11. Takdir

1823 Kata

Terik matahari siang ini terasa begitu menyengat. Bambang baru saja berkeliling untuk mencari tempat yang menerima pekerja paruh waktu. Namun semuanya nihil. Bambang belum mendapatkan pekerjaan itu. Rasa dahaga yang terasa sangat meronta, membuat Bambang menghentikan motornya di tepi jalan di bawah pohon yang rindang. Bambang mengusap dahinya dengan punggung tangannya. Peluh yang bercucuran tak membuatnya menyerah pada keadaan. Bambang membuka dompetnya dan melihat sisa uang yang terselip di sana. Hanya tersisa dua lembar uang berwarna biru, sisanya beberapa lembar uang bergambar pahlawan Patimura. Bambang menggelengkan kepalanya. Ia butuh uang, tetapi tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya dengan meminta lagi uang pada mereka. Sedangkan untuk biaya kos saja, orang tua Bambang belum

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN