri sedang membongkar lemarinya hendak mencari sesuatu. "Bantuin cariin kaos kaki dong, dari tadi gue cari-cari gak ketemu," kata sang adik sekaligus kembarannya itu saat melihat Azzam sudah berdiri menjulang tinggi di sebelahnya. Azzam langsung berjongkok dan menarik laci lemari, "Ini bukan ?" Azura langsung mengerjap dengan menyengir lebar sembari mendongak. "Padahal udah gue bongkar semua, tapi gak ketemu-ketemu, emang kaos kaki s****n," gerutunya sembari meraih kaos kaki dari tangan  Azzam dan mengenakannya. Azzam sendiri hanya menghela pelan lalu merapikan dan memasukan kembali baju-baju dan barang-barang Azura yang berserakan. "Lo udah daftar ekskul belum?" Azzam menggeleng membuat Azura mendelik kecil, "Sama gue juga belum," ujarnya tak minat lalu beranjak dari tempat tidurnya. "Yaudah yuk turun, gue lapar." Azzam yang sudah selesai acara melipat pakaian pun langsung beranjak dan mengekori sang adik yang sudah melesat duluan. Keduanya melangkah turun menuruni tangga sembari mengobrol kecil dengan Azzam yang bergerak kecil merapikan lengan seragam Azura yang tak terkancing. Keduanya pun langsung mendudukan diri di meja makan, sang ayah sudah siap dengan kemeja dan kacamata bening yang menggantung pada hidung mancungnya. Aisyah terlihat menyendokan nasi goreng lalu menyodorkan pada sang suami kemudian pada kedua anak kembarnya itu. "Gimana MOS kemarin?" Kata Erza sembari mengisap teh panas miliknya, Azzam hanya diam membuat Azura mendesah panjang. "Baik-baik aja, tapi yah gitu seniornya rese-rese semua," Bundanya menggeleng pelan dengan menatap putrinya lembut, "Kenapa ngomongnya gitu?" Azura mendengkus kesal sembari meletakan sendok makannya. "Masalahnya yah bunda, kemarin kan Azura sama Azzam telat dua menit gara-gara mobil ayah mogok. Eh kitanya di hukum suruh lari keliling lapangan, kan rese," Erza hanya terkekeh pelan melihat sikap putrinya itu, sikap turunan dari dirinya. "Kalau Azzam gimana?" Azzam mendongak kecil dan menatap bundanya lembut, "Baik," Azura hanya menggeleng dengan helaan nafas lelah. "Azzam mah idola sekolah bun, ayah. Dimana-dimana ditempelin sama cewek-cewek ganjen, kan Azura gak bisa ngajak ke kantin berdua gara-gara mereka," kedua orang tuanya hanya tertawa kecil, Azzam hanya tersenyum tipis dengan tangan yang masih menyendokan nasi goreng ke dalam mulutnya. "Kamunya gak ditempelin sama cowok?" Kata sang ayah menggoda, "Galak," kata Azzam membuat Azura menatapnya kesal. "Azura galak yah di sekolah?" Tanya bundanya membuat Azzam mengangguk pelan, Azura melotot kearah Azzam dengan  menyenggolnya kesal. "Baguslah kalau kamu galak, biar cowok-cowok gak kurang ajar sama kamu," ucap sang ayah lalu menenggak minumannya habis. "Ayo berangkat," ketiganya pun meraih tas masing-masing dan pamit pada bundanya. Mereka pun lalu melesat ke sekolah dengan mobil sang ayah. *** Setelah turun dari mobil sang ayah keduanya langsung berjalan pelan memasuki gerbang sekolah yang sudah dipadati siswa-siswi. Di sekolah Garuda inilah mereka berdua menimba ilmu, selain sekolah itu dikenal dengan sekolah terbaik. Sekolah Garuda ini juga adalah tempat sekolah kedua orang tuanya dulu, tapi sudah jauh lebih bagus dan juga modern. Sekolah yang selalu memanjakan mata yang melihatnya. Azzam dan Azura terlihat berjalan beriringan di koridor sembari mengobrol kecil. Banyak siswi yang melirik kearah keduanya, lebih tepatnya melirik pemuda jangkung yang bersama Azura itu. "Nanti ke kantin sama-sama yah, jemput gue di kelas," Azzam mengangguk lalu menaiki tangga, karena memang kelasnya terletak di lantai dua. Azura berjalan gontai menuju kelasnya, gadis berkerudung itu sama sekali tak mengindahkan tatapan para senior yang terang-terangan menilai penampilannya yang terlihat biasa-biasa saja. Azura sendiri tidak memberitahu sekolah kalau ia dan Azzam adalah saudara kembar. Lagipula wajah keduanya jauh berbeda, dan prestasi mereka juga sangat-sangat jauh berbeda. Azura menghentikan langkahnya karena dihadang oleh beberapa senior ceweknya, "Lo Azura kan? Kelas sepuluh dua?" Tanya seniornya yang berambut sebahu, Azura masih ingat wajah senior di hadapannya ini. Seniornya itu juga yang menghukum mereka pas masa orientasi. Azura mengangguk pelan, "Lo punya hubungan apa sama Azzam? Kenapa tiap berangkat sekolah kalian selalu barengan?" Azura memutar matanya jengah, bukan hanya sekali ia didatangi dan diajukan pertanyaan seperti itu. Ia lelah dan juga muak mendengarnya. "Yang pasti gak ada hubungannya sama kakak," katanya dengan santai, "Lo berani sama gue?" Azura mendelik kecil tak ingin menanggapi lebih. "Emang lo anjing harder?" tanyanya karena memang ia sangat takut dengan hewan itu. "Lo makin hari makin kurang ajarnya yah!" katanya sembari mendorong pelan tubuh Azura yang mungil membuat gadis berkerudung itu terpental pelan pada tembok. Kedua teman ceweknya hanya menyeringai tajam menatap Azura yang meringis kesakitan. "Lo itu jelek, udah gitu pendek gak pantas buat Azzam," Azura menggeram kesal sembari mengepalkan tangannya erat. Anak-anak yang melewati keduanya tak mau ikut campur hanya berlalu-lalang disana. "Daripada lo udah kayak tiang listrik, tinggi, lurus udah gitu rata lagi," Plaakk Azura mengiris sakit sembari mengelus pipinya kanannya "Lo gila yah?" Sentaknya sudah kesal dengan menatap tajam cewek berwajah oriental itu. "Ada apa ini?" suara berat seseorang membuat mereka menoleh, Azura tak peduli malah menggigit ujung bibirnya kesal. "Ini Vin, biasa junior kurang ajar harus gue kasih pelajaran biar dia kapok," cowok bernama Kevin itu hanya menatap lurus Azura yang hanya membuang muka. "Kenapa lo yang harus kasih dia pelajaran?" cewek bernama Alisa itu melirik Kevin sekilas lalu tersenyum culas. "Gue itu senior dan juga wakil ketua OSIS udah sepantasnya gue negur nih anak," katanya kembali mendorong Azura, pemuda bernama Kevin itu hanya berdecak lirih. "Lo senior tapi b**o yah," mendengar itu Alisa melotot tajam kearah Azura. "Negur itu dengan cara baik-baik, bukannya main fisik. Lagipula lo gak punya wewenang buat tahu hubungan gue sama Azzam," Alisa kembali melemparkan tatapan geram padanya. Kevin sendiri selaku ketua OSIS hanya menatap keduanya bergantian. "Tuh kan dia makin kurang ajar," adunya lagi pada Kevin yang hanya menggeleng heran. "Alisa mendingan lo ke kelas gih, lagian lo kan harus siapin buat rapat sebentar," Alisa terlihat mencebikan bibirnya sembari menyempatkan melirik Azura dengan tatapan kebencian, gadis itu pun lalu melesat pergi dengan kedua dayangnya. Kevin terlihat memiringkan tubuhnya agar menghadap Azura yang masih geram di tempat. "Harus banget yah lo bikin masalah tiap hari?" Azura mendongak kecil menatap manik mata Kevin yang tajam. "Lo baru satu kaki yang masuk ke sekolah ini tapi udah banyak masalah yang lo lakuin, lo bakalan gue kasih peringatan. Kalau gak, terpaksa gue bakalan kasih surat panggilan untuk orang tua," Azura tersenyum kecut dan menatap Kevin dengan senyum menantang. "Kasih aja, gue gak takut," ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Kevin yang menatap kepergiannya dalam diam. *** Azzam terlihat mendudukan diri pada meja dibarisan pertama di sisi kiri. Cowok jangkung itu tidak seperti laki-laki pada umumnya atatupun remaja lainnya. Kalau anak remaja cowok lainnya tengah sibuk bermain gadget ia hanya sibuk bersama mushafnya ataupun buku-buku tebalnya. Azzam bukan cowok kutu buku, ia hanya suka membaca dan lagipula dengan membaca pengetahuan ataupun wawasannya bertambah bukan? Saat ia sedang menggerakan matanya ke kiri dan ke kanan sembari membaca, terlihat kedua teman sekelasnya mendekatinya dengan memukul pelan bahu cowok itu. "Baru hari pertama udah sibuk belajar lo yah, kenalin nama gue Candra," katanya sembari mengulurkan tangan pada cowok beriris mata cokelat itu, Azzam meraihnya pelan lalu tersenyum tipis. "Azzam," ujarnya pelan, "Kalau yang ini nih Bobby, dia buaya di atas buaya, udah gitu buayanya buaya ciliwung," ujar Candra mengulang kata buaya beberapa kali. Bobby hanya mendengus sembari tersenyum ramah pada Azzam. "Cewek yang biasa datang sama lo itu siapa?" Tanya Candra membuat Azzam mengangguk paham "Adik gue," katanya membuat kedua pemuda itu menganga kecil. "Masa adik sama-sama besar gitu," Azzam hanya menarik sudut bibirnya tipis. "Kembar," tambahnya lagi. "Kembar?" Azzam kembali mengangguk membuat Candra dan Bobby lagi-lagi saling menyenggol. "Maksudnya kalian berdua kembar?" "Hm," dehemnya pelan. Candra merasa takjub karena baru pertama kali ia melihat anak kembar cowok-cewek di kehidupan nyata. Biasanya juga ia lihat di televisi atau pada buku yang sering ia baca. "Gimana rasanya punya kembaran? Seru gak?" Azzam hanya mengedikan bahu tidak tahu, Candra tak tinggal diam masih cerocos panjang lebar di hadapan cowok itu. "Eh lo udah daftar kegiatan ekskul belum?" Kata Bobby membuat Candra menggeleng, "Gue masih bingung mau daftar apa," ujarnya sembari tersenyum manis dan memperlihatkan gigi kelincinya. Candra mendelik, "Gue mau daftar futsal aja kayaknya" Bobby dan Azzam mengangguk pelan. "Gue juga mau daftar ekskul jadi cheerleaders," tutur Bobby sembari bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti gaya cheerleader membuat Candra mendelik jijik. "Lo, Zam?" Cowok itu hanya menautkan alis, bingung juga harus mengikuti ekskul apa. "Gak tahu," keduanya sama-sama mendelik kecil mendengar penuturan cowok tampan itu. Karena memang Azzam sama sekali tidak ada niatan untuk mengikuti satu kegiatan ekskul pun. Begitupun dengan Azura yang masa bodo dengan ekstra kurikuler yang wajib mereka ikuti itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN